2.3.3 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan dari bahan silikon adisi:
26
1. Akurat
2. Mudah saat manipulasi
3. Setting time yang cepat
4. Kestabilan dimensi yang baik, tidak terjadi shrinkage saat penyimpanan,
dapat diisi berulang kali. Kerugian dari bahan silikon adisi:
26
1. Setting dapat dipengaruhi perubahan suhu dan kelembapan
2. Sarung tangan yang mengandung bubuk lateks dapat mempengaruhi setting
dari bahan cetak silikon putty 3.
Mahal.
2.4 Model
Hasil cetakan reproduksi negatif yang diisi gipsum keras menghasilkan cetakan yang disebut reproduksi positif model. Cetakan itulah yang digunakan oleh
dokter gigi untuk merancang maupun membuat gigi tiruan lepasan dan cekat.
22
Terdapat dua jenis model antara lain model anatomis dan model fisiologis. Model anatomis adalah model yang didapatkan dari pencetakan rongga mulut menggunakan
bahan alginat dengan sendok cetak pabrikan. Model anatomis ini yang akan digunakan untuk pembuatan sendok cetak fisiologis. Sendok cetak fisiologis dapat
dibuat dari bahan resin akrilik swapolimerisasi. Sendok cetak fisiologis merupakan sendok cetak perseorangan yang menghasilkan hasil cetakan yang lebih akurat
dibandingkan dengan sendok cetak pabrikan. Hasil cetakan sendok fisiologis yang diisi gipsum disebut model fisiologis, yang merupakan replika reproduksi positif dari
gigi yang telah dipreparasi.
30
Menurut Spesifikasi ANSIADA No. 25 ISO 6873 gipsum terbagi atas plaster cetak Tipe I, plaster model Tipe II, dental stone Tipe III, dental stone
kekuatan tinggi Tipe IV, dan dental stone kekuatan tinggi ekspansi tinggi Tipe V.
1,31
Dental stone, kekuatan tinggi Tipe IV memenuhi persyaratan utama bagi
Universitas Sumatera Utara
bahan stone untuk pembuatan die antara lain kekuatan, kekerasan, dan ekspansi pengerasan minimal. Untuk memperoleh sifat ini, digunakan
∝-hemihidrat dari jenis ‘Densite’. Partikel-partikel berbentuk kuboidal serta daerah permukaan yang lebih
kecil menghasilkan sifat tersebut. Tabel 2
31
Tabel 2. Jenis-jenis produk gipsum
31
Jenis Waktu
Pengerasan menit
Ekspansi Pengerasan pada 2 jam Rasio W : P
Minimal Maksimal
I. Plaster,cetakan 4±1
0,15 0,5-0,75
II. Plaster, model 12±4
0,3 0,45-0,5
III. Dental stone 12±4
0,2 0,28-0,3
IV. Dental stone, kekuatan tinggi
12±4 0,1
0,22-0,24 V. Dental stone,
kekuatan tinggi, ekspansi tinggi
12±4 0,1
0,3 0,18-0,22
2.5 Kontrol Infeksi
Kontrol infeksi dalam bidang kesehatan sekarang ini menjadi subjek dari penelitian yang intensif.
32
Risiko transmisi penyakit bervariasi tergantung dari daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi mikroorganisme.
33
Kekhawatiran terhadap bahaya kontaminasi silang saat prosedur dental memicu perkembangan kontrol infeksi dalam
klinik dan laboratorium kedokteran gigi.
9
Dalam melakukan kontrol infeksi diperlukan kerja sama dari seluruh tim tenaga kesehatan.
32
Dalam bidang kedokteran gigi, protokol dan prosedur yang terlibat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi adalah untuk mengurangi kemungkinan risiko
atau infeksi silang yang terjadi di praktek dokter gigi, sehingga dapat menghasilkan lingkungan yang aman bagi dokter gigi, staf dan pasien.
