13
Hadiah. Politik
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menggerakkan roda perekonomian masyarakat.
Meningkatkan kelas sosial.
Berlaku universal.
1.7. Skala orientasi nilai
Skala orientasi nilai merupakan suatu skala yang terdiri dengan lima pilihan yang terdiri dari pilihan sangat sesuai SS, sesuai S, tidak bisa menentukan dengan
pasti N, tidak sesuai TS, sangat tidak sesuai STS. Aspek-aspek yang digunakan untuk membuat skala orientasi nilai didasarkan pada teori orientasi nilai budaya oleh
Edward Spranger. Adapun aspek-aspek tersebut adalah : a Lapangan-lapangan yang bersangkutan dengan manusia sebagai individu, yang
meliputi 4 lapangan nilai yaitu : a.
Lapangan pengetahuan ilmu, teori b.
Lapangan ekonomi c.
Lapangan kesenian d.
Lapangan keagamaan b Lapangan-lapangan nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai anggota
masyarakat. Lapangan ini menyangkut manusia dengan kekuatan cinta dan cinta akan kekuasaan. Kelompok ini menyangkut dua nilai yaitu :
Universitas Sumatera Utara
14
Lapangan kemasyarakatan
Lapangan politik Skala orientasi nilai merupakan sebuah alat ukur yang dirancang oleh peneliti
untuk melihat kecenderungan orientasi nilai. Peneliti membuat 24 buah item untuk skala kecenderungan orientasi nilai berdasarkan aspek dari orientasi nilai budaya oleh
Edward Spranger. Item-item ini dibuat dalam bentuk yang favorable sesuai skor yang diberikan adalah STS sangat tidak sesuai TS tidak sesuai N antara sesuai
dan tidak sesuainetral S sesuai SS sangat sesuai dimana untuk STS diberi nilai = 1, TS diberi nilai = 2, N diberi nilai = 3, S diberi nilai = 4 dan SS diberi nilai = 5.
Adapun distribusi item skala orientasi nilai dapat dilihat pada tabel berikut ini. No
aspek Nomor item
jumlah 1 Ilmu
pengetahuan 1,7,13,9
4 2 Ekonomi
4,10,16,22 4
3 Kesenian 2,8,14,20
4 4 Agama
3,9,15,21 4
5 Politik 5,11,17,23
4 6 Kemasyarakatan
6,12,18,24 4
Universitas Sumatera Utara
15
Bab II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pasar Kapitalis dan Swalayan Syariah
Ciri ekonomi Kapitalisme merupakan sebuah sistem organisasi ekonomi kepemilikan privat individu atas alat-alat produksi dan distribusi tanah, pabrik-
pabrik, jalan-jalan, kereta api, dan sebagainya dan pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi-kondisi yang sangat kompetitif. Perusahaan milik swasta
merupakan elemen paling pokok dari kapitalisme. Hal tersebut sangat mempengaruhi distribusi kekayaan serta pendapatan karena individu-individu diperkenankan untuk
menghimpun aktiva dan memberikannya kepada para ahli waris secara mutlak apabila mereka meninggal dunia. Ini memungkinkan laju pertukaran yang tinggi oleh
karena orang memiliki hak pemilikan atas barang-barang sebelum hak tersebut dapat dialihkan kepada pihak lain. Kapitalisme sangat erat hubungannya dengan pengejaran
kepentingan individu. Menurut Smith, setiap individu seharusnya diperbolehkan mengejar kepentingannya sendiri tanpa adanya campur tangan pihak pemerintah
untuk mencapai yang terbaik di masyarakat maka ia seakan-akan dibimbing oleh tangan yang tak nampak the invisible hand.
Kebebasan ekonomi tersebut juga diilhami paham “laissez nous faire“ jangan mengganggu kita kata ini kemudian dikenal sebagai laissez faire. Prinsip ini
diartikan sebagai tiadanya intervensi pemerintah dalam perekonomian sehingga timbullah kebebasan ekonomi dan sifat individualisme. Dalam sistem ekonomi
kapitalis berlaku “free fight liberalism“ sistem persaingan bebas. Peranan swasta
Universitas Sumatera Utara
16 memegang peranan utama. Siapa yang mempunyai, menguasai dan mampu
menggunakan kekuatan modal Capital secara efektif dan efisien akan dapat memenangkan pertarungan dalam bisnis.
