Pengaruh Rumah Sehat terhadap Penderita TB Paru

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Rumah Sehat terhadap Penderita TB Paru

Berdasarkan pengujian hipotesis secara simultan uji F dapat diketahui bahwa nilai F-statistics sebesar 7.877270 dan diketahui nilai Prob. F-statistics, yakni 0.014408 0,05. Uji bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel tak bebas. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel rumah sehat berpengaruh signifikan terhadap variabel penderita TB paru. Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang berkontribusi besar untuk kesehatan penghuninya Notoatmodjo, 2003. Kuman tuberkulosis dapat hidup selama berjam-jam sampai berhari dan bahkan berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik, kelembapan, suhu rumah dan kepadatan penguhuni yang terdapat didalam rumah tersebut. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Untuk itu pengadaan perumahan yang sesuai dengan standart kesehatan yang telah ditetapkan sangat penting utnuk diterapkan. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari tersedianya prasarana dan sarana yan terkait Krieger and Higgins, 2002. Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan TB paru. sumber penularan penyakit Universitas Sumatera Utara ini erat kaitannya dengan kondisi sanitasi perumahan Fahreza, 2012 . Kondisi kesehatan lingkungan rumah berpengaruh secara tidak langsung terhadap kejadian penyakit TB paru, karena lingkungan rumah yang kurang memenuhi syarat kesehatan akan mempengaruhi jumlah atau kepadatan kuman dalam rumah tersebut termasuk kuman penyebab penyakit TB paru Entjang, 2003. Perumahan atau pemukiman yang buruk akan beresiko unutk menimbulkan masalah kesehatan antara lain penyakit infeksi saluran pernafasan dan TB paru. Perumahan yang sehat harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain memenuhi kebutuhan fisiologis, mencegah terjadinya penularan penyakit, dan mencegah terjadinya kecelakaan Widoyono, 2008. Berdasarkan pengujian hipotesis secara parsial nilai Coefficients rumah sehat yaitu -0,002314 dan nilai t negatif, menunjukkan bahwa rumah sehat berpengaruh negatif yakni mempunyai hubungan yang tidak searah terhadap penderita TB paru BTA+. Artinya, apabila jumlah rumah sehat naik maka akan menurunkan jumlah penderita TB paru BTA+. Terdapat nilai sig. sebesar 0,0265, nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas yang telah ditetapkan atau 0,0265 0,05 yang memperlihatkan bahwa pengaruh rumah sehat adalah signifikan terhadap penderita TB. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian hasil penelitian Fahreza 2012 yang be rjudul “hubungan antara kualitas fisik rumah dan kejadian tuberkulosis paru dengan BTA+ di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang”, yang ditemukan bahwa ada hubungan kualitas fisik rumah dengan kejadian TB paru BTA+ di BKPM Semarang dengan nilai p=0,000 dan ditemukan nilai Universitas Sumatera Utara OR=45,5 yang artinya, kondisi rumah yang buruk beresiko terkena TB paru sebesar 45,50 kali dibandingkan kondisi fisik rumah yang baik dengan nilai Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Sakinah 2012 yang berjudul “pengaruh sanitasi lingkungan rumah, pengahsilan keluarga dan upaya pengendalian terhadap penyakit TB paru pada ibu rumah tangga di Puskesmas Mulyorejo Kabupaten Deli Serdang tahun 2012”, yang ditemukan variabel sanitasi lingkungan rumah ventilasi p=0,041 ,pencahayaan p=0,003 , kelembapan p=0,045 , dan suhu p=0,007 memiliki hubungan dan signifikan terhadap kejadian penyakit TB paru. Hasil penelitian Iskandar 2011 yang berjudul “hubungan karakteristik penderita, lingkungan fisik rumah dan wilayah dengan kejadian tuberkulosis paru di Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2009” juga memperlihatkan ada hubungan antara lingkungan fisik rumah kepadatan hunian kamar, jenis lantai, venntilasi udara, pencahayaan, kelembapan, suhu dan polutan dalam rumah terhadap kejadian TB paru. Namun hasil penelitian ini tidak sama atau tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktavianus Rantepasang 2012 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang yang meminimalisasi penularan TB paru BTA+ didalam rumah.

5.2. Pengaruh Jumlah Kendaraan Bermotor terhadap Penderita TB Paru