33
Dokter gigi tidak mengetahui dengan pasti apakah pasien yang datang untuk merawat giginya adalah
pasien carrier atau bukan, oleh karena itu sebaiknya semua pasien diperlakukan carrier dengan melakukan kontrol infeksi secara umum pada prosedur klinis yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan.
9
Kontrol infeksi dalam praktek kedokteran gigi meliputi beberapa prosedur antara lain evaluasi pasien, proteksi diri, sterilisasi dan desinfeksi.
12,33
2.5.1 Evaluasi Pasien
Pada saat pertama kali pasien datang ke praktek dokter gigi, rekam medik haruslah dicatat dan senantiasa diperbaharui pada saat kunjungan pasien berikutnya,
hal ini dimaksukkan agar dapat diketahui adanya kemungkinan terjadinya infeksi silang pada praktek dokter gigi.
32,33
Dokter gigi tidak mengetahui dengan pasti apakah pasien yang datang untuk merawat giginya adalah pasien carrier atau bukan,
oleh karena itu sebaiknya semua pasien diperlakukan carrier dengan melakukan kontrol infeksi secara umum pada prosedur klinis yang dilakukan.
9,32
2.5.2 Proteksi Diri
Proteksi diri dilakukan pada praktek dokter gigi untuk melindungi diri dari kontaminasi oleh infeksi dalam melindungi kulit, tangan maupun lengan dari darah,
saliva ataupun cairan lainnya. Terdapat beberapa perlindungan diri di praktek dokter gigi antaranya memakai sarung tangan, kaca mata, masker dan baju praktek. Selain
itu, dokter gigi juga harus menutupi luka karena luka dapat merupakan tempat masuknya mikroorganisme patogen, serta tidak lupa untuk mencuci tangan baik
sebelum maupun sesudah merawat pasien.
9,33
2.5.3 Sterilisasi Alat dan Bahan
Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme dengan tuntas termasuk endospora bakteri.
34,35
Dalam hal ini, diperlukan alat khusus dan senantiasa dimonitor untuk menjaga efektivitasnya.
34
Dalam kedokteran gigi, sterilisasi dapat dilakukan dengan sterilisasi panas pada alat-alat yang tahan
panas.
33,35,36
Sterilisasi panas yang sering dilakukan antara lain autoclave uap di bawah tekanan, chemiclave, dan dry heat.
Metode autoclave merupakan metode yang menggunakan uap dan tekanan dimana merupakan metode yang paling umum
digunakan. Sterilisasi chemiclave adalah kombinasi dari penggunaan bahan kimia
Universitas Sumatera Utara
pada suhu, tekanan dan waktu tertentu untuk melakukan proses sterilisasi. Sterilisasi dry heat merupakan cara lain yang dapat digunakan dalam kedokteran gigi, dimana
sterilisasi jenis ini lebih tidak korosif jika dibandingkan dengan metode autoclave.
36
Pada alat yang tidak tahan panas dapat dilakukan sterilisasi dengan bahan kimia pada suhu ruang.
35
2.5.4 Desinfeksi
Desinfeksi adalah suatu proses penghancuran mikroorganisme yang bersifat patogen termasuk bakteri, virus, dan jamur, namun tidak membunuh endospora
bakteri.
34,35
Desinfeksi dalam kedokteran gigi sering dilakukan pada bahan cetak untuk mencegah terjadinya infeksi silang.
9
Desinfeksi dapat dilakukan dengan tindakan fisik dan kimia. Tindakan fisik seperti dry heat
pada suhu 160
o
- 180
o
selama 2 jam dan wet steam pada suhu 121
o
selama 15 menit autoclaving dapat mengakibatkan kenaikan suhu yang dapat menyebabkan kerusakan dalam cetakan.
2
Hasil desinfeksi cetakan polivinil siloksan light dan heavy body menggunakan steam konvensional autoclave dan gas etilen oksida diteliti dapat digunakan sebagai model
diagnostik ataupun pembuatan prostesis sementara, namun tidak dapat digunakan untuk pembuatan gigi tiruan cekat maupun gigi tiruan sebagian lepasan.
37
Oleh karena itu, desinfeksi bahan cetak menggunakan bahan kimiawi sangat dianjurkan.
2
2.5.4.1 Bahan Desinfektan
Desinfektan adalah bahan yang digunakan pada proses desinfeksi dan dapat membunuh mikroorganisme patogen, khususnya jika diaplikasikan pada objek mati.
Beberapa desinfektan dapat juga digunakan pada makhluk hidup atau diaplikasikan pada jaringan untuk membunuh mikroorganisme, namun lebih dikenal dengan
sebutan antiseptik.
35,38
Kriteria desinfektan yang ideal adalah berspektrum luas, dapat digunakan dalam segala kondisi lingkungan, tidak toksik, tidak mengiritasi, tidak
bersifat korosif, dan ekonomis, namun, susah ditemukan desinfektan yang memenuhi semua kriteria desinfektan yang ideal. Oleh karena itu, dalam memilih desinfektan
adalah dengan mempertimbangkan segala karakteristik kriteria tersebut dan memilih
Universitas Sumatera Utara
yang paling berguna dan efektif.
38
Pemakaian desinfektan pada bahan cetak sangat dianjurkan oleh American Dental Association ADA untuk menghindari infeksi
silang.
39
2.5.4.1.1 Sodium Hipoklorit
Sodium hipoklorit merupakan bahan desinfektan yang aman dan banyak
digunakan di berbagai rumah sakit, dan bersifat bakterisid. Bahan desinfektan ini mengandung aldehida yang bebas, pottasium peroxomonosulfat, sodium benzoate dan
asam tartarik.
39
Senyawa utama yang terdapat dalam sodium hipoklorit adalah klorin yang termasuk golongan halogen intermediate level disinfectant.
35,40
Keuntungan dari desinfektan sodium hipoklorit adalah antimikroba berspektrum luas, tidak
meninggalkan zat sisa yang toksik, dan terjangkau.
40
Kerugiannya antara lain bau yang kurang enak, mengiritasi kulit dan mata serta mengkorosi logam.
41
Pang SK 2006 dari surveinya menyatakan bahwa bahan desinfektan yang paling banyak digunakan untuk desinfeksi hasil cetakan adalah sodium hipoklorit.
10
Menurut Merchant dkk 2004, menyatakan larutan sodium hipoklorit dengan konsentrasi 0,5 sudah cukup untuk mendesinfeksi bahan cetak.
6
Berdasarkan penelitian dari Santosh 2011 penyemprotan dalam waktu 1 menit dengan sodium
hipoklorit yang dihitung dengan colony counter pada bakteri jenis S. aureus dan S. viridans yang terdapat pada cetakan terjadi penurunan jumlah bakteri 100.
2
Selain itu, sodium hipoklorit memiliki efek desinfektan bakterisidal, virusidal dan
fungisidal.
2
Silva dkk 2004 melakukan penelitian tentang cetakan silikon kondensasi yang direndam dalam larutan sodium hipoklorit 1 selama 10 menit menyatakan
tidak terdapat perubahan dimensi yang signifikan, dimana dimensi cetakan yang tidak direndam adalah 25,018 mm dan yang direndam selama 10 menit adalah 25,024 mm.
6
Hasil penelitian Oderinu OH 2007 menyimpulkan bahwa penggunaan sodium hipoklorit 1 dengan teknik penyemprotan selama 10 menit pada hasil cetakan
alginat tidak terdapat perubahan dimensi yang signifikan pada model, dimana jarak interpreparasi pada model yang tidak disemprot adalah 50,23 mm dan yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
penyemprotan selama 10 menit jaraknya 50,21 mm.
20
Penelitian Saber FS dkk 2010 menyatakan terjadi perubahan dimensi cetakan silikon yang disemprot larutan sodium
hipoklorit 5,25, namun persentase perubahan dimensi yang terjadi masih kurang dari 0,5 sehingga menurut spesifikasi ADA no 19 masih dalam batasan yang dapat
ditolerir.