Prinsip dasar, kebaikan dan keburukan sistem kapitalis dapat dilihat pada tabel berikut:
No Prinsip dasar
Kebaikan Keburukan
1 Kebebasan memilki
harta secara perorangan Kebebasan ekonomi
akan meningkatkan produktifitas
masyarakat yang nantinya dapat
meningkatkan kekayaan negara
Persaingan bebas mengganggu kapasitas
kerja dan sistem ekonomi karena mengakibatkan
banyak keburukan dalam masyarakat
2 Kebebasan ekonomi
dan persaingan bebas Persaingan bebas akan
mewujudkan produksi dan tingkat harga pada
tingkat yang wajar Menyebabkan ketidak
selarasan karena semangat persaingan
3 Kekuatan modal
untuk menikmati hak
kebebasan dan mendapatkan hasil
yang sempurna Motivasi mendapatkan
keuntungan maksimum menyebabkan orang
berusaha bekerja keras Hilangnya nilai-nilai
moral kemanusiaan, seperti kasih sayang,
persaudaran, kerjasama
4 Menghalalkan
segala cara
untuk keuntungan individu 5
Perbedaan mencolok
antara majikan pemilik modalkaum borjuis dan
pekerja buruh
6 Mengesampingkan
masalah kesejahteraan masyarakat banyak
Ketidakmerataan yang diakibatkan oleh sistem kapitalisme laissez faire telah meningkatkan pamor konsep negara kesejahteraan yang memberikan secercah
Universitas Sumatera Utara
17 harapan pada horizon kapitalis. Bagaimanapun juga, negara kesejahteraan tidak
didasarkan pada pandangan dunia yang berbeda dari kapitalisme. Apa yang dilakukan oleh negara kesejahteraan hanyalah mengkombinasikan antara mekanisme harga dan
peranan negara yang lebih besar dalam ekonomi untuk menjamin pertumbuhan ekonomi dan stabilitas serta pemerataan yang lebih besar.
Tetapi sekarang pertumbuhan ekonomi melambat sementara pengangguran telah menjadi kronis dan problem jangka panjang. Ketidakstabilan ekonomi juga terus
memburuk dan secara terus-menerus direfleksikan dalam pasar komoditi, saham, dan pertukaran nilai mata uang. Masyarakat dunia masih diperciki oleh inflasi dan
ketidakseimbangan ekonomi makro yang memburuk dan ketidakstabilan ekonomi. Lebih-lebih, pengeluaran sektor pemerintah untuk menyediakan layanan
kesejahteraan bagi si kaya dan si miskin. Satu-satunya pilihan yang masih dapat dilakukan dalam kerangka kerja netralitas nilai, justru malah membantu si kaya lebih
banyak daripada membantu si miskin sebab pengeluaran si kaya ternyata begitu besar sementara mereka juga memiliki kemudahan untuk mendapatkan fasilitas.
Kesenjangan pendapatan dan kekayaan menjadi makin melebar kendatipun telah diberlakukan pajak progresif dan pelayanan negara kesejahteraan. Hal ini
menunjukkan bahwa strategi menambah peran pemerintah lebih besar ke dalam kapitalisme laissez-faire untuk mewujudkan tujuan-tujuan telah terbukti tidak efektif.
Ketidakmerataan kapitalisme laissez faire telah menaikkan bukan saja kepada munculnya negara kesejahteraan, tetapi juga kepada sosialisme. Kendatipun
sosialisme telah mengajukan sebuah strategi yang berbeda, tetapi didasarkan pada pandangan dunia yang sama seperti sistem pasar, sama persis atau malah lebih
Universitas Sumatera Utara
18 sekuler lagi dalam pandangannya tentang kehidupan. Meskipun demikian, terdapat
perbedaan yang tajam dengan sistem pasar. Ia memiliki suatu ketidakpercayaan implisit tentang kemampuan manusia untuk berbuat demi kepentingan masyarakat.
