Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN
mempunyai hubungan yang erat dengan para stakeholdersnya seperti investor, calon investor, dan pemerintah dalam penyediaan informasi dalam kegiatan
sosial mereka Karlina, 2009. Hozi 2009 menyatakan bahwa pelaksanaan Corporate Social
Responsibility dapat menjadi suatu strategi bisnis yang baik bagi bank untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek
produk loyalitas atau citra. Perbankan yang ingin tetap mempertahankan eksistensinya dalam perbankan nasional, selain mengejar keuntungan profit,
bank juga harus memperhatikan dan terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat ekonomi lemah miskin khususnya di lingkungan sekitar.
Menurut Ratnawati 2008, Corporate Social Responsibility bagi sebagian perusahaan merupakan penyeimbang antara kepentingan perusahaan
dan masyarakat. Corporate Social Responsibility juga merupakan wujud nyata paradigma bahwa bisnis tidak hanya berjalan atas kepentingan pemegang
saham shareholders, tetapi juga untuk stakeholders. Perusahaan tidak akan mengesampingkan kepentingan pekerja, konsumen, masyarakat, pemerintah,
dan lingkungan. Pemikiran yang sama juga diterapkan pada industri perbankan. Corporate social Responsibility pada sektor perbankan dianggap
sebagai suatu kebutuhan. Bahkan Bank Indonesia BI sebagi bank sentral mewajibkan bank melakukan program Corporate Social Responsibility,
terutama di bidang pendidikan. Seperti halnya penelitian mengenai penerapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan perbankan islam yang
diteliti oleh Harahap dan Gunawan 2005 dalam Karlina 2009 yang
menganalisis pemeriksaan tanggung jawab sosial dan pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan bank islam di tiga negara. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa perbankan sebagai institusi keuangan juga peduli dalam menerapkan Corporate Social Responsibility.
Seperti yang telah disebutkan diatas Corporate Social Responsibility merupakan isu-isu yang strategis. Pengungkapan Corporate Social
Responsibility merupakan kunci strategi perusahaan Ismail Solihin, 2009 sehingga hal ini menimbulkan pertanyaan tentang dampak informasi
Corporate Social Responsibility terhadap tingkah laku investor. Corporate Social Responsibility akan menjadi strategi bisnis yang yang tidak dapat
dipisahkan dalam perusahaan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk
membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis Ismail Solihin, 2009. Selain itu, di Indonesia,
penggunaan laporan tahunan sebagai media komunikasi antara perusahaan dengan stakeholders juga masih jauh tertinggal dari negara-negara lain.
Perusahaan asing di Indonesia diduga memiliki pengungkapan sosial pada laporan tahunan yang lebih luas daripada perusahaan lokal, karena investor
asing di Indonesia pada umumnya membutuhkan serta menuntut informasi sosial yang luas. Pengungkapan informasi sosial pada laporan tahunan sangat
dibutuhkan oleh para investor asing tersebut untuk membuat keputusan investasi. Hal ini disebabkan karena umumnya investor asing mau berinvestasi
pada daerah yang aman, tidak banyak klaim tuntutan baik dari komunitas
masyarakat sekitar, lembaga swadaya masyarakat LSM maupun pemerintah. Sehingga, investor asing dalam membuat keputusan investasi tidak hanya
berdasarkan pada pertimbangan ekonomi dan keuangan, tetapi juga pada pertimbangan sosiologis. Selain melihat profit, mereka juga melihat tanggung
jawab perusahaan pada stakeholders selain pemegang saham. Standar Akuntansi Keuangan SAK yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia IAI, sebagaimana tertulis dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 Revisi 2004 paragraf kesembilan secara
implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial. Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan
seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah value added statement, khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan
hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan
penting. Pernyataan PSAK di atas merupakan manifestasi kepedulian akuntansi
akan masalah-masalah sosial yang merupakan wujud pertanggungjawaban sosial perusahaan . Pertanggungjawaban sosial bukan merupakan fenomena
sosial baru, melainkan merupakan akibat dari semakin meningkatnya isu lingkungan di akhir 1980-an Hendrik Budi Untung, 2008.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang memuat tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam Pasal 1 ayat 3, dan
pada Pasal 66 mengenai laporan tahunan, dalam ayat 2c disebutkan laporan
pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, mengharuskan adanya pertanggungjawaban sosial serta pengungkapannya disetiap perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas PT. Besarnya dampak sosial perusahaan tergantung pada jenis atau
karakteristik operasi perusahaan. Karakteristik operasi perusahaan yang menghasilkan dampak sosial yang tinggi akan menuntut pemenuhan
tanggungjawab sosial yang lebih tinggi pula. Pelaksanaan tanggungjawab sosial akan disosialisasikan kepada publik melalui pengungkapan soial dalam
laporan tahunan Mirfazli dan Nurdiono, 2007. Pengungkapan pertanggungjawaban sosial CSR Disclosure kini
dikaitkan dengan kinerja keuangan financial performance. Apakah memang benar, adanya biaya sosial yang dikeluarkan dapat memberikan kontribusi
pada keuntungan perusahaan atau tidak? Dan pemahaman ini menjadi salah satu perdebatan di tingkat manajer, apakah mereka telah secara sistematis
kehilangan peluang keuntungan miss profit opportunity jika para manajer memutuskan untuk berlawanan dengan perlindungan lingkungan yang alami
King dan Lenox, 2002, dalam Arx dan Ziegler, 2008. Dilling 2008 dalam Efendi 2009 melakukan penelitian empiris
mengenai pengaruh pencantuman pada Dow Jones Sustainability World Index DJSI World terhadap nilai perusahaan. Penelitian tersebut memberikan
pandangan baru mengenai bukti empiris dalam reaksi harga saham stock price reaction. Dengan tahun sampel antara 2002 sampai dengan 2005, dan
sampel sebanyak 116 perusahaan yang terdaftar di DJSI World.
