BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Kelapa
Tanamanan kelapa Cocos Nucifera merupakan salah satu tanaman industri yang memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia.
1
Sepertiga berat butir kelapa terdiri atas sabut kelapa. Sabut kelapa dapat diproses menjadi coco fiber yang berkualitas tinggi. Sabut kelapa direndam dalam
air sampai menjadi soft atau lunak teksturnya sehingga dapat dipintal menjadi tali atau twine yang terkenal daya kekuatannya untuk berbagai keperluan industri
seperti tali, jaring, keset, sapu, bahan isian jok mobil, isian tempat tidur pegas. Salah satu produk samping dari produk kelapa yaitu serbuk, besar manfaatnya
bagi pembuatan pupuk dan plastic board sebagai bahan untuk insolasi karena kedap suhu dan suara. Cocopeat serbuk sabut kelapa berasal dari kulit buah
kelapa yang sudah tua. Bahan ini berserat banyak, ringan, tidak menempel pada pot dan mudah pemeliharaannya. Keunggulan lainnya adalah mudah mengikat
dan menyimpan air, mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman dan mudah diperoleh dalam jumlah banyak. Oleh karena cocopeat bersifat mampu
Luas tanaman kelapa di Indonesia kurang lebih 3.176.223 hektar dengan total produksi kurang lebih sebesar 2.789.100 ton Biro Pusat Statistik, 2012.
1
Florentinus Gregorius. Kelapa Pohon Kehidupan. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama. 2014. h:1-3
Universitas Sumatera Utara
menyimpan air maka pada saat mengisikan media tanam dalam pot, bagian dasar pot harus diberi styrofoam terlebih dahulu agar air mudah mengalir.
Cocopeat sering digunakan sebagai bahan pupuk karena kandungan unsur
haranya, antara lain N Nitrogen, P Phospor, K Kalium, Ca Calsium dan Mg Magnesium. Cocopeat juga banyak mengandung bahan organik, abu, pektin,
hemiselulosa, selulosa, pentosa dan lignin.
Gambar 3.1. Cocopeat
3.2. Antropometri
3.2.1. Definisi Antropometri
Antropometri berasal dari kata latin yaitu anthropos yang berarti manusia dan metron yang berarti pengukuran, dengan demikian antropometri mempunyai
arti sebagai pengukuran tubuh manusia Bringer, 1995. Sedangkan Pulat 1992 mendefinisikan antropometri sebagai studi dari dimensi tubuh manusia.
2
2
Purnomo, Hari. Antropometri dan Aplikasinya.Yogyakarta.Graha Ilmu.2013
Lebih lanjut Tayyari dan Smith 1997 menjelaskan bahwa antropometri merupakan
studi yang berkaitan erat dengan dimensi dan karakteristik fisik tertentu dari tubuh manusia seperti berat, volume, pusat gravitasi, sifat-sifat inersia segmen tubuh,
Universitas Sumatera Utara
dan kekuatan kelompok otot. Sanders dan Mc. Cormick 1987 menyatakan bahwa antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik
tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang. Dengan mengetahui ukuran dimensi tubuh pekerja, dapat dibuat rancangan
peralatan kerja, stasiun kerja dan produk sesuai dengan dimensi tubuh pekerja sehingga dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja.
3.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri
Manusia pada umumnya berbeda-beda dimensi ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah
semestinya seorang perancang produk memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah:
1. Umur Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh
A.F.Roche dan G.H.Davila 1972 di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki- laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21 tahun,
sedangkan wanita 17 tahun. Meskipun ada sekitar 10 yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23 tahun laki-laki dan 21 tahun wanita.
Setelah itu, tidak akan terjadi lagi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40
tahunan.
Universitas Sumatera Utara
2. Jenis Kelamin Sex Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan
dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul dan sebagainya.
3. Suku Bangsa Etnis Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik
yang akan berbeda satu dengan yang lainnya. 4. Posisi Tubuh
Sikap postur ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Oleh sebab itu, posisi tubuh standar harus ditetapkan untuk survei pengukuran.
Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran yaitu pengukuran dimensi struktur tubuh dan pengukuran dimensi fungsional tubuh.
5. Cacat Tubuh Data antropometri yang diperlukan adalah untuk perancangan produk bagi
orang-orang cacat, misalnya kursi roda, kakitangan palsu, dan lain-lain. 6. Tebal atau Tipisnya Pakaian yang Dikenakan
Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian.