Karena itu ia sangat bergantung pada pembelengguan kebebasan individu dan motif memperoleh keuntungan serta eleminasi hak memiliki properti. Karenanya,
kepemilikan negara atas semua sarana produksi dan perencanaan sentral menjadi instrumen utama strateginya untuk mendorong efisiensi dan pemerataan penggunaan
sumberdaya-sumberdaya. Penghapusan keuntungan sebagai imbalan langsung bagi usaha individu, betapapun, telah mengikis inisiatif dan efisiensi yang merupakan
keharusan bagi pertumbuhan. Pembuatan keputusan yang terpusat juga menyebabkan seluruh mesin ekonomi tidak efisien. Lebih-lebih, suatu hal yang tidak realistis adalah
bahwa jika manusia pada tataran individu saja tidak dapat dipercaya untuk mengelola bisnis pribadi mereka dalam keseluruhan batas-batas kesejahteraan sosial, maka
bagaimana mungkin mereka dapat dipercaya mengelola alat-alat produksi seluruh bangsa untuk tujuan ini. Sosialisme telah gagal di semua negara yang
mempraktekkannya. Ia tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok atau mengurangi secara substansial ketidakmerataan sosio-ekonomi kendati negara-negara
yang mengadopsi sistem ini memiliki sumberdaya yang melimpah ruah. Lebih lanjut ekonomi sosialis mengalami stagnasi disebabkan oleh kurangnya motivasi di
kalangan pekerja dan para eksekutif serta ketidakmampuan sistem ini untuk merespons realitas yang tengah berubah. Utang luar negeri negara sosialis ini juga
terus melejit dan diramalkan akan terus melangit dengan percepatan yang tinggi. Chapra, 2000 : 20-24
Universitas Sumatera Utara
19 Kenyataan menunjukkan bahwa kedua model ekonomi kapitalis dan sosialis,
telah membawa manusia memperbudak manusia lain, mengelola kekayaan alam dengan mengenyampingkan peranan Tuhan. Akibat selanjutnya dari keadaan ini ialah
terjadinya dekadensi nilai antara manusia dan Tuhan, dehumanisasi antara manusia dengan manusia, dan disharmonisasi antara manusia dan alam. Agustianto, 2002 :
16. Diantara dua mode ekonomi dunia yang dipakai saat ini serta diakibatkan oleh kelemahan masing-masing mode muncullah ekonomi Islam sebagai suatu alternatif.
Sebagai suatu pedoman hidup, ajaran Islam terdiri atas aturan-aturan mencakup keseluruhan sisi kehidupan manusia. Secara garis besar, aturan-aturan tersebut dapat
dibagi dalam tiga bagian yaitu aqidah, akhlak, dan syari’ah. Dua bagian pertama bersifat konstan. Sedangkan syari’ah senantiasa berubah sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan kehidupan manusia. Syari’ah terdiri atas bidang muamalah sosial dan bidang ibadah ritual. Ibadah merupakan sarana manusia untuk
berhubungan dengan sang penciptanya. Sedangkan muamalah digunakan sebagai aturan main manusia dalam berhubungan dengan sesamanya. Supriyatno, 2003 : 1
Menurut At-Thahanawi syari’ah diartikan sebagai hukum-hukum yang disyariatkan Allah Ta’ala untuk hamba-hamba-Nya yang disampaikan oleh salah
seorang Nabi diantara Nabi-Nabi yang lain, baik hukum-hukum tersebut mengenai amal perbuatan maupun mengenai akidah. Makhalul, 2002 : 6. Dari beberapa
definisi disimpulkan bahwa ekonomi Islam itu mempelajari aktifitas atau perilaku manusia secara aktual atau empirikal, baik dalam produksi, distribusi maupun
konsumsi berlandaskan syari’ah Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah dengan tujuan untuk mencapai kebahagian duniawi dan ukhrawi. Agustianto, 2002 :
Universitas Sumatera Utara
20 10
Calvinisme dan Kapitalisme. Keadaannya berubah sebagai akibat dari reformasi. Luther menolak kontras antara religiusitas-massa dan religiusitas-virtuoso.
Tuntutan-tuntutan keras harus dibebankan kepada setiap orang. Dalam pendapat ini kehidupan kebiaraan kehilangan maknanya; askese “luar-dunia” digantikan oleh
askese “dalam-dunia”. Lain-lainnya berpandangan bahwa pelaksanaan profesi merupakan kesibukan manusia yang terpenting, dan karenanya karya profesi
memperoleh penghargaan yang tinggi. Kemuliaan pribadi harus diusahakan dalam profesi. Selain itu unsur-unsur magis dihilangkan, sejak itu hanya keyakinan pribadi
sajalah yang penting. Ini lebih kuat lagi di dalam calvinisme, yang juga menggarap sifat askese di dunia ini secara sistematis.
Titik tolaknya ialah ajaran mengenai kedaulatan Tuhan yang mutlak dan predestinasi. Tuhan, di dalam otonominya yang mutlak, secara abadi telah
mentakdirkan seseorang untuk memperoleh keselamatan abadi dan mentakdirkan seseorang lain untuk memperoleh kutukan abadi, tetapi Tuhan tidak memberitahukan
keputusan abadi ini kepada manusia. Selain itu Tuhan telah menyerahkan dunia ini kepada manusia, bukannya sebagai milik pribadi yang dapat digunakan sekehendak
hati, melainkan sebagai suatu tugas. Manusia dapat dianggap sebagai petugas Tuhan yang harus mengelola harta benda Tuhan seefektif mungkin, tetapi tidak boleh
memanfaatkan harta benda itu untuk dirinya sendiri. Jadi manusia harus bekerja keras dan berdisiplin, dan hidup sederhana serta hemat, sebagaimana sepantasnya bagi
seorang pelayan. Cara hidup yang rasional dan metodis, yang dalam Katolisisme
Universitas Sumatera Utara
21 hanya diharapkan dari para biarawan, oleh Calvin diwajibkan bagi umat Kristen
biasa. Pola hidup ini diperkuat oleh dua faktor. Pertama-tama ketidakpastian
mengenai nasib abadi secara psikolgis sukar tertahankan, maka dapat dipahami mengapa orang mencari pertanda-pertanda mengenai terpilih tidaknya seseorang itu.
Berangsur-angsur timbullah pendapat bahwa justru kerja yang tiada kenal henti dan sikap hidup yang asketis dapat berlaku sebagai pertanda-pertanda itu. Tetapi karena
cara hidup demikian itu tentu saja juga mempunyai akibat-akibat di bidang ekonomi. Khususnya peningkatan kekayaan pribadi, maka sukses pekerjaan itu juga dipandang
sebagai pertanda kesenangan hati Tuhan. Siapa pun yang menghendaki kepastian, akan dapat memperolehnya melalui jalan itu.
Sikap hidup keagamaan di atas mempunyai akibat-akibat penting terhadap perkembangan kapitalisme. Pertama-tama, akibat kerja keras dan hidup sederhana,
tersedialah modal yang dapat ditanam untuk dapat berproduksi dengan lebih baik. Namun ini bukanlah akibat yang terpenting. Akibat terpenting ini berupa peningkatan
kecenderungan rasional yang merupakan syarat kunci bagi perkembangan kapitalisme. Weber menyatakannya dengan sangat tegas “suatu pengaturan yang kuat
dan secara tak sadar begitu pandai seperti itu bagi pemupukan individu-individu kapitalis, tidak pernah ada dalam gereja atau agama lain manapun, dan jika
dibandingkan dengannya maka mengecillah lain-lainnya itu.” dan “sejauh kekuasaan sikap hidup puritan dapat menjangkau, maka sikap hidup ekonomis-rasional golongan
menengah; sikap hidup puritan itu adalah pendorong yang paling penting, dan di atas segalanya merupakan satu-satunya pendukung konsisten perkembangan itu. Sikap
Universitas Sumatera Utara
22 hidup puritan itu hadir pada kelahiran manusia ekonomi modern.” Weber, 2006 :
314 Sudah jelas bahwa justru kelas-kelas dan golongan-golongan status yang baru
muncul itu, yaitu yang kepentingan-kepentingan materialnya terletak dalam cara-cara produksi kapitalis, juga melihat dalam pendapat-pendapat Calvinistis itu suatu
pembenaran bagi cara hidup mereka dan karenanya juga bagi pemenuhan kepentingan-kepentingan ideal mereka. Karena itu terdapat suatu afinitas selektif
antara kepentingan-kepentingan kelas-kelas serta golongan-golongan status ini dengan ajaran Calvinis, dan dapatlah Reformasi berakar justru diantara golongan-
golongan sosial ini. Layendecker, 1983 : 339-341
2.2. Orientasi Konsumen Dalam Pola Konsumsi