Hasil dari penelitian yang dilakukan Dilling tersebut adalah, pada dua tahun awal, harga saham bereaksi positif ketika pertama kali pengumuman
terdaftarnya perusahaan sampel dan pengaruhnya menurun setelah tahun selanjutnya. Namun menurut Dilling, tidak ada perbedaan reaksi investor pada
pencantuman perusahaan ke DJSI World untuk beberapa negara. Kesimpulannya pelaporan CSR membuat investor dan stakeholder sulit
menampung informasi untuk menentukan kualitas pelaporan CSR. Nelling dan Webb 2006 menyimpulkan bahwa menguatnya
performance harga pasar saham dalam menunjukkan investasi besar suatu perusahaan dalam aspek Corporate Social Responsibility khususnya hubungan
karyawan employee relations, namun aktivitas Corporate Social Responsibility tidak mempengaruhi kinerja keuangan. Mereka juga
mengatakan bahwa Corporate Social Responsibility digerakkan lebih dari karakteristik perusahaan yang tidak dapat diobservasi daripada dengan kinerja
keuangan. DeMaCarty 2009 membuat penelitian dengan
judul ”Financial Returns of Corporate Social Responsibility, and the Moral Freedom and
Responsibility of Business Leaders “, dan hasilnya dari penelitian tersebut
bahwa Corporate Social Responsibility bukan terletak pada pengaruh utama, melainkan kemampuan manajemen management skill. Manajer yang
memiliki kemampuan lebih, bertanggungjawab atau tidak, sanggup menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi atau mendapatkan kredit yang
lebih besar dalam ketidaksempurnaan perhitungan dari Corporate Social Responsibility.
Yuningsih 2008
melakukan pengujian
mengenai pengaruh
karakteristik perusahaan terhadap praktek pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan publik, dengan sampel penelitian sebanyak
20 perusahaan terbesar berdasarkan nilai kapitalisasi pasar yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
karakteristik perusahaan mempengaruhi secara signifikan terhadap praktek pengungkapan tanggung jawab sosial.
Adi 2008 melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor, sebuah
studi kasus pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEJ. Dengan sampel sebanyak 26 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa pengaruh dari pengungkapan sosial terhadap laporan tahunan kurang signifikan, sehingga tidak ada pengaruh pengungkapan sosial terhadap reaksi
investor. Zubaidah 2008 melakukan penelitian mengenai pengaruh biaya sosial
pada kinerja keuangan pada perusahaan semen yang listing di Bursa Efek Jakarta BEJ. Dan hasilnya menjelaskan bahwa biaya sosial memiliki
pengaruh yang kuat pada kinerja keuangan. Dengan biaya Corporate Social Responsibility yang digunakan seperti biaya gaji, biaya air bersih, biaya bonus,
dan biaya promosi. Dan biaya gaji adalah faktor Corporate Social Responsibility yang paling kuat dalam mempengaruhi kinerja keuangan.
Saleh et. al 2008 melakukan pengujian empiris mengenai hubungan antara Pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan kinerja
keuangan dalam Pasar Terbuka yang berada di Malaysia, dengan menggunakan longitudinal data analysis. Hasilnya adalah terdapat sedikit
bukti evidence dari pengaruh signifikan Corporate Social Responsibility dalam kinerja keuangan dalam hubungan jangka panjang.