7. Kehamilan Pregnancy Kondisi semacam ini jelas mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh khusus
perempuan. Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk- produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.
Universitas Sumatera Utara
3.2.3. Antropometri Statis Struktural
Istilah lain dari pengukuran tubuh dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak tetap tegak sempurna dikenal dengan antropometri statis. Dimensi
tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggipanjang lutut
pada saat berdiriduduk, panjang lengan dan sebagainya.Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil tertentu seperti 5-th dan 95-th persentil. Contoh
antropometri statis adalah posisi tubuh saat orang duduk di kursi.
3.2.4. Antropometri Dinamis Fungsional
Antropometri dinamis adalah pengukuran yang dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan
dengan kegiatan yang harus diselesaikan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang
nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Berbeda dengan antropometri
statis yang mengukur tubuh dalam posisi tetapstatis, maka cara pengukuran kali ini dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan kerja atau dalm posisi
yang dinamis. Antropometri dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja. Contoh antropometri dinamis adalah
perancangan kursi mobil dimana di sini posisi tubuh pada saat melakukan gerakan mengoperasikan kemudi, tangkai pemindahan gigi, pedal dan juga jarak antara
Universitas Sumatera Utara
kepala dengan atap maupun dashboard harus menggunakan data antropometri dinamis.
3.2.5. Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya
pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan dibuat.
3
a. Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90-th, 95-th
Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang
akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti
diuraikan berikut ini: 1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim
Di sini rancangan produk dibuat agar memenuhi 2 sasaran produk, yaitu: a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim
dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya. b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain mayoritas
dari populasi yang ada. Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang siaplikasikan
ditetapkan dengan cara:
3
Ibid., hlm. 67-69.
Universitas Sumatera Utara
atau 99-th persentil. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai persentil yang paling rendah yaitu 1-th, 5-th, 10-th persentil dari distribusi
data antropometri yang ada. Hal ini diterapkan dalam penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang
pekerja. 2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan di antar rentang ukuran
tertentu. Di sini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel
dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang
mana dalam hal ini letaknya dapat digeser majumundur dari sudut sandarannya pun dapat berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan.Dalam
kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai
95-th persentil. 3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata.
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini juga sedikit sekali mereka yang
berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki
ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.
Universitas Sumatera Utara
3.2.6. Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data Antropometri
Data antropometri jelas diperlukan agar supaya rancangan suatu produk dapat sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang
diperlukan pada hakikatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual, seperti halnya yang dijumpai untuk produk yang dibuat berdasarkan
pesanan job order. Situasi menjadi berubah manakala lebih banyak lagi produk standar yang harus dibuat untuk dioperasikan oleh banyak orang. Mengingat
ukuran individu akan bervariasi satu dengan populasi yang menjadi target sasaran produk tersebut maka akan lebih mudah diatasi bilamana perancangan produk
tersebut memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu suai” adjustable dengan suatu rentang ukuran tertentu.
Untuk penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan
berdasrkan harga rata-rata mean dan simpangan standarnya standar deviasi dari data yang ada. Dari nilai yang ada tersebut, maka persentil dapat ditetapkan sesuai
dengan tabel probabilitas distribusi normal. Dengan persentil, maka yang dimaksudkan di sini adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari
orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95- th persentil akan menunjukkan 95 populasi akan berada pada atau di bawah
ukuran tersebut, sedangkan 5-th persentil akan menunjukkan 5 populasi akan berada pada atau di bawah ukuran itu. Dalam antropometri, angka 95-th akan
menggambarkan ukuran manusia yang terbesar dan 5-th persentil sebaliknya menunjukkan ukuran terkecil.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2. Kurva Distribusi Normal dengan Persentil 95-th
Pemakaian persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri dapat dijelaskan pada Tabel 3.1.seperti berikut ini:
Tabel 3.1. Tabel Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal Persentil
Perhitungan
1-st
X
– 2,325 2,5-th
X
– 1,96 5-th
X
– 1,645 10-th
X
– 1,28 50-th
X
90-th
X
+ 1,28 95-th
X
+ 1,645 97,5-th
X
+ 1,96 99-th
X
+ 2,325
3.2.7. Aplikasi Antropometri dalam Perancangan Produk
Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang sangat kompleks dan harus berpedoman kepada antropometri pemakainya.
Menurut Annis dan McConville 1996 membagi aplikasi ergonomi dalam kaitannya dengan antropometri menjadi dua divisi utama, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Ergonomi berhadapan dengan tenaga kerja, mesin beserta sarana pendukung lainnya dan lingkungan kerja.