16
Ongko DP 2012 melakukan penelitian tentang cetakan elastomer silikon adisi yang direndam dalam larutan sodium hipoklorit 0,5 dan 2, menyimpulkan
sodium hipoklorit 0,5 dapat menggantikan larutan sodium hipoklorit 2 sebagai desinfektan untuk bahan cetak.
23
Ongo TA dkk 2014 menyatakan bahwa penggunaan teknik penyemprotan dengan sodium hipoklorit 0,5 selama 5, 10, dan
15 menit pada bahan cetak elastomer terdapat perbedaan bermakna yang signifikan pada stabilitas dimensi cetakan dimana hasil selisih diameter cetakan antara yang
disemprot dan tidak disemprot menunjukkan nilai rata-rata 0,2686 mm dengan waktu 5 menit, 0,3860 mm dengan waktu 10 menit dan 0,2020 mm dengan waktu 15 menit.
2
2.5.4.1.2 Daun Sirih
Dewasa ini telah berkembang penggunaan obat tradisional sebagai alternatif dari bahan kimia.
11,12
Indonesia mempunyai beraneka ragam jenis tanaman yang digunakan sebagai obat-obat tradisional.
8
Obat-obat tradisional Indonesia umumnya menggunakan bahan-bahan yang relatif mudah didapat dan penggunaannya tidak
membutuhkan biaya yang tinggi.
11,12
Salah satu obat tradisional yang sering digunakan adalah daun sirih.
8
Daun sirih Piper betle Linn sudah lama dikenal masyarakat Indonesia, dan sekarang ini dimanfaatkan oleh masyarakat umum sebagai antiseptik. Penggunaan
secara tradisional biasanya dengan merebus daun sirih kemudian air rebusan tersebut digunakan untuk berkumur atau membersihkan bagian tubuh lain, atau daun sirih
dilumatkan kemudian ditempelkan pada luka.
13
Daun sirih dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit diantaranya obat sakit gigi dan mulut,
sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut, batuk dan serak, hidung berdarah, keputihan, tetes mata, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala
pusing, dan jantung berdebar.
42
Universitas Sumatera Utara
Jenis daun sirih antara lain : 1.
Daun sirih jawa Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau
bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasanya dimakan dengan cara mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Namun
mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut. Sirih digunakan sebagai tanaman obat, sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat.
43
Daun sirih jawa berwarna hijau tua dan rasanya tidak begitu tajam Gambar 4.
44
Gambar 4. Daun Sirih Jawa
43
2. Daun sirih merah
Tanaman sirih merah tumbuh di berbagai daerah di Indonesia. Batangnya bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya berbentuk jantung
dengan bagian ujung meruncing. Panjang daun bisa mencapai 15-20 cm. Warna ujung daun hijau bersaput putih keabu-abuan. Bagian pangkal daun berwarna merah hati.
Daunnya berlendir, berasa sangat pahit, dan beraroma wangi khas sirih. Tanaman ini tergolong langka karena tidak tumbuh di setiap tempat. Bisa tumbuh dengan baik di
tempat yang teduh dan tidak terlalu banyak terkena sinar matahari.
43
3. Daun sirih banda
Daun sirih banda berdaun besar, berwarna hijau tua dan kuning di beberapa bagian, memiliki rasa dan aroma yang sengak.
44
Universitas Sumatera Utara
4. Daun sirih cengkeh
Daun sirih cengkeh berdaun kuning, dan rasanya tajam menyerupai rasa cengkeh.
44
5. Daun sirih hitam
Daun sirih hitam rasanya sengak, biasanya digunakan untuk campuran obat.
44
Jenis sirih yang sering digunakan masyarakat adalah sirih jawa. Kandungan sirih adalah minyak atsiri yang terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol, estragol,
eugenol, metileugenol, karvakrol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan, dan tanin.
13,44
Beberapa penelitian ilmiah menyatakan bahwa daun sirih juga mengandung enzim diastase, gula, dan tanin. Biasanya, daun sirih muda mengandung diastase, gula, dan
minyak atsiri lebih banyak dari daun sirih tua. Sementara itu, kandungan taninnya relatif sama.
Daun sirih terkenal akan khasiatnya sebagai desinfektan karena memiliki kandungan minyak atsiri. Dalam minyak atsiri sepertiganya terdiri dari fenol dan
sebagian besar adalah kavikol.
44
Kavikol inilah yang memberikan bau khas daun sirih dan mempunyai khasiat bakterisid lima kali lebih kuat daripada fenol yang tergolong
intermediate level disinfectant.
8,35,44
Siswomihardjo 1994 menyebutkan bahwa air sirih 25 yang diolah dengan cara direbus menyebabkan bakteri tidak tumbuh.
8
Sebagian besar penelitian tentang tanaman daun sirih telah membuktikan efek antibakterial terhadap Streptococcus mutans. Infusa daun sirih secara tidak langsung
menghambat perlekatan dari Streptococcus mutans dengan membuat lingkungan menjadi tidak kondusif bagi Streptococcus mutans untuk melekat.
8
Penelitian Vani K dkk 2011 menunjukkan bahwa daun sirih memiliki efek antimikroba dalam
mengurangi mikroflora di dalam mulut.
14
Soemiati dan Elya 2002 menyatakan bahwa kadar hambat minimum KHM daun sirih yang dapat menghambat
pertumbuhan Candida albicans adalah sebesar 25. Selain itu, infusa sirih juga dapat menghambat pertumbuhan E. Coli, Staphylococcus koagulase positif, Salmonela
typhosa, bahkan Pseudomonas aeruginosa yang kerap kali resisten terhadap antibiotik.
8
Penelitian Praja H A 2009 menunjukkan bahwa perendaman resin akrilik
polimerisasi panas dalam rebusan daun sirih 25 selama 5 menit berpengaruh terhadap pertumbuhan Candida albicans.
15
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Affandi A 2009, bahan cetak elastomer pada perendaman dalam larutan desinfektan daun sirih 25 selama 10, 20, 30, 40 dan 50 menit
dibandingkan dengan yang tidak dilakukan perendaman terjadi perubahan dimensi hasil cetakan, perbedaan rata-rata diameter hasil pengukuran pada yang tidak
direndam sebesar 0,6010, pada yang direndam 10 menit sebesar 0,6110, 20 menit sebesar 0,6130, 30 menit sebesar 0,6110, 40 menit sebesar 0,6130 dan yang 50 menit
sebesar 0,6240.
24
Sari RDAN dkk 2013 yang melakukan penelitian tentang desinfeksi cetakan alginat menyatakan bahwa cetakan yang disemprot infusa daun
sirih 25 selama 10 menit pada model induk replika rahang bawah, diameter silinder jarak bukolingual dari A dan D mewakili gigi molar 1 kanan dan kiri, B dan C
mewakili gigi kaninus kanan dan kiri serta jarak antar silinder jarak antara A dan B, B dan C, C dan D, D dan A dari cetakan terdapat perubahan dimensi yang
signifikan. Hasil pengukuran diameter silinder A, B, C dan D tanpa perlakuan adalah 8,8838 mm, 6,3933 mm, 6,3733 mm, dan 8,8981 mm sedangkan dengan
penyemprotan adalah 8,8133 mm, 6,3395 mm, 6,3310 mm, dan 8,8077 mm. Jarak antar silinder A dan B, B dan C, C dan D, D dan A tanpa perlakuan adalah 31,1143
mm, 32,5743 mm, 31,0914 mm dan 56,2 mm sedangkan dengan penyemprotan adalah 30,96 mm, 32,5429 mm, 30,9429 mm dan 56,1571 mm.