Brine et. al 2007 dalam Efendi 2009 melakukan pengujian Corporate Social Responsibility and Financial Performance dalam konteks
Australia, beberapa penggerak ekonomi untuk telah mereka temukan yang mungkin dapat dijelaskan dari pemungutan sukarela oleh beberapa
perusahaan. Hasil pertama mereka menerangkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan diantara Corporate Social Responsibility dengan kinerja
keuangan. Rosmasita 2007 melakukan pengujian pengaruh faktor-faktor
perusahaan terhadap pengungkapan sosial perusahaan dengan memasukkan unsur kepemilikan manajemen, dalam sampel sebanyak 113 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasilnya menyatakan bahwa faktor-faktor perusahaan mempengaruhi pengungkapan sosial dan variabel kepemilikan
perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan.
Wirakusuma dan Yuniasih 2007 melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan
Corporate Social Responsibility dan Good Coprporace Governance sebagai
variabel pemoderasi. Hasil dari penelitian tersebut antara lain adalah Return On Asset ROA positif mempengaruhi nilai perusahaan; pengungkapan CSR
terbukti berpengaruh positif pada hubungan ROA dengan nilai perusahaan; dan, kepemilikan manajerial terbukti tidak berpengaruh terhadap hubungan
antara ROA dengan nilai perusahaan. Sembiring 2005 telah melakukan penelitian empiris pada perusahaan
yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, mengenai karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasilnya berupa ukuran perusahaan,
karakteristik dan jumlah dari jajaran komisioner memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial, tetapi
profitabilitas dan leverage tidak menunjukkan efek positif. Tsoutsoura 2004 dalam proyek aplikasi keuangan juga melakukan
pengujian ”Corporate Social Responsibility and Financial Performances”,
didasari dengan metode empiris dan data diambil dari rentang waktu 1996 sampai 2000 yang termasuk juga dalam SP 500. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan statistik yang signifikan, mendukung pandangan dari aktivitas pertanggungjawaban sosial
CSR dapat dijadikan salah satu bagian keuntungan. Mahoney dan Roberts 2002 dalam Efendi 2009 juga melakukan
penelitian diantara hubungan sosial dan lingkungan perusahaan terhadap pengaruhnya dalam kinerja keuangan dan instritusi kepemilikan, dengan
menggunakan panel data selama empat tahun dari sampel perusahaan yang berada di Canada Canadian Firms. Mereka menemukan hubungan positif
antara kinerja lingkungan perusahaan dengan kinerja keuangan perusahaan. Ditambah lagi, hubungan positif antara aktivitas sosial perusahaan dengan
institusi kepemilikan dalam bentuk saham shares. Dari hasil-hasil yang mereka temukan, mereka berargumen bahwa aktivitas sosial berhubungan
positif dalam kesuksesan perusahaan. Beberapa bursa sudah menerapkan indeks yang memasukkan kategori
saham-saham perusahaan yang telah mengimplementasikan Corporate Social Responsibility. New York Stock Exchange telah memiliki Dow Jones
Sustainability Index DJSI bagi saham-saham perusahaan yang dikategorikan memiliki nilai Corporate Social Responsibility yang baik. DJSI mulai
dipraktekkan sejak tahun 1999. begitu pula London Stock Exchange yang memiliki Socially Responsible Investment SRI Index dan Financial Times
Stock Exchange FTSE mempunyai FTSE4Good sejak 2001. Belakangan, inisiatif ini mulai diikuti oleh otoritas bursa saham di Asia, seperti Hanseng
Stock Exhange dan Singapore Stock Exchange. Konsekuensi dari adanya indeks-indeks tersebut memacu investor global untuk menanamkan
investasinya hanya di perusahaan-perusahaan yang sudah masuk dalam indeks tersebut.
Suatu analisa perlu adanya dasar teori dan acuan yang tepat dalam melakukan penelitian, maka dalam penelitian ini terdapat teori-teori
pendukung dan berdasarkan penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisa kembali dari penelitian terdahulu dengan sedikit perbedaan
yang dapat menjadi analisis yang baru.
Adapun perbedaan dari analisis kali ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :
1. Pada penelitian terdahulu variabel independennya terdiri dari CSR dan Good Corporate Governance. Sedangkan pada penelitian ini variabel
independennya terdiri dari CSR dan kinerja keuangan. 2. Pada penelitian terdahulu menganalisa perusahaan yang berada pada
sektor manufaktur, sedangkan pada penelitian ini menganalisa perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia BEI.
3. Pada penelitian terdahulu menganalisa pada periode tahun 2005-2006, sedangkan pada penelitian ini menganalisis pada periode tahun 2007-2009.
Berdasarkan kajian dan paparan penelitian terdahulu yang telah
disebutkan, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Kinerja Keuangan Terhadap
Nilai Perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bukti empiris
pada sektor perbankan dan diharapkan dapat menjadi referensi bagi banyak pihak mengenai penerapan tanggung jawab sosial sebagai suatu kebutuhan
bisnis dan bukan sebagai biaya tambahan yang dikeluarkan perusahaan sehingga dapat dirasakan manfaatnya dalam jangka panjang.