5.3 Pengaruh antara Faktor Perilaku terhadap Kejadian Pneumonia pada Balita di RSU Kabanjahe
Hasil analisis pengaruh antara perilaku merokok terhadap kejadian pneumonia diperoleh hasil uji statistik menjelaskan ada pengaruh bermakna dengan nilai
OR=6,251 95CI:2,597-15,045 dimana balita menderita pneumonia mempunyai kemungkinan 6,251 kali dari keluarga yang memiliki kebiasaan merokok dibanding
balita yang tidak menderita pneumonia. Hasil analisis multivariat diperoleh ada pengaruh yang bermakna antara kebiasaan merokok terhadap kejadian pneumonia
yang ditunjukkan dengan nilai p value=0,003. Hasil penelitian ini sesuai oleh Lenni 2008 yang mendapatkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara kebiasaan
merokok terhadap kejadian pneumonia, artinya balita yang menderita pneumonia 3,5 kali kemungkinannya dari keluarga yang memiliki kebiasaan merokok dibanding
balita yang tidak menderita pneumonia. Hasil ini sesuai oleh penelitian yang dilakukan Sulistyowati 2010 dimana
balita yang menderita pneumonia 4,4 kali kemungkinan tinggal dirumah dengan anggota keluarga yang merokok dalam satu bulan terakhir dibandingkan balita yang
tidak menderita pneumonia. Hasil penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah Herman 2002 yang menunjukkan ada pengaruh yang bermakna antara
kebiasaan merokok terhadap kejadian pneumonia p value=0,000 dengan OR=2,9, artinya balita yang terkena pneumonia 2,9 kali kemungkinan tinggal serumah dengan
anggota keluarga yang merokok dibanding balita yang tidak terkena pneumonia.
Hasil penelitian ini dapat dikaitkan dengan data dari Statistik Daerah kabupaten Karo menyebutkan bahwa dalam kelompok kebutuhan dasar makanan, komoditas
beras dan rokok kretek filter merupakan pengeluaran terbesar penduduk baik di kota maupun di desa. Pengeluaran perkapita perbulan untuk komoditas beras sebesar
34,66 dan rokok filter sebesar 10,98. Sedangkan pengeluaran untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan hanya sebesar 6,3. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
masih memiliki kesadaran yang rendah akan pentingnya kesehatan, karena lebih cenderung mengeluarkan biaya untuk merokok dibandingkan dengan mengeluarkan
biaya dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan untuk upaya pengobatan maupun pencegahan terjadinya pneumonia pada balita.
5.4 Pengaruh antara Faktor Pelayanan Kesehatan terhadap Kejadian Pneumonia pada Balita di RSU Kabanjahe
Hasil analisis pengaruh antara pemanfaatan pelayanan kesehatan terhadap kejadian pneumonia diperoleh hasil uji statistik menjelaskan ada pengaruh bermakna
dengan nilai OR=4,561 95CI:2,089-9,962 dimana balita yang menderita pneumonia 4,561 kali kemungkinannya dari keluarga yang tidak menggunakan
pelayanan kesehatan dibanding balita yang tidak menderita pneumonia. Hasil multivariat menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna antara pemanfaatan
pelayanan kesehatan terhadap kejadian pneumonia p value=0,0120. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Susi 2011 yang menyatakan bahwa tidak ada
pengaruh antara pemanfaatan pelayanan kesehatan terhadap kejadian pneumonia p value
=0,763. Hasil penelitian Djaja 2001, menjelaskan bahwa ibu dengan
pendidikan tinggi akan lebih banyak membawa anaknya berobat ke fasilitas kesehatan, tetapi ibu dengan pendidikan rendah akan lebih memilih membawa anak
ke dukun atau mengobati sendiri. Pemanfaatan pelayanan kesehatan ini juga berkaitan dengan seberapa besar kesadaran keluarga mengalokasikan anggaran pendapatan
keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan
5.5 Analisis Perhitungan Population Attributable Risk PAR