4.4 Perbedaan Pengaruh antara Penyemprotan Rebusan Daun Sirih
25 dan Larutan Sodium Hipoklorit 0,5 pada Cetakan Elastomer terhadap Perubahan Dimensi Model Fisiologis
Perbedaan pengaruh antara penyemprotan rebusan daun sirih 25 dan larutan sodium hipoklorit 0,5 pada cetakan elastomer terhadap perubahan dimensi model
fisiologis dianalisis dengan uji t tidak berpasangan. Sebelum dilakukan pengujian dengan uji t tidak berpasangan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan
menggunakan uji Saphiro-Wilk untuk mengetahui bahwa data kelompok B dan C adalah normal. Hasil uji normalitas kelompok B dilihat dari buko lingual diperoleh
nilai 0,852 dengan tingkat signifikansi p = 0,061 p 0,05, dilihat dari okluso gingival diperoleh nilai 0,977 dengan tingkat signifikansi p = 0,944 p 0,05, dan
dilihat dari interpreparasi diperoleh nilai 0,884 dengan tingkat signifikansi p = 0,146 p 0,05, hal ini berarti data kelompok B yang diperoleh normal. Hasil uji
normalitas kelompok C dilihat dari buko lingual diperoleh nilai 0,935 dengan tingkat signifikansi p = 0,496 p 0,05, dilihat dari okluso gingival diperoleh nilai 0,956
dengan tingkat signifikansi p = 0,737 p 0,05, dan dilihat dari interpreparasi diperoleh nilai 0,965 dengan tingkat signifikansi p = 0,840 p 0,05, hal ini berarti
data kelompok C yang diperoleh normal.
Setelah dilakukan pengujian dengan uji Saphiro-Wilk untuk mengetahui bahwa data kelompok adalah normal, dilakukan uji Levene untuk mengetahui
homogenitas data dan diperoleh hasil uji homogenitas dilihat dari bukolingual menunjukkan nilai 4,227 dengan tingkat signifikansi p = 0,055 p 0,05, dilihat dari
okluso gingival 0,102 dengan tingkat signifikansi p = 0,753 p 0,05 dan dilihat dari interpreparasi 0,072 dengan tingkat signifikansi p = 0,792 p 0,05. Nilai
tersebut menunjukkan data yang diperoleh homogen. Setelah uji homogenitas, selanjutnya dilakukan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui perbedaan pengaruh
antara penyemprotan rebusan daun sirih 25 dan larutan sodium hipoklorit 0,5 pada cetakan elastomer terhadap perubahan dimensi model fisiologis.
Pada Tabel 10 dari uji t tidak berpasangan dilihat dari buko lingual diperoleh signifikansi p = 0,897 p 0,05, okluso gingival diperoleh signifikansi p = 0,723
Universitas Sumatera Utara
p 0,05 dan interpreparasi diperoleh signifikansi p = 0,448 p 0,05, hal ini berarti tidak ada perbedaan pengaruh antara penyemprotan rebusan daun sirih 25
dan larutan sodium hipoklorit 0,5 pada cetakan elastomer terhadap perubahan dimensi model fisiologis.
Tabel 10. Hasil uji t tidak berpasangan pada penyemprotan cetakan elastomer dengan rebusan daun sirih 25 dan larutan sodium hipoklorit 0,5 terhadap
perubahan dimensi model fisiologis serta persentase perubahan dimensi dibandingkan dengan model induk
Kelompok Buko Lingual BL Okluso Gingival OG
Interpreparasi IP Rerata
p Rerata
p Rerata
p B
6,312 mm 0,287
0,897 7,998 mm
0,278 0,723
28,172 mm 0,278
0,448 C
6,311 mm 0,294
7,996 mm 0,294
28,168 mm 0,290
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN