Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Konsumen Berbelanja di Swalayan Madinah Syari’ah

76 lemah, pergaulan dengan sesama, rasa persaudaraan atau kekeluargaan. Sedangkan aspek ilmu pengetahuan menjadi orientasi yang keempat. Dimana dalam aspek ini mencakup adanya jaminan kualitas keamanan produk, mengetahui cara kerjapenerapan salah satu lembaga ekonomi syariah, adanya nilai tambah terhadap pengetahuan antara swalayan yang syari’ah dan konvensional, mengetahui promosi produkacara yang infomatif. Untuk item politik menjadi orientasi yang kelima dalam hal memilih tempat berbelanja dimana aspek–aspek dari orang yang berorientasi politik ini seperti meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menggerakkan roda perekonomian masyarakat, meningkatkan kelas sosial, dan terakhir berlaku universal dalam hal pelayanan bagi seluruh lapisan konsumen yang berbelanja di Madinah Syari’ah. Sedangkan orientasi nilai terakhir orang berbelanja di swalayan Madinah Syari’ah ini adalah dilatarbelakangi oleh aspek ekonomi dimana aspek ekonomi ini terkait dengan jarak, diskon, murah, dan juga hadiah.

4.9. Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Konsumen Berbelanja di Swalayan Madinah Syari’ah

Sejarah bisnis ritel sudah dimulai sejak belum ditemukannya alat pembayaran. Aktivitas ritel telah muncul dengan pola barter tukar menukar barang. Di era modern, tepatnya pada abad ke-17, toko serba ada modern ternyata ditemukan beroperasi di Jepang. Berlanjut di abad 19 toko serba ada yang besar di bangun di kota-kota di Amerika Serikat, antara lain, Sears, Montgomery Ward, dan JC Penney’s. Setelah Perang Dunia II, pelaku bisnis ritel besar bermunculan di Amerika Universitas Sumatera Utara 77 Serikat, seperti K-mart, Target, dan Wal-mart dengan motto harga rendah, penjualan tinggi. Apabila dilihat perjalanannya, bisnis ritel merupakan bisnis yang tua dan sangat cepat memperbaharui diri. Bisnis ritel relatif mudah dimasuki siapa saja, namun tidak mudah untuk mengembangkannya menjadi bisnis yang sukses sampai berskala besar. Perkembangan yang sangat pesat melahirkan jenis-jenis bisnis ritel yang sangat beraneka ragam, seperti penjualan tapa toko- catalog, brosur, direct mail, door to door, melalui mesin Coca Cola, rokok dan lain-lain, telemarketing, multi level marketing, TV, home shopping, internet shopping –juga bertumbuhnya supercenters, seperti Carrefour, Giant, dan Hypertmart di Indonesia. Salah satu ritel yang menawarkan konsep lain dalam berbelanja adalah Swalayan Madinah Syari’ah. Swalayan ini beroperasi dengan sistem syari’ah sebagai landasannya. Dengan konsep Islam dan isu halal sebagai salah satu hal yang ditonjolkannya, swalayan ini coba masuk ke dalam persaingan bisnis ritel di tanah air. Konsumsi dipandang dalam Sosiologi bukan sebagai sekedar pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik dan biologis manusia tetapi berkait kepada aspek-aspek sosial budaya. Konsumsi berhubungan dengan masalah selera, identitas atau gaya hidup. Sosiologi memandang selera sebagai sesuatu yang dapat berubah, difokuskan pada kualitas simbolik dari barang, dan tergantung pada persepsi tentang selera dari orang lain. Universitas Sumatera Utara 78 Dalam memilih tempat berbelanja setiap orang mempunyai alasan yang berbeda-beda. Ada yang lebih senang berbelanja di pasar tradisional, ada juga yang lebih senang berbelanja di pasar modern semisal Carrefour, Hipermart atau swalayan lainnya. Begitu pula halnya dengan orang yang memilih berbelanja di swalayan Madinah