2.3. Klasifikasi TB Paru 2.3.1.
Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomi Dari Penyakit
1. Tuberkulosis Paru
Adalah TB yang terjadi pada parenkim jaringan paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru. Limfadenitis TB
dirongga dada hilus dan atau mediastinum atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB
ekstra paru. Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.
2. Tuberkulosis ekstra paru
Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya : pleura, kelenjar, limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang. Diagnosis
TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klnis. Diagnosis TB ekstra paru harus diupayakan berdasarkan penemuan M.
tuberculosis. Pasien TB ekstra paru yang menderita TB pada beberapa organ, diklasifikasikan sebagai pasien TB ekstra paru pada organ menunjukkan
gambaran TB yang terberat Pedoman Nasional Pengendalian TB, 2014.
2.3.2. Klasifikasi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dahak BTA
1. Tuberkulosis Paru BTA +
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Universitas Sumatera Utara
b. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif c.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif.
2. Tuberkulosis Paru BTA -
a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negative, gambaran
klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak respons dengan pemberian antibiotic spectrum luas
b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M.tuberkulosis positif.
2.3.3. Klasifikasi Berdasarkan Tipe Penderita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita yaitu :
a. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah menelan OAT kurang dari satu bulan 30 dosis harian
b. Kasus kambuh relaps
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
Universitas Sumatera Utara
c. Kasus pindahan Transfer In
Adalah penderita yang sedang mendapatkan pengobatan disuatu kabupaten dan kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut
harus membawa surat rujukanpindah d.
Kasus lalai berobat Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti
2 minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif
e. Kasus gagal
1. Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 satu bulan sebelum akhir pengobatan
2. Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik f.
Kasus kronik Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik g.
Kasus bekas TB 1.
Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik negative dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih gambaran radiologik serial
menunjukkan gambaran yang menetap.
Universitas Sumatera Utara
2. Pada kasus dengan gambaran radiologic meragukan lesi TB aktif, namun
setelah mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan ternyata tidak ada perubahan gambaran radiologic Pedoman Tata Laksana Konsesus TB,
2010.
2.4. Diagnosis TB Paru