8
Berbeda dengan penelitian Hasanah NY dkk 2014 yang menyatakan penyemprotan larutan daun
sirih 80 pada bahan cetak alginat selama 5, 10 dan 15 menit tidak menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan jika dibandingkan dengan bahan cetak tanpa
penyemprotan selama 5, 10 dan 15 menit, hasil pengukuran diameter rata-rata cetakan alginat tanpa penyemprotan selama 5, 10 dan 15 menit adalah 45,30 mm, 45,40 mm,
dan 45,38 mm sedangkan yang disemprot larutan daun sirih 80 selama 5, 10 dan 15 menit adalah 45,35 mm, 45,40 mm dan 45,39 mm.
19
2.5.4.2 Metode Desinfeksi Hasil Cetakan
Metode yang digunakan untuk mendesinfeksi hasil cetakan ada dua yaitu teknik penyemprotan dan perendaman.
2
Perendaman bahan cetak dalam desinfektan secara klinis berpengaruh terhadap perubahan dimensi.
16
Menurut penelitian Melilli
Universitas Sumatera Utara
D dkk 2008 menyatakan pada bahan cetak elastomer yang direndam di dalam larutan desinfektan quaternary ammonium compounds dan glutardehid disimpulkan
tidak ada perubahan klinis yang relevan.
17
Penelitian lain Iara C 2011 ketika menggunakan teknik perendaman dalam melakukan desinfeksi bahan cetak elastomer
terdapat perubahan dimensi yang signifikan.
2
Namun dari hasil penelitian tidak semuanya sependapat karena terdapat perbedaan waktu perendaman, bahan
desinfektan serta jenis bahan cetak yang digunakan.
17
Menurut survei Kugel G dkk 2000, sebanyak 46 laboratorium di USA melakukan desinfeksi dengan teknik penyemprotan, 34 laboratorium melakukan
desinfeksi dengan teknik perendaman, 23 lainnya menyatakan tidak mengetahui teknik mana yang sesuai.
18
Silva dan Salvador 2004 serta Saber FS, dkk 2010 menyatakan bahwa metode desinfeksi dengan teknik perendaman menunjukkan
aktivitas antimikrobial yang sama dengan teknik penyemprotan.
6,16,19
Penelitian menyatakan perubahan dimensi pada bahan cetak dengan perendaman lebih besar
daripada penyemprotan. Sari RDAN dkk 2013 yang melakukan penelitian tentang penyemprotan dan perendaman infusa daun sirih 25 pada bahan cetak menyatakan
bahwa desinfeksi cetakan dengan teknik penyemprotan menghasilkan perubahan dimensi yang lebih kecil dibandingkan teknik perendaman.
8
Oleh karena itu, teknik penyemprotan dianggap sebagai metode yang efektif untuk mengurangi terjadinya
risiko perubahan dimensi pada cetakan dibandingkan dengan teknik perendaman.
6
2.6 Mekanisme Perubahan Dimensi Cetakan Silikon Adisi pada Model
Dimensi adalah pengukuran suatu bahan pada arah tertentu, seperti panjang, lebar, tinggi, atau diameter. Menurut ketentuan spesifikasi ANSIADA penelitian
tentang bahan cetak elastomer termasuk stabilitas dimensinya dapat dilakukan dengan mengukur ukuran jarak bukolingual, oklusogingival dan interpreparasi.
21
Perubahan dimensi pada bahan cetak elastomer dapat disebabkan banyak faktor diantaranya
hydrophilicity, penyusutan saat polimerisasi polymerization shrinkage, penguapan produk sampingan dari reaksi polimerisasi, penyusutan yang disebabkan perubahan
suhu, ataupun kesalahan pemanipulasian yang dilakukan operator.
45
Universitas Sumatera Utara
Stabilitas dimensi pada hasil cetakan merupakan hal penting dalam keberhasilan pembuatan gigi tiruan.
