memakannya beberapa saat kemudian orangtuanya bertanya kepada mereka, dimana burung goreng tersebut, mereka pun
menjawab burung gorengnya sudah mereka makan, karena oarang tuannya sangat memebutuhkan uang untuk memenuhi
kehidupan dengan menjual burung goreng tersebut merekapun disuruh pergi dari rumah dan berjuang diluar untuk bertahan
hidup. Setelah dewasa si Ahmad menjadi seorang raja dan Muhammad menjadi seorang mentri.
2.3. Tema
Masalah hidup dan kehidupan yang dihadapi dan dialami manusia amat luas dan kompleks, seluas dan sekompleks permasalahan kehidupan
yang ada Nurgiyantoro, 2001:71. Walau permasalahan yang dihadapi manusia tidak sama, ada masalah-masalah kehidupan tertentu yang bersifat
universal. Artinya, hal itu akan dialami oleh setiap orang di manapun dan kapan pun walau dengan tingkat intensitas yang tidak sama.
Pengarang memilih dan mengangkat berbagai masalah hidup dan kehidupan itu menjadi tema dan atau sub-subtema ke dalam karya sastra
sesuai dengan pengalaman, pengamatan, dan aksi-interaksinya dengan lingkungan. Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dangan makna
pengalaman kehidupan. Melalui karyanya itulah pengarang menawarkan makna tertentu kehidupan, rnengajak pembaca untuk melihat, merasakan,
Universitas Sumatera Utara
dan menghayati makna pengalaman kebidupan tersebut dengan cara memandang permasalahan jtu sebagaimana ia memandangnya.
Tema dalam sebuah karya sastra merupakan salah satu dan sejumlah unsur pembangun cerita ygng lain, yang secara bersama membentuk sebuah
kernenyeluruhan. Bahkan sebenarnya, eksistensi terna itu sendin sangat bergantung dari berbagai unsur yang lain. Hal itu disebabkan tema, yang
notabene hanya berupa makna atau gagasan dasar umum suatu cerita, tidak mugkin hadir tanpa unsur bentuk yang rnenampungnya. Dengan
demikian, sebuah tema baru akan menjadi makna cerita jika ada dalam keterkaitannya dengan unsur-unsur cerita yang lain, khususnya yang oleh
Nurgiyantor dikelompokkan sebagai fakta cerita alur, latar, dan tokoh yang mendukung dan menyampaikan tema tersebut.
Tema dapat digolongkan ke dalam beberapa tingkatan yang berbeda, tergantung dari segi mana hal itu dilakukan. Shipley daiam Nurgiyantoro
2001:80-82 membedakan tema dalam lima tingkatan. Pembagian Shipley ini berdasarkan tingkatan pengalaman jiwa, yang tersusun dari tingkatan
paling sederhana sampai tingkat yang paling tinggi yang hanya dapat dicapai oleh manusia. Kelima tingkatan tema yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Tema tingkat fisik, manusja sebagai mqlekui, man as molecul. Tema karya sastra pada tingkat ini lebih banyak menyaran dan
atau ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas fisik daripada kejiwaan, la lebih menekankan mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh
Universitas Sumatera Utara
cerita yang bersangkutan. Unsur latar dalam karya sastra dengan penonjolan tema tingkat ini mendapat penekanan.
b. Tema tingkat organik, manusia sebagai protoplasma, man as protoplasm. Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut
dan atau mempersoalkan masalah seksualitas. Berbagai persoalan kehidupan seksual manusia mendapat penekanan, khususnya
kehidupan seksual yang menyimpang. c. Tema tingkat sosial, manusia sebagai makhluk sosial, man as
sodus. Kehidupan bermasyarakat, yang merupakan tempat aksi- interaksinya manusia dengan sesama dan dengan lingkungan
alam, mengandung banyak permasalahan, konflik, dan iain-lain yang menjadi objek pencarian tema. Masalah-masalah sosial itu
antara lain berupa masalah ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, propaganda, hubungan
atasan-bawahan, dan berbagai masalah dan hubungan sosial lainnya yang biasanya muncul dalam karya yang berisi kritik sosial.
d. Tema tingkat egoik, manusia sebagai individu, man as individualism. Di samping sebagai makhluk sosial, manusia
sekaligus juga sebagai makhluk individu yang senantiasa menuntut pengakuan atas hak individualitasnya. Dalam
kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia pun mempunyai
Universitas Sumatera Utara
banyak permasalahan dan konflik, misalnya yang berwujud reaksi manusia terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapinya.
e. Tema tingkat divine, manusia sebagai makhluk tingkat tinggi, yang belum tentu setiap manusia mengalami dan atau mencapainya.
Masalah yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah masalah hubungan manusia dengan Sang Pencipta, masalah religiusitas,
atau berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup, visi, dan keyakinan.
Adapun kegiatan untuk menafsirkan tema sebuah karya sastra memang bukan pekerjaan yang mudah. Karena tema tersembunyi di balik
cerita , penafsiran terhadapnya haruslah dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ada secara keseluruhan membangun cerita itu. Menurut Mochtar Lubis
1989 : 25 untuk mengetahui tema sebuah karya sastra maka dapat dilihat dari tiga hal yang berkaitan, yaitu : a melihat persoalan yang paling
menonjol; b menghitung waktu penceritaan; c melihat konflik paling banyak hadir.
Setelah membaca dan memahami cerita rakyat TBM maka penulis dapat menyimpulkan bahwa TBM termasuk cerita rakyat yang tergolong ke
dalam jenis tema tingkat sosial. Dalam cerita rakyat ini menceritakan tentang kehidupan kakak dan adik yang kelak menjadi seorang raja dan mentri.
Masalah yang menonjol dalam hikayat ini adalah masalah manusia dengan manusia. Atau .
Universitas Sumatera Utara
Untuk menentukan tema dalam cerita TBM ini maka penulis mengunakan pendapat mochtar Lubis yang menentukan tema sebuah karya
sastra berdsarkan tiga hal , yaitu : a. Persoalan yang paling menonjol dalam cerita rakyat TBM adalah
kesabaran dan kesetiaan. b. Dari awal cerita sampai akhir cerita dalam cerita rakyat TBM
menceritakan tentang ketulusan hati seorang kakak dan adik. c. Konflik yang paling banyak hadir dalam cerita rakyat TBM adalah
Tentang keegoisan sang Pawang Burung Merbuk. Berdasarkan ketiga hal di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa
tema dalam cerita rakyat TBM adalah tentang perjuangan hidup kakak dan adik yang diusir oleh orang tuanya dan berkelana di hutan demi
kelangsungan hidup.
2.4. Alur