Gambaran Faktor Perilaku Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Kabanjahe Kabupaten Karo

4.2.3 Gambaran Faktor Perilaku

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Faktor Perilaku di RSU Kabanjahe Tahun 2013 Variabel Kasus Kontrol Total n n n 1.Kebiasaan Merokok Merokok 49 84,5 27 46,6 76 65,5 Tidak Merokok 9 15,5 31 53,4 40 34,5 Dari variabel perilaku yaitu kebiasaan merokok diperoleh pada kelompok kasus yang terbanyak adalah keluarga yang terbiasa merokok yaitu 49 orang 84,5 dan tidak merokok 9 orang 15,5. Pada kelompok kontrol diperoleh terbanyak adalah tidak merokok yaitu 31 orang 53,4 dan merokok 27 orang 46,6. 4.2.4 Gambaran Faktor Pelayanan Kesehatan Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Faktor Pelayanan Kesehatan di RSU Kabanjahe Tahun 2013 Variabel Kasus Kontrol Total n n n 1.Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Tidak Menggunakan 39 67,2 18 31 57 49,1 Menggunakan 19 32,8 40 69 59 50,9 Dari variabel pemanfaatan pelayanan kesehatan diperoleh pada kelompok kasus yang terbanyak adalah keluarga yang tidak menggunakan pelayanan kesehatan yaitu 39 orang 67,2 dan menggunakan 19 orang 32,8. Pada kelompok kontrol diperoleh terbanyak adalah menggunakan yaitu 40 orang 69 dan tidak menggunakan pelayanan kesehatan 18 orang 31. 4.3. Analisis Pengaruh antara Faktor Balita terhadap Kejadian Pneumonia pada Balita di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tabel 4.5. Pengaruh Faktor Balita terhadap Kejadian Pneumonia pada Balita di RSU Kabanjahe Tahun 2013 Variabel Kasus Kontrol Total OR 95CI χ² p value n n n 1. Status Imunisasi Campak 2,735 1,279-5,847 6,890 0,009 Tidak Mendapatkan 40 69 26 44,8 66 56,9 Mendapatkan 18 31 32 55,2 50 43,1 2.Status Imunisasi DPT Tidak Mendapatkan 25 43,1 11 19 36 31 3,237 1,401-7,477 7,894 0,005 Mendapatkan 33 56,9 47 81 80 69 3.Status Vit A Tidak Mendapatkan 26 44,8 22 37,9 48 41,4 1,330 0,634-2,789 0,569 0,451 Mendapatkan 32 55,2 36 62,1 68 58,6 4.Status Gizi Balita Gizi Kurang 6 10,3 7 12,1 13 11,2 0,841 0,264-2,673 0,087 0,769 Gizi Baik 52 59,7 51 87,9 103 88,8 5.ASI Eksklusif Tidak Mendapatkan 43 74,1 28 48,3 71 61,2 3,071 1,406-6,710 8,169 0,004 Mendapatkan 15 25,9 30 51,7 45 38,8 6.Berat Badan Lahir Rendah 21 36,2 7 12,1 28 24,1 4,135 1,592- 10,739 9,227 0,002 Normal 37 63,8 51 87,9 88 75,9 7.Riwayat Asma Ada 41 70,7 15 25,9 56 48,3 6,914 3,059- 15,628 23,338 0,000 Tidak ada 17 29,3 43 74,1 60 51,7 bermakna pada α=0,05 Berdasarkan tabel 4.5 diatas menggambarkan pengaruh antara variabel status imunisasi campak, status imunisasi DPT, status pemberian vitamin A, status gizi balita, ASI eksklusif, berat badan lahir dan riwayat asma terhadap kejadian pneumonia pada balita. Dimana untuk status imunisasi campak diperoleh hasil uji statistik menjelaskan ada pengaruh bermakna terhadap kejadian pneumonia, yaitu χ²=6,890 dan p value=0,009;α=0,05. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=2,375 95CI:1,279-5,847 dimana balita yang menderita pneumonia 2,375 kali kemungkinannya tidak mendapatkan imunisasi campak dibanding balita yang tidak menderita pneumonia. Hasil analisis pengaruh antara status pemberian imunisasi DPT terhadap kejadian pneumonia diperoleh hasil uji statistik menjelaskan ada pengaruh bermakna yang ditunjukkan nilai χ²=7,894 dan p value=0,005; α=0,05, dengan nilai OR=3,237 95CI:1,401-7,477 dimana balita yang menderita pneumonia 3,237 kali kemungkinannya tidak mendapatkan imunisasi DPT dibanding balita yang tidak menderita pneumonia. Hasil analisis pengaruh antara status pemberian vitamin A terhadap kejadian pneumonia diperoleh hasil uji statistik menjelaskan tidak ada pengaruh yang ditunjukkan nilai χ²=0,569 dan p value=0,451. Hasil analisis pengaruh antara status gizi balita terhadap kejadian pneumonia diperoleh hasil uji statistik menjelaskan tidak ada pengaruh yang ditunjukkan nilai χ²=0,087dan p value=0,769. Hasil analisis pengaruh antara status pemberian ASI secara Eksklusif terhadap kejadian pneumonia diperoleh hasil uji statistik menjelaskan ada pengaruh bermakna yang ditunjukkan nilai χ²=8,169 dan p value=0,004; α=0,05, dengan nilai OR=3,071 95CI:1,406- 6,710 dimana balita yang menderita pneumonia 3,071 kali kemungkinannya tidak mendapatkan ASI Eksklusif dibanding balita yang tidak menderita pneumonia. Hasil analisis pengaruh antara berat badan lahir terhadap kejadian pneumonia diperoleh hasil uji statistik menjelaskan ada pengaruh bermakna yang ditunjukkan nilai χ²=9,227 dan p value=0,002; α=0,05, dengan nilai OR=4,135 95CI:1,592-10,739 dimana balita yang menderita pneumonia 4,135 kali kemungkinannya memiliki berat badan lahir rendah dibanding balita yang tidak menderita pneumonia. Hasil analisis pengaruh antara riwayat asma terhadap kejadian pneumonia diperoleh hasil uji statistik menjelaskan ada pengaruh bermakna yang ditunjukkan nilai χ²=23,338 dan p value=0,000; α=0,05, dengan nilai OR=6,914 95CI:3,059- 15,628 dimana balita yang menderita pneumonia 6,914 kali kemungkinannya memiliki riwayat asma dibanding balita yang tidak menderita pneumonia. 4.4 Analisis Pengaruh antara Faktor Lingkungan terhadap Kejadian Pneumonia pada Balita di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tabel 4.6. Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Kejadian Pneumonia pada Balita di RSU Kabanjahe Tahun 2013 Variabel Kasus Kontrol Total OR 95CI χ² p value N n n 1.Pendidikan Ibu SLTP ke bawah 50 86,2 42 72,4 92 79,3 2,381 0,928- 6,111 3,362 0,067 SLTA ke atas 8 13,8 16 27,6 24 20,7 2.Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja 13 22,4 4 6,9 17 14,7 3,900 1,188- 12,800 5,583 0,018 Bekerja 45 77,6 54 93,1 99 85,3 Tabel 4.6 Lanjutan Variabel Kasus Kontrol Total OR 95CI χ² p value N n n 3.Sosial Ekonomi Gakin 30 51,7 23 39,7 53 45,7 1,630 0,781- 3,404 1,702 0,192 Non Gakin 28 48,3 35 60,3 63 54,3 Dari tabel 4.6 diatas diperoleh hasil analisis pengaruh antara pendidikan ibu terhadap kejadian pneumonia diperoleh hasil uji statistik menjelaskan tidak ada pengaruh yang ditunjukkan nilai χ²=3,362 dan p value=0,067. Hasil analisis pengaruh antara pekerjaan ibu terhadap kejadian pneumonia diperoleh hasil uji statistik menjelaskan ada pengaruh bermakna yang ditunjukkan nilai χ²=5,583 dan p value =0,018; α=0,05, dengan nilai OR=3,900 95CI:1,188-12,800 dimana balita yang menderita pneumonia 3,9 kali kemungkinannya berasal dari ibu yang tidak bekerja dibanding balita yang tidak menderita pneumonia. Hasil analisis pengaruh antara sosial ekonomi terhadap kejadian pneumonia diperoleh hasil uji statistik menjelaskan tidak ada pengaruh yang ditunjukkan nilai χ²=1,702 dan p value=0,192. 4.5 Analisis Pengaruh Antara Faktor Perilaku terhadap Kejadian Pneumonia pada Balita di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tabel 4.7. Pengaruh Faktor Perilaku terhadap Kejadian Pneumonia pada Balita di RSU Kabanjahe Tahun 2013 Variabel Kasus Kontrol Total OR 95CI χ² p value n n n 1.Kebiasaan Merokok Merokok 49 84,5 27 46,6 76 65,5 6,251 2,597- 15,045 18,468 0,000 Tidak Merokok 9 15,5 31 53,4 40 34,5 Dari tabel 4.7 diatas diperoleh hasil analisis pengaruh antara perilaku merokok terhadap kejadian pneumonia diperoleh hasil uji statistik menjelaskan ada pengaruh bermakna yang ditunjukkan nilai χ²=18,468 dan p value=0,000; α=0,05, dengan nilai OR=6,251 95CI:2,597-15,045 dimana balita yang menderita pneumonia 6,251 kali kemungkinannya berasal dari keluarga yang memiliki kebiasaan merokok dibanding balita yang tidak menderita pneumonia. 4.6 Analisis Pengaruh Pelayanan Kesehatan terhadap Kejadian Pneumonia pada Balita di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tabel 4.8. Pengaruh Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan terhadap Kejadian Pneumonia pada Balita di RSU Kabanjahe Tahun 2013 Variabel Kasus Kontrol Total OR 95CI χ² p value n n n 1.Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Tidak Menggunakan 39 67,2 18 31 57 49,1 4,561 2,089- 9,962 15,211 0,000 Menggunakan 19 32,8 40 69 59 50,9 Dari tabel 4.8 diatas diperoleh hasil analisis pengaruh antara pemanfaatan pelayanan kesehatan terhadap kejadian pneumonia diperoleh hasil uji statistik menjelaskan ada pengaruh bermakna yang ditunjukkan nilai χ²=15,211 dan p value =0,000; α=0,05, dengan nilai OR=4,561 95CI:2,089-9,962 dimana balita yang menderita pneumonia 4,561 kali kemungkinannya berasal dari keluarga yang tidak menggunakan pelayanan kesehatan dibanding balita yang tidak menderita pneumonia

4.7 Perhitungan Population Attributable Risk PAR