19
Bahan cetak elastomer jenis silikon adisi polivinil siloksan tidak menghasilkan hasil sampingan setelah reaksi polimerisasi,
oleh karena itu diharapkan dapat lebih stabil dimensinya. Polivinil siloksan dilaporkan memiliki dimensi yang cenderung stabil, bahkan bisa tetap stabil
dimensinya sampai 1 minggu, karena itu hasil cetakan dengan bahan cetak ini dapat diisi gipsum keras berulang kali.
41
Walaupun demikian, semua bahan cetak elastomer mengalami penyusutan shrinkage sewaktu polimerisasi. Pada reaksi polimerisasi
adisi mencakup penggabungan bahan base hidrogen siloksan dengan katalis platinum, dimana kemungkinan dapat terjadi penyusutan shrinkage, namun pada bahan
polivinil siloksan penyusutan shrinkage yang terjadi merupakan yang paling sedikit.
45,46
Menurut ketentuan spesifikasi ADA, perubahan dimensi yang dapat ditolerir pada bahan cetak adalah
≤ 0,5.
16,47
Bahan cetak polivinil siloksan seiring perkembangan juga telah dimodifikasi dengan menambahkan surfaktan untuk meningkatkan hidrophilicity sehingga bersifat
hidrofilik.
3,5
Bahan cetak silikon adisi yang hidrofilik cenderung mempunyai wettability yang tinggi dibandingkan yang hidrofobik. Wettability adalah suatu sifat
pergerakan air di dalam bahan silikon itu sendiri. Sifat wettability yang tinggi membuat bahan cetak tersebut menyerap larutan desinfektan sehingga menjadikannya
lebih mudah untuk mengalami perubahan dimensi apabila didesinfeksi.
2
Oleh karena itu, bahan cetak yang bersifat hidrofilik akan menyerap air saat didesinfeksi dengan
desinfektan dan akan mengalami ekspansi.
6,30,48
Semakin besar ekspansi bahan cetak elastomer maka hasil ukuran model akan semakin kecil dikarenakan bahan cetak
berekspansi ke segala arah baik ke arah okluso gingival, buko lingual, dan interpreparasi.
20
Rebusan infusa daun sirih dan larutan sodium hipoklorit sebagai desinfektan juga mengandung air, dimana air tersebut yang dapat diserap bahan cetak yang sifat
wettability tinggi sehingga bahan cetak dapat mengalami perubahan dimensi dan cenderung akan mengalami ekspansi.
8,30,48
Selanjutnya, rebusan infusa daun sirih juga mengandung fenol, dalam hal ini komposisi fenol dapat menguap sehingga
Universitas Sumatera Utara
rebusan infusa daun sirih yang diserap bahan cetak berkurang dan perubahan dimensi yang terjadi lebih kecil.
7,8
Selain itu, faktor lain dapat mempengaruhi perubahan dimensi pada pengukuran yang dilakukan pada model yaitu setting ekspansi dari gipsum yang
digunakan untuk mengisi hasil cetakan.
1
Ekspansi bahan dapat dideteksi saat perubahan hemihidrat menjadi dihidrat saat proses setting. Saat proses ini
berlangsung terjadi mekanisme kristalisasi. Proses kristalisasi tergambar sebagai suatu pertumbuhan berlebihan dari kristal-kristal nukleus kristalisasi. Berdasarkan
keterkaitan kristal-kristal dihidrat, kristal tumbuh dari nuklei dapat berikatan ataupun menghalangi pertumbuhan kristal yang berdekatan. Bila proses ini diulangi oleh
ribuan kristal selama pertumbuhan, suatu tekanan atau dorongan keluar dapat terjadi yang menghasilkan ekspansi.
31,37
Menurut ketentuan spesifikasi ADA, setting ekspansi yang dapat ditolerir dari dental stone tipe IV adalah
≤ 0,1 dalam waktu 2 jam.
31,49,50
Universitas Sumatera Utara
2.7 Kerangka Teori