Tabel 2. 1 lanjutan 5. Peningkatan efisiensi energi dari produk
6. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk 7. Kebijakan energi perusahaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Mengurangi polusi, iritasi, atau risik dalam lingkungan kerja 2. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau
mental 3. Statistik kecelakaan kerja
4. Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja 5. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja
6. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja 7. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja
8. Pelayanan kesehatan tenaga kerja
Lain-lain Tenaga Kerja
1. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanitaorang cacat 2. Persentasejumlah tenaga kerja wanitaorang cacat dalam tingkat
managerial 3. Tujuan penggunaan tenaga kerja wanitaorang cacat dalam pekerjaan
4. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanitaorang cacat 5. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja
6. Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan
7. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja 8. Bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses
mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan 9. Perencanaan kepemilikan rumah karyawan
10. Fasilitas untuk aktivitas rekreasi 11. Presentase gaji untuk pensiun
12. Kebijakan penggajian dalam perusahaan 13. Jumlah tenaga kerja dalam perusahaan
14. Tingkatan managerial yang ada 15. Disposisi staff, dimana staff ditempatkan
16. Jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka 17. Statistik tenaga kerja, misal: penjualan per tenaga kerja
18. Kualifikasi tenaga kerja yang direkrut 19. Rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja
Tabel ini berlanjut
Tabel 2. 1 lanjutan 20. Rencana pembagian keuntungan lain
21. Informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja
22. Informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan peruahaan
23. Laporan tenaga kerja yang terpisah 24. Hubungan perusahaan dengan serikat buruh
25. Gangguan dan aksi tenaga kerja 26. Informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan
27. Kondisi kerja secara umum 28. Reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja
29. Statistik perputaran tenaga kerja
Produk
1. Pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya 2. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk
3. Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk 4. Produk memenuhi standar keselamatan
5. Membuat produk lebih aman untuk konsumen 6. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan
7. Peningkatan kebersihankesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk
8. Informasi atas keselamatan produk perusahaan 9. Informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan
penghargaan 10. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah
meningkat misalnya ISO 9000
Keterlibatan Masyarakat
1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni
2. Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswapelajar 3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat
4. Membantu riset medis 5. Sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni
6. Membiayai program beasiswa 7. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat
8. Sponsor kampanye nasional 9. Mendukung pengembangan industri lokal
Tabel ini berlanjut
Tabel 2. 1 lanjutan
Umum
1. Tujuankebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat
2. Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas
Sumber: Yosefa Sayekti 2007
E. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Laporan Keuangan
Hendriksen 1991:203 dalam Nurlela dan Islahuddin 2008:7 mendefinisikan pengungkapan disclosure sebagai penyajian sejumlah
informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan ada yang bersifat wajib mandatory yaitu
pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standar tertentu, dan ada yang bersifat sukarela
voluntary yang merupakan pengungkapan informasi melebihi persyaratan minimum dari paraturan yang berlaku.
Gray et. al mengelompokkan teori yang dipergunakan oleh para peneliti untuk menjelaskan kecendrungan pengungkapan sosial ke dalam tiga
kelompok Henny dan Murtanto, 2001 dalam jurnal Media Riset Akuntansi Auditing dan Informasi Vol. 2 yaitu:
1. Decision usefullness studies: pengungkapan sosial dilakukan karena informasi tersebut dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan dan
ditempatkan pada posisi yang moderatly important.
2. Economy theory studies: sebagai agen dari suatu prinsipal yang mewakili seluruh intrest group perusahaan, pihak manajemen melakukan
pengungkapan sosial sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan publik. 3. Social and political theory studies: pengungkapan sosial dilakukan sebagai
reaksi terhadap tekanan-tekanan dari lingkungannya agar perusahaan merasa eksistensi dan aktifitasnya terlegitimasi.
Terdapat beberapa paradigma yang menimbulkan kecendrungan perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya, antara lain:
1. Kecenderungan Terhadap Kesejahteraan Sosial Kecendrungan ini berdasarkan kenyataan bahwa kelangsungan hidup
manusia, kesejaterahan masyarakat hanya dapat lahir dari sikap kerjasama antar unit-unit masyarakat itu sendiri. Sehingga timbulah kesadaran dan
kebutuhan pertanggungjawaban sosial perusahaan terhadap lingkungan sosialnya.
2. Kecendrungan Terhadap Kesadaran Lingkungan Kecendrungan ini berdasarkan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk
di antara bermacam-macam makhluk yang mendiami bumi yang saling mempunyai keterkaitan dan sebab akibat serta dibatasi oleh sifat
keterbatasan dunia itu sendiri, baik sosial, ekonomi, dan politik. Akibat semakin meningkatnya kesadaran perusahaan terhadap kenyataan tersebut,
sehingga timbul
kebutuhan tentang
perlunya melakukan
pertanggungjawaban sosial kepada stakeholder.
3. Perspektif Ekosistem Dalam perspektif ini perusahaan sadar bahwa kegiatan ekonomi yang
dilakukan akan menimbulkan dampak bagi ekosistem yang berada di sekitarnya.
4. Ekonomisasi vs Sosialisasi Ekonomi mengarahkan perhatian hanya kepada kepuasan individual
sebagai unit yang selalu mempertimbangkan cost dan benefit tanpa memperhatikan
kepentingan masyarakat.
Sebaliknya, sosialis
menfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan sosial dan selalu memperhatikan efek sosial yang ditimbulkan oleh kegiatannya.
Pengungkapan sosial ini harus menggambarkan bagaimana perusahaan menciptakan nilai dalam konteks yang lebih luas seperti pengembangan
komunitas. Dimensi sosial dari triple bottom line reporting mencakup hal-hal seperti, informasi mengenai kesegeragaman jenis dan gender, buruh anak, jam
kerja ,upah buruh, maslah hak asasi manusia, keamanan karyawan dan investasi sosial. Dimensi lingkungan hidup mencakup informasi mengenai
dampak produk terhadap lingkungan, emisi dan limbah serta perubahan iklim. Dengan keterbukaan ini perusahaan menciptakan suasana kepercayaan dengan
para stakeholder sehingga apabila terjadi krisis di masa mendatang perusahaan telah mempunyai “tabungan” kepercayaan yang memungkinkan perusahaan
untuk mengarungi krisis dengan selamat tanpa terganggu reputasinya. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering disebut
juga sebagai corporate social responsibility CSR merupakan proses
pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap
masyarakat secara keseluruhan Hackston dan Milne, 1996 dalam Retno Anggraini,
2006. Dalam
kegiatan operasinya,
perusahaan sering
menimbulkan masalah pada lingkungan dan masyarakat seperti masalah sosial, polusi, sumber daya, limbah. Ada dua pendekatan yang secara
signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap
masyarakat sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial
yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua yaitu dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran
informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan Retno Anggraini, 2006. Perusahaan
yang mengedepankan
sustainability tentu
akan menterjemahkan prinsip sustainability kedalam strategi dan operasi
perusahaan, sehingga faktor-faktor yang mendatangkan value bagi perusahaan dapat juga menjadi bahan masukan dalam rangka pengambilan keputusan oleh
investor. Dengan pengungkapan sosial ini diharapkan investor dapat pemahaman yang lebih baik mengenai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan value yang pada giliranya akan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka memaksimalkan kemakmurannya. Hasil
akhirnya adalah meningkatkan kepercayaan investor bahwa ia telah menanamkan ke tempat yang tepat sehingga pasar modal menjadi tidak
gampang bergejolak, cost of capital menurun, dan proses alokasi sumberdana dan ekonomi menjadi efisien dan efektif. Dimensi efektif dari pengungkapan
ini mencakup tidak hanya sekedar laporan keuangan sebagaimana dipersyaratkan oleh undang-undang.
Ada beberapa alasan yang mendukung dan menentang konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Adapun alasan-alasan yang dikemukakan
oleh para pendukung tanggung jawab sosial yaitu: 1. Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan
masyarakat terhadap peranan perusahaan. Dalam jangka panjang hal ini sangat menguntungkan perusahaan. Keterlibatan sosial mungkin akan
mempengaruhi perbaikan lingkungan masyarakat yang mungkin akan menurunkan biaya produksi.
2. Meningkatkan nama baik perusahaan, dan akan menimbulkan simpati klien, karyawan, investor dan lain-lain.
3. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat. Karena campur tangan pemerintah dianggap cenderung akan membatasi