2. Ergonomi berhadapan dengan karakteristik produk pabrik berhubungan dengan konsumen atau pemakai produk.
Dalam menentukan ukuran stasiun kerja, alat kerja dan produk pendukung lainnya, data antropometri tenaga kerja memegang peranan penting. Menurut
Sutarman bahwa dengan mengetahui ukuran antropometri tenaga kerja akan dapat dibuat suatu desain alat kerja yang sepadan bagi tenaga kerja yang akan
menggunakan dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika kerja.
Dalam setiap perancangan peralatan dan stasiun kerja, keterbatasan manusia harus selalu diperhitungkan, di samping kemampuan dan kebolehannya.
Mengingat bahwa setiap manusia berbeda satu dengan yang lainnya, maka aplikasi data antropometri dalam desain produk dapat meliputi:
1. Desain orang ekstrim data terkecil atau terbesar
Contoh: Letak tombol-tombol operasional dan kontrol panel pada mesin yang didesain berdasarkan ukuran jangkauan tangan tertinggi.
2. Desain untuk orang per orang
Contoh: perancangan produk pakaian berdasarkan dimensi tubuh amsing- masing individu.
3. Desain untuk kisaran yang dapat diatur adjustable range dengan
menggunakan persentil 5 dan persentil 95 dari populasi.
Universitas Sumatera Utara
Contoh: Perancangan kursi mobil yang dapat digeser maju mundur dan sudut sandarannya dapat diatur sedemikian rupa.
4. Desain untuk ukuran terata dengan menggunakan data persentil 50.
Contoh: Tinggi meja kerja yang didesain hanya berdasarkan rata-rata tinggi tenaga kerja maka orang yang pendek akan selalu mengangkat bahu dan leher,
sedangkan orang yang tinggi akan membungkukkan punggung waktu kerja pada ketinggian yang sama.
3.2.8. Langkah-langkah Penilaian Data Antropometri
Berikut ini adalah langkah-langkah dan flow chart penilaian data antropometri:
4
a. Langkah awal adalah pengambilan data
b. Hitung nilai rata-rata dengan menggunakan rumus:
Dimana: = harga rata-rata dari subgrup ke-i
= banyaknya data c.
Hitung nilai standar deviasi dengan menggunakan rumus:
1
2
− −
=
∑
n X
X s
i
Dimana: : Banyaknya pengamatan : Data hasil pengukuran
s : Standar deviasi untuk sampel d.
Hitung nilai maksimum dan minimum, hitung nilai batas kelas bawah BKB dan batas kelas atas BKA. Jika nilai minimum lebih BKB dan nilai
4
Sutalaksana, Iftikar Z. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung. ITB
Universitas Sumatera Utara
maksimum BKA maka data seragam. Jika nilai minimum dari BKB dan nilai maksimum BKA maka data tidak seragam. Jika data belum seragam
daapat dilakukan revisi hingga seluruh data berada pada batas kontrol. e.
Uji kecukupan data dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
Jika N’ N maka data sudah cukup Jika N’ N maka data belum cukup
f. Uji kenormalan data dapat dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov test
Setelah selesai lakukan penetapan data antropometri yang digunakan.
3.3. Uji Kenormalan Data dengan
Kolmogorov-Smirnov secara Manual
Uji Kolmogorov Smirnov adalah pengujian normalitas yang banyak dipakai, terutama setelah adanya banyak program statistik yang beredar.
Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi
pada uji normalitas dengan menggunakan grafik.
Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data yang akan diuji normalitasnya dengan
distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi
sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika
Universitas Sumatera Utara
signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan
pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data
normal baku, berarti data tersebut tidak normal.
3.3.1. Perhitungan dengan Menggunakan Software SPSS
Pengujian normalitas dengan menggunakan softwareSPSS dilakukan dengan menu Analyze, kemudian pilih NonparametricTest, lalu arahkan kursor
pada 1-Sample K-S singkatan dari Kolmogorov-Smirnov, maka akan muncul kotak One-SampleKolmogorov-SmirnovTest. Data yang akan diuji terletak di kiri
dan pindahkan ke kanan dengan tanda panah. Lalu tekan OK. Output dapat dilihat pada baris paling bawah dan paling kanan yang berisi Asymp.Sig.2-tailed. Lalu
intepretasinya adalah bahwa jika nilainya di atas 0,05 maka distribusi data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas, dan jika nilainya di bawah 0,05 maka
diinterpretasikan sebagai tidak normal.
3.10. Jalan Lintas Aisle: Arti dan Keunggulannya didalam Proses
Komunikasi serta Pemindahan Bahan
Jalan lintasan atau aisle dalam pabrik dipergunakan terutama untuk dua hal yaitu komunikasi dan transportasi. Perencanaan yang baik pada jalur lintasan
ini akan banyak menentukan proses gerakan perpindahan dari personil, bahan,
Universitas Sumatera Utara
ataupun peralatan produksi dari satu lokasi ke lokasi lain.
5
Dengan demikian
maka jalan lintasan ini dalam pabrik akan dipergunakan antara lain.
1. Material handling. 2. Gerakan perpindahan personil.
3. Finishing goods productions handling. 4. Pembuangan skrap dan limbah lainnya.
5. Pemindahan peralatan produksi baik untuk pergantian baru maupun untuk perawatan.
6. Kondisi-kondisi darurat semacam kebakaran, dan lain-lain. Didalam menentukan lokasi dari jalan lintasan ini maka akan dijumpai dua
macam problema utama, yaitu. 1. Di lokasi mana jalan lintasan tersebut akan ditempatkan.
2. Berapa lebar jalan lintasan yang sebaiknya diambil. Lokasi dari jalan lintas utama atau main aisle biasanya diatur dengan
memperhatikan letak kolom bangunan pabrik dan pada umumnya akan membagi pabrik dalam luasan yang sama. Jalan lintasan utama ini biasanya juga memiliki
pintu di kedua ujungnya, meskipun dalam keadaan normal pintu yang kedua selalu dalam keadaan tertutup dan akan dibuka untuk kondisi yang bersifat darurat
saja. Berikut ini beberapa contoh penempatan jalan lintasan utama yang dipandang cukup memenuhi persyaratan, seperti ditunjukkan Gambar 3.3.
5
Sritomo Wignjosoebroto. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Chapter III, Guna Widya, 2000 , hal: 222-226
Universitas Sumatera Utara
Benar Salah
Benar Salah
Gambar 3.3. Contoh Penempatan Jalan Lintas Utama Main Aisle
Lebar gang dipengaruhi oleh jenis pergerakan satu arah atau dua arah, ukuran material dan peralatan material handling yang digunakan. Standar lebar
jalan lintasan yang direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Standar Lebar Jalan Lintasan yang Direkomendasikan Macam Lalu Lintas
Lebar BebanBahan yang Melintas
meter Lebar Jalan
Lintasan meter
Hanya orang yang bergerak melintasi dalam dua arah
- 1,00
Universitas Sumatera Utara
Jalan lintasan antar departemen yang akan dilewati orang dan gerobak
kereta dorong 2 roda, satu arah dan tidak untuk diputar balik.
0,75 1,50
Tabel 3.2. Standar Lebar Jalan Lintasan yang Direkomendasikan Lanjutan Macam Lalu Lintas
Lebar BebanBahan yang Melintas
meter Lebar Jalan
Lintasan meter
Truk pengirim barang dimana orangkaryawan gudang harus
bergerak mengelilingi truk saat melakukan kegiatan
1,50 2,0
Jalan lintas satu arah yang dlewati forklift
trucks 1,50
2,25
Jalan lintas dua arah yang dilewati forklift trucks
3,00 4,50
Jalan lintas dua arah yang dilewati tractor-trailer trains
3,00 4,50
Jalan lintas dua arah yang dilewati -
5,00
Universitas Sumatera Utara
mobile crane atau truk besar
Didalam penetapan total luas departemen yang akhirnya juga mempengaruhi luas area pabrik secara menyeluruh maka harus diperhitungkan
penambahan luasan area untuk jalan lintasan aisles ini. Tergantung pada jumlah, macam, bentuk ataupun lokasi jalan lintasan dibuat, diperlukan sejumlah
persentase tertentu untuk keperluan jalan lintasan seperti contoh-contoh pada Gambar 3.4.
19,7 aisle space 37,3 aisle space
27,2 aisle space
18,6 aisle space 52,7 aisle space
20,8 aisle space
Gambar 3.4. Bentuk dan Lokasi Jalan Lintas dalam Pabrik
Persentase yang ditunjukkan dalam gambar di atas merupakan rasio aisle space
dibandingkan dengan total luasan pabrikdepartemen keseluruhan yang berukuran 25 x 25 meter dengan lebar jalan lintasan 2,60.
3.5. Range Of Motion