Syari’ah. Setiap konsumen yang berbelanja ke sini memiliki alasan tersendiri mengapa memilih berbelanja di swalayan Madinah Syari’ah. Dari data kuantitatif yang diperoleh terlihat bahwa para konsumen di swalayan ini lebih tertarik berbelanja disini bukan dikarenakan aspek ekonomi seperti jarak yang dekat dengan rumah namun walaupun begitu ada juga konsumen yang menyatakan bahwa jarak yang dekat antara swalayan dengan rumahlah yang menjadi alasannya berbelanja di situ. Selain itu ada juga informan yang rumahnya lebih dekat dengan Carrefour tapi lebih memilih untuk berbelanja di swalayan Madinah ini. Berikut petikan wawancaranya : “Tidak, karena saya menganggap belanja di situ sebagai rekreasi jadi tidak perduli jauh”. Wawancara dengan Bapak M Yusuf, 2007 “Tidak, rumah saya justru lebih dekat dengan Carefour tapi saya memilih berbelanja disini”. Wawncara dengan Ibu Salmiah, 2007 “Saya memilih belanja di sini karena dekat dengan rumah, selain karena yang menjual orang Islam. Juga harganya murah sama dengan harga di pasar”. Wawancara dengan Ibu Hj Nurlaila Ginting, 2007 Ada juga yang memilih berbelanja disini dikarenakan rasa persaudaraan sesama muslim dimana pemilik dan seluruh karyawannya beragama Islam. Berikut petikan wawacaranya : Universitas Sumatera Utara 79 “Karena sesama Islam, karena membawa label syari,ah itu sehingga rasa isme itu datang”. Wawancara dengan Ibu Mariana, 2007 Dalam Sosiologi paling tidak terdapat dua sudut pandang dalam melihat selera, yaitu pandangan Weber dan pandangan Veblen. Menurut pandangan Weber selera merupakan pengikat kelompok dalam in group. Aktor-aktor kolektif atau kelompok status, berkompetisi dalam penggunaan barang-barang simbolik. Keberhasilan dalam berkompetisi ditandai dengan kemampuan untuk memonopoli sumber-sumber budaya, akan meningkatkan prestise dan solidaritas kelompok dalam. Sedangkan Veblen memandang selera sebagai senjata dalam berkompetisi. Kompetisi tersebut berlangsung antar pribadi, antara seseorang dengan orang lain. Jika dalam masyarakat tradisional, keperkasaan seseorang sangat dihargai; sedangkan dalam masyarakat modern, penghargaan diletakkan atas dasar selera dengan mengkonsumsi sesuatu yang merupakan refleksi dari pemilikan. Selain itu ada juga konsumen yang memilih belanja di swalayan Madinah Syari’ah, dikarenakan sebagai tempat belanja alternatif yang menawarkan suasana yang berbeda dibandingkan swalayan lainnya. Dari hasil penelitian dengan metode kuantitatif diperolehlah data bahwa sebagian besar para konsumen yang menjadi responden dalam penelitian ini lebih tertarik untuk berbelanja disini dikarenakan unsur-unsur kesenian yang ditampilkan oleh swalayan Madinah syariah itu sendiri. Unsur seni itu diantaranya ukiran-ukiran kaligrafi yang mendekorasi dan memenuhi sudut-sudut ruangan, dimana hal ini membuat daya tarik tersendiri sehingga para konsumen meraskan sebuah suasana yang Islami yang tidak dijumpai di swalayan Universitas Sumatera Utara 80 manapun. Pada aspek seni yang lain juga dapat dirasakan dengan diputarnya musik- musik yang bernuansa dan bernafaskan Islam, hal ini tentu berbeda jika kita memasuki swalayan yang lain yang lebih sering menyuguhkan musik yang menjadi hits dari dalam dan luar negri. Musik-musik Islami ini membuat para pengunjung semakin merasakan adanya sisi spiritual yang menyelimuti di swalayan ini. Bagi karyawan yang bekerja disini khususnya pada karyawan yang wanita diwajibkan mengenakan jilbab dalam berpakaian sehingga mereka dapat menjaga dan menutup auratnya, bagi para konsumen yang paham akan aturan-aturan Islam dapat membuat pandangan mata mereka lebih terjaga. Selanjutnya swalayan ini juga memutar lantunan ayat-ayat suci Al-Quran yang juga dapat didengar ketika masuk kedalam swalayan ini sehingga nuansa Islam yang kental sangat dapat dirasakan. Ditambah pula isu syari’ah yang menonjolkan segi halal dan haram. Masalah halal dan haram sangat penting didalam ajaran Islam, aspek halal dan haram ini tidak hanya dalam masalah zat saja akan tetapi juga termasuk prosesnya. Untuk aspek ilmu pengetahuan dalam kerangka teory Spranger, orang-orang yang berorientasi kepada ilmu pengetahuan dalam berbelanja cenderung memilih berbelanja di swalayan Madinah syariah dikarenakan adanya kualitas dan jaminan keamanan produk. Juga ingin melihat bagaimana perbedaan swalayan yang dikelola secara konvensional dengan swalayan yang dikelola secara syariah sekaligus juga melihat apakah ada produk atau acara yang informatif seperti misalnya apakah ada informasi mengenai akan datangnya ustad-ustad terkenal dari luar kota untuk mengisi acara di Medan atau pula informasi seminar atau pelatihan-pelatihan yang bernuansa Islam. Hal ini seperti penuturan konsumen : Universitas Sumatera Utara 81 “Saya berbelanja disini karena tempat alternatif berbelanja yang berbeda. Juga adanya isu syari’ah dengan lebih memiliki kejelasan halal dan haram, dan bukannya karena aspek murah”. Wawancara dengan Bapak Arif Kurniawan, 2007 “Awalnya saya Cuma pengen tau seperti apa itu bentuk swalayan syari’ah tapi setelah masuk kedalamnya saya menemukan kenyamanan dan ketenagan. Suasana Islaminya benar-benar terasa, lagian sebagai umat Islam sudah sepatutnya saya belanja di Madinah. Sudah mendapatkan jaminan kehalalan juga mendapatkan ketenangan batin” Wawancara dengan Bapak Avis Sulaiman, 2007 Menurut Spranger inti daripada hal keagamaan itu terletak dalam pencarian terhadap nilai tertinggi daripada keberadaan ini, siapa yang belum mantap akan hal ini belumlah mencapai apa yang seharusnya dikejarnya, dia belum mencapai dasar yang kuat dalam hidupnya. Sebaliknya siapa yang sudah mencapai titik tertinggi itu akan merasa bebas, tentram dalam hidupnya. Bagi seorang yang termasuk golongan tipe ini segala sesuatu itu diukur dari segi artinya bagi kehidupan rohaniah kepribadian, yang ingin mencapai keselarasan antara pengalaman batin dengan arti daripada hidup ini. Beberapa konsumen ada juga yang memilih berbelanja di swalayan Madinah Syari’ah karena memang sangat fanatik dengan agama. Adapun penjabaran dari aspek agama ini antara lain masalah halal dan haram, mengharapkan ridho Allah, untuk dapat berinfak dan menjalankan nilai agama, alasannya berbelanja disini hanya karena faktor agama semata tidak ada faktor lain, selain itu ada juga yang senang karena diswalayan ini menerapkan sistem bagi hasil dalam hal keuntungannya. Selain itu ada juga yang memilih berbelanja di sini dengan alasan untuk membantu usaha orang beriman. Hal ini juga dperkuat oleh konsep A-G-I-L nya Parson khususnya Universitas Sumatera Utara 82 ketika ia membahas tentang goal attainment atau pencapaian tujuan, dimana yang menjadi fokus konsumen berbelanja di sini lebih dilandasi oleh aspek keagamaan Berikut petikan wawancaranya : “Saya berbelanja disini karena faktor agama, gak ada yang lain”. Wawancara dengan Bapak M. Yusuf, 2007 “Pemilik muslim dan karena sistem bagi hasil yang menjadikan alasan bagi saya untuk berbelanja disini”. Wawancara dengan bapak Syawaluddin, 2007 “Alasan saya berbelanja disini adalah untuk menbantu usaha