Swalayan Syari’ah dalam pandangan konsumen

86 “Bagus, karena membiasakan mengucapkan salam, dengan begitu sudah membuat saya bergembira”. Wawancara dengan Bapak M.Yusuf, 2007 Dalam hal aspek sosial kemasyarakatan, diantaranya yaitu toleransi. Toleransi ini dapat dilihat darti konsumen yang berbelanja disini tidak hanya dari kalangan umat Islam saja justru sama seperti swalayan lainnya yang juga dimasuki oleh multi agama. Letak plaza millennium yang berhadapan dengan sebuah gereja membuat para jamaatnya menyempatkan diri pada hari minggu untuk berbelanja di swalayan ini.hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan parson dalam skema A-G-I-L nya yang membahas tentang adaptasi. Adanya kotak infak dan keuntungan yang diperoleh oleh swalayan Madinah syariah ini sangat membantu golongan miskin dan kaum yang lemah, menciptakan pergaulan dengan sesama ketika berbelanja disini juga dapat memupuk rasa persaudaraan dan kekeluargaan. Selain dari jaminan kehalalan belanja di swalayan ini juga telah membuat konsumen melakukan transaksi yang dianjurkan dalam Islam. Bagi salah seorang informan ia menganggap keuntungan yang diperolehnya yaitu dapat mengajarkan kepada anak-anaknya bahwa orang-orang modern yang hidup di kota besar tidak boleh melupakan dan lepas dari syariat Islam. Berikut petikan wawancaranya : “Rasa aman dalam produk dan kenyamanan”. Wawancara dengan Bapak Arif Kurniawan, 2007 “Secara materi tidak, tapi secara langsung mengajari anak-anak bahwa orang modern tidak boleh lepas dari syariat”.Wawancara dengan Bapak M. Yusuf, 2007

4.11. Swalayan Syari’ah dalam pandangan konsumen

Universitas Sumatera Utara 87 Orientasi nilai menunjuk pada standar normatif umum, bukan keputusan dengan orientasi tertentu. Jadi dimensi kognitif dalam orientasi nilai menunjuk pada standar-standar yang digunakan dalam menerima atau menolak pelbagai interpretasi kognitif mengenai situasi, dimensi apresiatif menunjuk pada standar yang tercakup dalam pengungkapan perasaan atau keterlibatan afektif. Yang terakhir, dimensi moral dalam orientasi nilai menunjuk pada standar-standar abstrak yang digunakan untuk menilai tipe-tipe tindakan alternatif menurut implikasinya terhadap sistem itu secara keseluruhan baik individu maupun sosial dimana tindakan itu berakar. Orientasi nilai keseluruhan mempengaruhi dimensi evaluatif dalam orientasi motivasional. Konsumen yang berbelanja di sini tidak sampai mengatur pola berpakaian atau berusaha untuk berpakaian sedemikian rupa agar kelihatan bahwa ia adalah seorang yang benar-benar menjalankan ajaran Islam dengan menutup aurat. Keseharian mereka memang sudah terbiasa berpakain muslim tanpa harus menyesuaikan dengan tempat-tempat yang didatanginya. Keberadaan Madinah Swalayan ini diketahui oleh informan melalui teman, keluarga namun ada juga yang dekat dengan rumahnya juga seringnya lewat di seputaran berdirinya Swalayan Madinah Syari’ah. Bagi sebagian informan dengan berbelanja di Madinah swalayan secara tidak langsung telah membentuk status dirinya sebagai umat Islam dan merasa menjadi bagian dari sebuah komunitas yang Islami. Apalagi ketika berbelanja di Madinah syariah ini lebih merasa bisa kumpul dengan sesama umat Islam ketika berbelanja. Biasanya konsumen yang berbelanja di sini ditemani oleh keluarga, istri, anak ataupun teman dekat, ada juga yang berbelanja sendiri. Dan masing-masing dari mereka rata-rata menghabiskan waktu kurang dari satu jam akan tetapi ada juga yang Universitas Sumatera Utara 88 lebih dari satu jam, juga ada yang menyesuaikan waktu berbelanja dengan waktu sholat. Frekuensi kedatangan mereka ke Madinah Swalayan dalam sebulan dari yang paling minimal sekali sebulan sampai dengan tiga kali dalam sebulan tergantung kebutuhan. Dalam aktifitas kesehariannya para informan rata-rata memiliki kegiatan- kegiatan yang mengandung nilai-nilai Islam mulai dari yang mengikuti pengajian, kemudian aktif ketika mahasiswa dalam bentuk dakwah di kampus sampai dengan bagian dari golongan partai politik yang bernafaskan Islam. Mengenai masalah kelengkapan swalayan ini termasuk cukup lengkap untuk kebutuhan sehari-hari akan tetapi untuk beberapa kebutuhan seperti spare part mobil dan juga sayur-sayuran ketersediaannya masih terbatas di swalayan ini walaupun secara keseluruhan swalayan ini sudah tergolong mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika kita bandingkan dengan swalayan lain produk-produk yang di jual di swalayan ini tidaklah sebanyak di tempat lain oleh karena swalayan ini terpaksa memangkas sampai dengan 40 dari produk yang beredar di pasaran dengan alasan tidak memenuhi kriteria halal yang diterapkan oleh perusahaan. Selain itu titik swalayan yang hanya baru satu itu yang menjadi salah satu kekurangan swlayan ini sehingga setiap orang dari pelosok kota Medan harus berbelanja di swlayan Madinah Syari’ah yang terletak di jalan Kapten Muslim. Walaupun fenomena kemunculan model syari’ah ini pertama kali diterobos oleh bank Muamalat akan tetapi seiring perkembangannya sudah banyak bentuk- bentuk lembaga di sektor ekonomi yang memakai prinsip syari’ah dalam operasionalisasinya. Seperti FIF Syari’ah, asuransi syari’ah, dan juga hotel syari’ah. Universitas Sumatera Utara 89 Keyakinan suatu saat ekonomi syari’ah dapat meningkatkan perekonomian bangsa tercermin dalam jawaban para informan dengan alasan sebagian besar umat di negeri ini adalah mayoritas Islam yang jika bersatu akan menjadi sebuah energi yang besar yang dapat menggerakkan roda perekonomian, memperkecil jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dan juga paling tidak dengan dibukanya sektor-sektor ekonomi yang memakai sistem syari’ah secara tidak langsung juga membuka lapangan pekerjaan. Bahkan ada yang memiliki keyakinan suatu saat jika orang China mau agar barang dagangannya laku dia harus menjadi orang Islam. Berikut petikan wawancaranya : “Kalau saya tidak percaya dengan syari’ah saya sudah bukan Islam. Apa yang ditata dengan Islam pasti berhasil, masalahnya banyak orang non muslim yang masih alergi dengan syari’ah. Bahkan saya punya keyakinan orang china suatu saat harus menjadi Islam agar usahanya laku”.Wawancara dengan Bapak M Yusuf 2007 “Sudah pasti, menurut saya bentuk ekonomi syari’ah ini seperti bom waktu yang tinggal tunggu meledak saja yang hingga akhirnya semua kegiatan akan dikelola secara syari’ah. Jika dijalankan dengan benar akan memperkecil jurang antara si miskin dan si kaya”. Wawancara dengan Bapak Avis Sulaiman, 2007 Universitas Sumatera Utara 90 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan