BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris.
3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian
3.2.1 Sampel Penelitian
Sampel diperoleh dari hasil pencetakan model induk yang terbuat dari stainless steel berbentuk 2 mahkota yang telah dipreparasi. Sampel dibuat mengikuti
ketentuan spesifikasi ANSIADA tinggiokluso gingival 8,02 mm, diameterbuko lingual 6,33 mm, jarak antara 2 abutmentinter preparasi 28,25mm Gambar 5A,B.
21
Gambar 5A. Model Induk B. Skema Model Induk OG= Okluso Gingival; BL= Buko Lingual; IP =
Interpreparasi
3.2.2 Besar Sampel Penelitian
Pada penelitian ini jumlah sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus sebagai berikut:
51
t-1r-1 ≥ 15
IP BL
OG
A B
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : t : Jumlah perlakuan
r : Jumlah ulangan
Dalam penelitian ini, terdapat 3 kelompok antara lain 2 kelompok penyemprotan dan 1 kelompok tanpa pernyemprotan, maka t = 3 dan jumlah sampel
r setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut: t – 1 r – 1
≥ 15 3 – 1 r – 1
≥ 15 2 r – 1
≥ 15 r - 1
≥ 7,5 r
≥ 8,5 9 untuk memudahkan pada sampel setiap kelompok 10
n=10 Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 10 buah. Maka total
sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 30 buah untuk 3 kelompok, yang terdiri dari 10 sampel bahan cetak elastomer tanpa penyemprotan,
10 sampel bahan cetak elastomer yang disemprot dengan rebusan infusa daun sirih 25, dan 10 sampel bahan cetak elastomer yang disemprot dengan larutan sodium
hipoklorit 0,5.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Klasifikasi Variabel
3.3.1.1 Variabel Bebas
1. Cetakan elastomer yang disemprot dengan rebusan infusa daun sirih 25
2. Cetakan elastomer yang disemprot dengan larutan sodium hipoklorit 0,5
3.3.1.2 Variabel Terikat
Perubahan dimensi model fisiologis
3.3.1.3 Variabel Terkendali
1. Ukuran model induk
Universitas Sumatera Utara
2. Sendok cetak yang digunakan
3. Teknik mencetak yang dipakai
4. Perbandingan bahan cetak base : katalis
5. Jenis larutan desinfektan
6. Rebusan infusa daun sirih 25
7. Larutan Sodium hipoklorit 0,5
8. Jumlah larutan desinfektan yang disemprot
9. Selang waktu desinfeksi dengan pengisian bahan cetak
10. Perbandingan adonan gipsum keras
11. Waktu pengadukan adonan gipsum keras
3.3.2 Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi operasional variabel bebas No.
Variabel Bebas Definisi Operasional
Skala Ukur
Alat Ukur
1. Cetakan elastomer yang
disemprot dengan rebusan infusa daun sirih 25
Cetakan elastomer yang digunakan adalah silikon adisi polivinil
siloksan yang dicetakkan pada model induk lalu disemprot dengan
rebusan infusa daun sirih 25. -
-
2. Cetakan elastomer yang
disemprot dengan larutan sodium hipoklorit 0,5
Cetakan elastomer yang digunakan adalah silikon adisi polivinil
siloksan yang dicetakkan pada model induk lalu disemprot dengan
larutan sodium hipoklorit 0,5. -
-
Tabel 4. Definisi operasional variabel terikat No.
Variabel Terikat
Definisi Operasional Skala
Ukur Alat
Ukur
1. Perubahan
dimensi model
fisiologis Perubahan ukuran tinggi okluso gingival,
diameter buko lingual dan interpreparasi model dental stone tipe IV yang didapat dari
pencetakan dengan sendok cetak fisiologis pada model induk dengan bahan cetak elastomer
yang disemprot dengan rebusan infusa daun sirih 25 dan larutan sodium hipoklorit 0,5
serta dibiarkan selama 10 menit Rasio
Kaliper digital
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Definisi operasional variabel terkendali No.
Variabel Terkendali
Definisi Operasional Skala
Ukur Alat
Ukur
1. Ukuran model
induk Model induk terbuat dari stainless steel
berbentuk 2 mahkota yang telah dipreparasi. Ukuran sampel dibuat
mengikuti ketentuan spesifikasi ANSIADA tinggiokluso gingival 8,02
mm, diameterbuko lingual 6,33 mm, jarak antara 2 abutmentinter preparasi
28,25 mm -
-
2. Sendok cetak
yang digunakan Sendok cetak yang digunakan adalah
sendok cetak fisiologis yang terbuat dari resin akrilik swapolimerisasi
- -
3. Teknik mencetak
yang dipakai Teknik mencetak yang dipakai adalah
teknik mencetak 2 tahap. Pertama dilakukan pencetakan dengan putty,
kemudian dilanjutkan dengan pencetakan wash.
- -
4. Perbandingan
bahan cetak polivinil siloksan
base : katalis Perbandingan bahan cetak putty wash
polivinil siloksan base : katalis dalam penelitian ini adalah 1:1 sesuai dengan
petunjuk pabrik. -
-
5. Jenis larutan
desinfektan Jenis larutan desinfektan yang
digunakan antara lain: a.
Rebusan infusa daun sirih 25 b.
Larutan sodium hipoklorit 0,5 -
-
6. Rebusan infusa
daun sirih 25 Rebusan infusa daun sirih 25 adalah
daun sirih jawa segar sebanyak 25 gram yang didihkan dalam 100 ml akuades
dengan suhu 90
o
C selama 15 menit
52
- Timbangan
digital dan gelas
ukur 7.
Larutan Sodium hipoklorit 0,5
Larutan sodium hipoklorit 0,5 adalah pengenceran larutan sodium hipoklorit
2,5 yang diencerkan menggunakan akuades
dengan perbandingan 1:5 sehingga menjadi
0,5. Setiap 10 ml larutan sodium hipoklorit 2,5 diencerkan dengan 40
ml akuades. -
Gelas ukur
8. Jumlah larutan
desinfektan yang disemprot
Jumlah larutan desinfektan rebusan infusa daun sirih 25 dan larutan
sodium hipoklorit 0,5 yang disemprot adalah 10 ml.
- Gelas
ukur 9.
Selang waktu desinfeksi dengan
pengisian bahan cetak
Selang waktu antara penyemprotan desinfektan dan diisinya bahan cetak
adalah 10 menit -
Stopwatch
Universitas Sumatera Utara
No. Variabel
Terkendali Definisi Operasional
Skala Ukur
Alat Ukur
10. Perbandingan adonan gipsum
keras Perbandingan adonan gipsum keras
adalah perbandingan bubuk gipsum keras : akuades yang digunakan untuk
mengisi hasil cetakan dan memperoleh model cetakan 100 gram : 20 ml sesuai
petunjuk pabrik. -
Timbangan digital
dan gelas ukur
11. Waktu pengadukan
adonan gipsum keras
Waktu pengadukan adonan gipsum keras adalah waktu yang diperlukan
untuk mengaduk gipsum keras dengan spatula selama 15 detik hingga homogen
sesuai petunjuk pabrik. -
Stopwatch
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.1 Tempat Pembuatan Rebusan Infusa Daun Sirih
Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU
3.4.2 Tempat Pembuatan dan Pengujian Sampel
Unit Uji Laboratorium Dental FKG USU
3.4.3 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari - Maret 2016
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
3.5.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan adalah Gambar 6 dan Gambar 7 : a.
Sendok cetak fisiologis dari model induk b.
Model induk c.
Rubber bowl dan spatula d.
Kaca pengaduk pelat kaca glass plate e.
Lekron dan spatula semen f.
Kaliper digital ketelitian 0,01 mm Krisbow KW 06-422, 200 mm x 8” g.
Beaker glass
Universitas Sumatera Utara
h. Stopwatch
i. Vibrator
j. Sprayer
Gambar 6. Alat - alat penelitian a : sendok Gambar 7. Vibrator cetak fisiologis, b : model induk,
c : rubber bowl dan spatula, d : glass plate, e:lekron dan spatula,
f : kaliper digital, g : sprayer
3.5.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan adalah Gambar 8 : a.
Bahan cetak Polivinil Siloksan putty light body wash I-Sil Spident, Korea
b. Rebusan infusa daun sirih 25
c. Larutan Sodium Hipoklorit 0,5
d. Gipsum keras dental stone tipe IV Fuji Rock
e. Powder liquid resin akrilik swapolimerisasi
f. Akuades
g. Plastik bening atau sellopan sebagai spacer
h. Kantong plastik seal bag
a
b d
e f
g
c
Universitas Sumatera Utara
Gambar 8. Bahan-bahan penelitian a: bahan cetak, b : larutan sodium hipoklorit 0,5, c : dental
stone tipe IV, d : akuades, e: seal bag, f : sellopan
3.6 Cara Penelitian
3.6.1 Pembuatan Rebusan Infusa Daun Sirih
Jenis sirih yang digunakan adalah sirih jawa Piper betle Linn. Bagian dari sirih yang direbus dibuat infusanya adalah daun sirih jawa dengan berat 0,5 kg yang
dikeringkan menggunakan lemari pengering selama lebih kurang 5 hari sehingga dihasilkan simplisia Gambar 9.
Gambar 9. Daun sirih dalam lemari pengering
a c
f b
d
e
Universitas Sumatera Utara
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan akuades pada suhu 90
o
selama 15 menit. Untuk membuat infusa daun sirih 25, campurkan 25 gram simplisia dengan 100ml akuades di dalam panci Gambar
10, lalu panaskan selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90
o
sambil sekali- sekali diaduk. Pada simplisia yang mengandung minyak atsiri serkai setelah dingin
dengan kertas saring Gambar 11.
52
Gambar 10. Campuran simplisia dan akuades Gambar 11. Infusa daun sirih 25
di dalam panci
3.6.2 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian
3.6.2.1 Pembuatan Sampel Kelompok A
1. Model induk dilapisi selembar malam lebih kurang 2 mm yang menutupi
batas tepi Gambar 12 untuk pembuatan sendok cetak fisiologis dari resin akrilik swapolimerisasi sebelum proses pencetakan dilakukan. Setelah akrilik mengeras,
sendok cetak dilepas dan dirapikan, malam dibuang Gambar 13.
Gambar 12. Model induk yang Gambar 13. Sendok cetak
dilapisi malam fisiologis
Universitas Sumatera Utara
2. Pencetakan pada model induk menggunakan sendok cetak fisiologis
dengan bahan cetak elastomer jenis polivinil siloksan silikon adisi putty light body wash.
3. Keluarkan bahan cetak polivinil siloksan putty dengan perbandingan base
dan katalis dengan perbandingan yang sama, lalu dimanipulasi dengan tangan hingga warnanya homogen dan merata Gambar 14. Kemudian dilakukan pencetakan pada
model induk dengan teknik 2 tahap two step menggunakan spacer sellopan dan tunggu sampai bahan cetak mengeras Gambar 15.
Gambar 14. Putty yang dimanipulasi Gambar 15. Pencetakan dengan putty dengan tangan
4. Terlebih dahulu keluarkan spacer sellopan pada cetakan putty dan lalu
bahan cetak polivinil siloksan wash pasta base dan katalis diaduk di atas glass plate dengan perbandingan 1: 1 sampai sewarna sehingga didapat campuran yang homogen
dan konsistensinya padat Gambar 16 kemudian dimasukkan ke dalam sendok cetak fisiologis dan dicetak ke model induk Gambar 17.
Gambar 16. Pengadukan wash Gambar 17. Hasil cetakan
Universitas Sumatera Utara
5. Setelah cetakan setting, cetakan dilepaskan dan dicuci dengan
menggunakan akuades selama 10 detik kemudian dikeringkan dengan semprotan udara dan dibiarkan 30 menit.
6. Setelah 30 menit, cetakan lalu diisi dengan gipsum keras tipe IV Fuji
Rock sesuai dengan perbandingan bubuk dan akuades menurut petunjuk pabrik menggunakan vibrator untuk menghindari adanya gelembung udara Gambar 18.
Gambar 18. Pengisian cetakan menggunakan vibrator
7. Setelah itu model gipsum dibiarkan kering selama 1-2 jam.
8. Proses pencetakan ini dilakukan sebanyak 3 sampel per hari hingga
diperoleh 10 sampel untuk kelompok A, kemudian sampel diberi nomor dan diukur dengan kaliper digital Gambar 19.
3.6.2.2 Pembuatan Sampel Kelompok B
1. Model induk dilapisi selembar malam lebih kurang 2 mm yang menutupi
batas tepi Gambar 12 untuk pembuatan sendok cetak fisiologis dari resin akrilik swapolimerisasi sebelum proses pencetakan dilakukan. Setelah akrilik mengeras,
sendok cetak dilepas dan dirapikan, malam dibuang Gambar 13. 2.
Pencetakan pada model induk menggunakan sendok cetak fisiologis dengan bahan cetak elastomer jenis polivinil siloksan silikon adisi putty light
body wash.
Universitas Sumatera Utara
3. Keluarkan bahan cetak polivinil siloksan putty dengan perbandingan base
dan katalis dengan perbandingan yang sama, lalu dimanipulasi dengan tangan hingga warnanya homogen dan merata Gambar 14. Kemudian dilakukan pencetakan pada
model induk dengan teknik 2 tahap two step menggunakan spacer sellopan dan tunggu sampai bahan cetak mengeras Gambar 15.
4. Terlebih dahulu keluarkan spacer sellopan pada cetakan putty dan lalu
bahan cetak polivinil siloksan wash pasta base dan katalis diaduk di atas glass plate dengan perbandingan 1: 1 sampai sewarna sehingga didapat campuran yang homogen
dan konsistensinya padat Gambar 16 kemudian dimasukkan ke dalam sendok cetak fisiologis dan dicetak ke model induk Gambar 17.
5. Setelah cetakan setting, cetakan dilepaskan dan dicuci dengan
menggunakan akuades selama 10 detik kemudian dikeringkan dengan semprotan udara.
6. Kemudian hasil cetakan disemprot dengan 10 ml rebusan infusa daun
sirih 25, lalu disimpan dalam plastik yang ditutup rapat seal bag selama 10 menit. 7.
Setelah 10 menit hasil cetakan dibilas dengan menggunakan akuades lalu dikeringkan dengan semprotan udara dan dibiarkan 20 menit.
8. Cetakan lalu diisi dengan gipsum keras tipe IV Fuji Rock sesuai dengan
perbandingan bubuk dan akuades menurut petunjuk pabrik menggunakan vibrator untuk menghindari adanya gelembung udara Gambar 18.
9. Setelah itu model gipsum dibiarkan kering selama 1-2 jam.
10. Proses pencetakan ini dilakukan sebanyak 3 sampel per hari hingga
diperoleh 10 sampel untuk kelompok B, kemudian sampel diberi nomor dan diukur dengan kaliper digital Gambar 19.
3.6.2.3 Pembuatan Sampel Kelompok C
1. Model induk dilapisi selembar malam lebih kurang 2 mm yang menutupi
batas tepi Gambar 12 untuk pembuatan sendok cetak fisiologis dari resin akrilik swapolimerisasi sebelum proses pencetakan dilakukan. Setelah akrilik mengeras,
sendok cetak dilepas dan dirapikan, malam dibuang Gambar 13.
Universitas Sumatera Utara
2. Pencetakan pada model induk menggunakan sendok cetak fisiologis
dengan bahan cetak elastomer jenis polivinil siloksan silikon adisi putty light body wash.
3. Keluarkan bahan cetak polivinil siloksan putty dengan perbandingan base
dan katalis dengan perbandingan yang sama, lalu dimanipulasi dengan tangan hingga warnanya homogen dan merata Gambar 14. Kemudian dilakukan pencetakan pada
model induk dengan teknik 2 tahap two step menggunakan spacer sellopan dan tunggu sampai bahan cetak mengeras Gambar 15.
4. Terlebih dahulu keluarkan spacer sellopan pada cetakan putty dan lalu
bahan cetak polivinil siloksan wash pasta base dan katalis diaduk di atas glass plate dengan perbandingan 1: 1 sampai sewarna sehingga didapat campuran yang homogen
dan konsistensinya padat Gambar 16 kemudian dimasukkan ke dalam sendok cetak fisiologis dan dicetak ke model induk Gambar 17.
5. Setelah cetakan setting, cetakan dilepaskan dan dicuci dengan
menggunakan akuades selama 10 detik kemudian dikeringkan dengan semprotan udara.
6. Kemudian hasil cetakan disemprot dengan 10 ml larutan sodium hipoklorit
0,5, lalu disimpan dalam plastik yang ditutup rapat seal bag selama 10 menit. 7.
Setelah 10 menit hasil cetakan dibilas dengan menggunakan akuades lalu dikeringkan dengan semprotan udara dan dibiarkan 20 menit.
8. Cetakan lalu diisi dengan gipsum keras tipe IV Fuji Rock sesuai dengan
perbandingan bubuk dan akuades menurut petunjuk pabrik menggunakan vibrator untuk menghindari adanya gelembung udara Gambar 18.
9. Setelah itu model gipsum dibiarkan kering selama 1-2 jam.
10. Proses pencetakan ini dilakukan sebanyak 3 sampel per hari hingga
diperoleh 10 sampel untuk kelompok C, kemudian sampel diberi nomor dan diukur dengan kaliper digital Gambar 19.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 19. Hasil cetakan elastomer dan model fisiologis
3.6.3 Pengukuran Sampel
Pengukuran sampel dilakukan dengan menggunakan kaliper digital oleh operator yang sama sebanyak tiga kali kemudian ditabulasi dan dirata-ratakan.
Pengukuran setiap kelompok dilakukan pada tiga dimensi yaitu pada posisi Buko Lingual BL yang merupakan diameter abutment, posisi Okluso Gingival OG yang
merupakan tinggi abutment dan posisi interpreparasi IP yang merupakan jarak antar preparasi.
3.6.4 Persentase Perubahan Dimensi
Persentase perubahan dimensi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
53,54
Perubahan dimensi
=
�−� �
× 100
Keterangan : y : Hasil dimensi yang diperoleh dari pengukuran model fisiologis mm
x : Ukuran model induk mm
Universitas Sumatera Utara
3.7 Analisis Data
Data yang diperoleh dengan mencari rata-rata hasil pengukuran sampel yang disemprot dengan rebusan infusa daun sirih 25 sebanyak 10 ml, disemprot dengan
larutan sodium hipoklorit 0,5 sebanyak 10ml, kemudian dibandingkan dengan pengukuran sampel tanpa perlakuan penyemprotan kontrol. Hasil data dicatat
kemudian dianalisis menggunakan : 1.
Analisis univarian untuk mengetahui nilai rerata dan standar deviasi dimensi sampel pada kelompok A, B dan C.
2.
Uji t tidak berpasangan untuk mengetahui pengaruh penyemprotan rebusan daun sirih 25, larutan sodium hipoklorit 0,5, serta perbedaan pengaruh antara
penyemprotan rebusan daun sirih 25 dan larutan sodium hipoklorit 0,5 pada cetakan elastomer terhadap perubahan dimensi model fisiologis dilihat dari buko
lingual, okluso gingival dan interpreparasi.
Universitas Sumatera Utara
3.8 Kerangka Operasional