orang beriman” Wawancara dengan Ibu Salmiah, 2007 Setiap informan yang berbelanja di swalayan Madinah Syari’ah menyatakan bahwa mereka mendapatkan rasa kenyamanan dalam berbelanja. Kenyamanan yang dirasakan berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang merasa nyaman karena mendapatkan suasana yang Islami di swalayan ini yang tidak didapatkan di swalayan konvensional lainnya. Berbelanja di Madinah Syari’ah juga membuat mereka merasa dalam suatu lingkungan yang homogen dan juga membantu untuk kepentingan dakwah. Berikut petikan wawancaranya : “Ya saya merasa nyaman karena suasana yang Islami, ada musik-musik Islamnya juga dan tidak terlalu ramai” Wawancara dengan Ibu Nurlaila Ginting, 2007 Sangat nyaman, saya orang yang rindu dengan suasana Islam, saya tidak pikir panjang dan merasa aman, karena Islam itu membawa kedamaian.Wawancara dengan Bapak M Yusuf, 2007 Sedangkan informan lainnya mengatakan mereka merasa nyaman berbelanja di Madinah Syari’ah dikarenakan adanya mushola yang terletak di dalam swalayan yang memudahkan pengunjung untuk sholat ketika sudah masuk waktunya. Mushola Universitas Sumatera Utara 83 ini memang satu hal yang membuat swalayan Madinah Syar’iah ini berbeda dengan swalayan konvensional. Pengunjung tidak perlu harus berburu waktu ketika sudah masuk waktu sholat karena fasilitas mushola yang sudah tersedia di swalayan ini. Berikut petikan wawancaranya : “Nyaman, ada diputar lagu-lagu Islam juga adanya musholla yang memudahkan kita sholat ketika sudah masuk waktunya”. Wawancara dengan Ibu Mariana, 2007 “Nyaman karena suasananya, dan juga waktu sholat kita terjaga karena kalau belanja di tempat lain kadang bisa lalai dari sholat. Baik untuk menjaga waktu sholat”. Wawancara dengan Dita Hasni, 2007 Kedatangan informan untuk berbelanja di swalayan Madinah tidak hanya dilandasi oleh faktor agama akan tetapi karena memang ada beberapa produk seperti kosmetik yang hanya terdapat di swalayan Madinah ini. Bahkan walaupun jauh ada juga informan yang menganggap bahwa belanja di Madinah Syari’ah ini sebagai rekreasi keluarga sekaligus berbelanja. Berikut petikan wawancaranya : “Tidak pengaruh, karena rumah saya jauh di Deli Tua tapi saya tidak belanja sehari hari di situ, untuk produk tertentu saya berbelanja khusus disitu seperti kosmetik yang Islami atau buku buku yang berbau Islam”. Wawancara dengan bapak Arif Kurniawan, 2007 Sebagian konsumen ada yang merasa dan menganggap bahwa berbelanja di swalayan Madinah sebagai bagian dari apa yang diperintahkan oleh agama. yaitu bertransaksi yang sesuai dengan ajaran Islam juga masalah kejelasan halal dan haramnya. Selain itu belanja di sini juga dapat mengokohkan keimanan dan juga Universitas Sumatera Utara 84 dapat menjaga pandangan mata dari orang yang memamerkan aurat. Berikut ini petikan wawancaranya : “Ya, setidaknya dengan belanja disini sudah membuat kita bertransaksi yang sesuai syariah”. Wawancara dengan Bapak Syawaludin, 2007 “Sudah, minimal saya sudah mulai membiasakan diri saya untuk selektif berbelanja di tempat yang berani membawa label halal”. Wawancara dengan Ibu Mariana, 2007 “Menurut saya berbelanja adalah aktifitas sehari-hari manusia. Dan ibadah itu adalah aktifitas tidak hanya dalam konteks ritual tapi juga bagaimana setiap perbuatan kita terikat dalam aturan ALLAH swt setiap saat, setiap waktu, kapan saja dan dimana saja. Dengan belanja disini, minimal bisa mensituasikan keimanan dan menjaga mata agar tidak bermaksiat.” Wawancara dengan Dita Hasni, 2007

4.10. Harga dan Pelayanan