Pembuatan Rebusan Infusa Daun Sirih Pengukuran Sampel Persentase Perubahan Dimensi

Gambar 8. Bahan-bahan penelitian a: bahan cetak, b : larutan sodium hipoklorit 0,5, c : dental stone tipe IV, d : akuades, e: seal bag, f : sellopan

3.6 Cara Penelitian

3.6.1 Pembuatan Rebusan Infusa Daun Sirih

Jenis sirih yang digunakan adalah sirih jawa Piper betle Linn. Bagian dari sirih yang direbus dibuat infusanya adalah daun sirih jawa dengan berat 0,5 kg yang dikeringkan menggunakan lemari pengering selama lebih kurang 5 hari sehingga dihasilkan simplisia Gambar 9. Gambar 9. Daun sirih dalam lemari pengering a c f b d e Universitas Sumatera Utara Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan akuades pada suhu 90 o selama 15 menit. Untuk membuat infusa daun sirih 25, campurkan 25 gram simplisia dengan 100ml akuades di dalam panci Gambar 10, lalu panaskan selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 o sambil sekali- sekali diaduk. Pada simplisia yang mengandung minyak atsiri serkai setelah dingin dengan kertas saring Gambar 11. 52 Gambar 10. Campuran simplisia dan akuades Gambar 11. Infusa daun sirih 25 di dalam panci

3.6.2 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian

3.6.2.1 Pembuatan Sampel Kelompok A

1. Model induk dilapisi selembar malam lebih kurang 2 mm yang menutupi batas tepi Gambar 12 untuk pembuatan sendok cetak fisiologis dari resin akrilik swapolimerisasi sebelum proses pencetakan dilakukan. Setelah akrilik mengeras, sendok cetak dilepas dan dirapikan, malam dibuang Gambar 13. Gambar 12. Model induk yang Gambar 13. Sendok cetak dilapisi malam fisiologis Universitas Sumatera Utara 2. Pencetakan pada model induk menggunakan sendok cetak fisiologis dengan bahan cetak elastomer jenis polivinil siloksan silikon adisi putty light body wash. 3. Keluarkan bahan cetak polivinil siloksan putty dengan perbandingan base dan katalis dengan perbandingan yang sama, lalu dimanipulasi dengan tangan hingga warnanya homogen dan merata Gambar 14. Kemudian dilakukan pencetakan pada model induk dengan teknik 2 tahap two step menggunakan spacer sellopan dan tunggu sampai bahan cetak mengeras Gambar 15. Gambar 14. Putty yang dimanipulasi Gambar 15. Pencetakan dengan putty dengan tangan 4. Terlebih dahulu keluarkan spacer sellopan pada cetakan putty dan lalu bahan cetak polivinil siloksan wash pasta base dan katalis diaduk di atas glass plate dengan perbandingan 1: 1 sampai sewarna sehingga didapat campuran yang homogen dan konsistensinya padat Gambar 16 kemudian dimasukkan ke dalam sendok cetak fisiologis dan dicetak ke model induk Gambar 17. Gambar 16. Pengadukan wash Gambar 17. Hasil cetakan Universitas Sumatera Utara 5. Setelah cetakan setting, cetakan dilepaskan dan dicuci dengan menggunakan akuades selama 10 detik kemudian dikeringkan dengan semprotan udara dan dibiarkan 30 menit. 6. Setelah 30 menit, cetakan lalu diisi dengan gipsum keras tipe IV Fuji Rock sesuai dengan perbandingan bubuk dan akuades menurut petunjuk pabrik menggunakan vibrator untuk menghindari adanya gelembung udara Gambar 18. Gambar 18. Pengisian cetakan menggunakan vibrator 7. Setelah itu model gipsum dibiarkan kering selama 1-2 jam. 8. Proses pencetakan ini dilakukan sebanyak 3 sampel per hari hingga diperoleh 10 sampel untuk kelompok A, kemudian sampel diberi nomor dan diukur dengan kaliper digital Gambar 19.

3.6.2.2 Pembuatan Sampel Kelompok B

1. Model induk dilapisi selembar malam lebih kurang 2 mm yang menutupi batas tepi Gambar 12 untuk pembuatan sendok cetak fisiologis dari resin akrilik swapolimerisasi sebelum proses pencetakan dilakukan. Setelah akrilik mengeras, sendok cetak dilepas dan dirapikan, malam dibuang Gambar 13. 2. Pencetakan pada model induk menggunakan sendok cetak fisiologis dengan bahan cetak elastomer jenis polivinil siloksan silikon adisi putty light body wash. Universitas Sumatera Utara 3. Keluarkan bahan cetak polivinil siloksan putty dengan perbandingan base dan katalis dengan perbandingan yang sama, lalu dimanipulasi dengan tangan hingga warnanya homogen dan merata Gambar 14. Kemudian dilakukan pencetakan pada model induk dengan teknik 2 tahap two step menggunakan spacer sellopan dan tunggu sampai bahan cetak mengeras Gambar 15. 4. Terlebih dahulu keluarkan spacer sellopan pada cetakan putty dan lalu bahan cetak polivinil siloksan wash pasta base dan katalis diaduk di atas glass plate dengan perbandingan 1: 1 sampai sewarna sehingga didapat campuran yang homogen dan konsistensinya padat Gambar 16 kemudian dimasukkan ke dalam sendok cetak fisiologis dan dicetak ke model induk Gambar 17. 5. Setelah cetakan setting, cetakan dilepaskan dan dicuci dengan menggunakan akuades selama 10 detik kemudian dikeringkan dengan semprotan udara. 6. Kemudian hasil cetakan disemprot dengan 10 ml rebusan infusa daun sirih 25, lalu disimpan dalam plastik yang ditutup rapat seal bag selama 10 menit. 7. Setelah 10 menit hasil cetakan dibilas dengan menggunakan akuades lalu dikeringkan dengan semprotan udara dan dibiarkan 20 menit. 8. Cetakan lalu diisi dengan gipsum keras tipe IV Fuji Rock sesuai dengan perbandingan bubuk dan akuades menurut petunjuk pabrik menggunakan vibrator untuk menghindari adanya gelembung udara Gambar 18. 9. Setelah itu model gipsum dibiarkan kering selama 1-2 jam. 10. Proses pencetakan ini dilakukan sebanyak 3 sampel per hari hingga diperoleh 10 sampel untuk kelompok B, kemudian sampel diberi nomor dan diukur dengan kaliper digital Gambar 19.

3.6.2.3 Pembuatan Sampel Kelompok C

1. Model induk dilapisi selembar malam lebih kurang 2 mm yang menutupi batas tepi Gambar 12 untuk pembuatan sendok cetak fisiologis dari resin akrilik swapolimerisasi sebelum proses pencetakan dilakukan. Setelah akrilik mengeras, sendok cetak dilepas dan dirapikan, malam dibuang Gambar 13. Universitas Sumatera Utara 2. Pencetakan pada model induk menggunakan sendok cetak fisiologis dengan bahan cetak elastomer jenis polivinil siloksan silikon adisi putty light body wash. 3. Keluarkan bahan cetak polivinil siloksan putty dengan perbandingan base dan katalis dengan perbandingan yang sama, lalu dimanipulasi dengan tangan hingga warnanya homogen dan merata Gambar 14. Kemudian dilakukan pencetakan pada model induk dengan teknik 2 tahap two step menggunakan spacer sellopan dan tunggu sampai bahan cetak mengeras Gambar 15. 4. Terlebih dahulu keluarkan spacer sellopan pada cetakan putty dan lalu bahan cetak polivinil siloksan wash pasta base dan katalis diaduk di atas glass plate dengan perbandingan 1: 1 sampai sewarna sehingga didapat campuran yang homogen dan konsistensinya padat Gambar 16 kemudian dimasukkan ke dalam sendok cetak fisiologis dan dicetak ke model induk Gambar 17. 5. Setelah cetakan setting, cetakan dilepaskan dan dicuci dengan menggunakan akuades selama 10 detik kemudian dikeringkan dengan semprotan udara. 6. Kemudian hasil cetakan disemprot dengan 10 ml larutan sodium hipoklorit 0,5, lalu disimpan dalam plastik yang ditutup rapat seal bag selama 10 menit. 7. Setelah 10 menit hasil cetakan dibilas dengan menggunakan akuades lalu dikeringkan dengan semprotan udara dan dibiarkan 20 menit. 8. Cetakan lalu diisi dengan gipsum keras tipe IV Fuji Rock sesuai dengan perbandingan bubuk dan akuades menurut petunjuk pabrik menggunakan vibrator untuk menghindari adanya gelembung udara Gambar 18. 9. Setelah itu model gipsum dibiarkan kering selama 1-2 jam. 10. Proses pencetakan ini dilakukan sebanyak 3 sampel per hari hingga diperoleh 10 sampel untuk kelompok C, kemudian sampel diberi nomor dan diukur dengan kaliper digital Gambar 19. Universitas Sumatera Utara Gambar 19. Hasil cetakan elastomer dan model fisiologis

3.6.3 Pengukuran Sampel

Pengukuran sampel dilakukan dengan menggunakan kaliper digital oleh operator yang sama sebanyak tiga kali kemudian ditabulasi dan dirata-ratakan. Pengukuran setiap kelompok dilakukan pada tiga dimensi yaitu pada posisi Buko Lingual BL yang merupakan diameter abutment, posisi Okluso Gingival OG yang merupakan tinggi abutment dan posisi interpreparasi IP yang merupakan jarak antar preparasi.

3.6.4 Persentase Perubahan Dimensi

Persentase perubahan dimensi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 53,54 Perubahan dimensi = �−� � × 100 Keterangan : y : Hasil dimensi yang diperoleh dari pengukuran model fisiologis mm x : Ukuran model induk mm Universitas Sumatera Utara

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh dengan mencari rata-rata hasil pengukuran sampel yang disemprot dengan rebusan infusa daun sirih 25 sebanyak 10 ml, disemprot dengan larutan sodium hipoklorit 0,5 sebanyak 10ml, kemudian dibandingkan dengan pengukuran sampel tanpa perlakuan penyemprotan kontrol. Hasil data dicatat kemudian dianalisis menggunakan : 1. Analisis univarian untuk mengetahui nilai rerata dan standar deviasi dimensi sampel pada kelompok A, B dan C. 2. Uji t tidak berpasangan untuk mengetahui pengaruh penyemprotan rebusan daun sirih 25, larutan sodium hipoklorit 0,5, serta perbedaan pengaruh antara penyemprotan rebusan daun sirih 25 dan larutan sodium hipoklorit 0,5 pada cetakan elastomer terhadap perubahan dimensi model fisiologis dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparasi. Universitas Sumatera Utara