OR=45,5 yang artinya, kondisi rumah yang buruk beresiko terkena TB paru sebesar 45,50 kali dibandingkan kondisi fisik rumah yang baik dengan nilai
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Sakinah 2012 yang berjudul “pengaruh sanitasi lingkungan rumah, pengahsilan keluarga dan
upaya pengendalian terhadap penyakit TB paru pada ibu rumah tangga di Puskesmas Mulyorejo Kabupaten Deli Serdang tahun 2012”, yang ditemukan
variabel sanitasi lingkungan rumah ventilasi p=0,041 ,pencahayaan p=0,003 , kelembapan p=0,045 , dan suhu p=0,007 memiliki hubungan dan signifikan
terhadap kejadian penyakit TB paru. Hasil penelitian Iskandar 2011 yang berjudul “hubungan karakteristik
penderita, lingkungan fisik rumah dan wilayah dengan kejadian tuberkulosis paru di Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2009” juga memperlihatkan ada hubungan
antara lingkungan fisik rumah kepadatan hunian kamar, jenis lantai, venntilasi udara, pencahayaan, kelembapan, suhu dan polutan dalam rumah terhadap
kejadian TB paru. Namun hasil penelitian ini tidak sama atau tidak sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Oktavianus Rantepasang 2012 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang yang meminimalisasi penularan TB paru BTA+
didalam rumah.
5.2. Pengaruh Jumlah Kendaraan Bermotor terhadap Penderita TB Paru
Berdasarkan pengujian hipotesis secara simultan uji F dapat diketahui bahwa nilai F-statistics sebesar
7.877270
dan diketahui nilai Prob. F-statistics,
Universitas Sumatera Utara
yakni
0.014408
0,05. Uji bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel tak bebas. Dengan demikian
maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel jumlah kendaraan bermotor berpengaruh signifikan terhadap variabel penderita TB paru.
Tuberkulosis merupakan penyakit airborne desease yang sumber penularannya adalah melalui udara yang dapat menginfeksi semuan golongan
umur maupun status sosial. Untuk itu diharapkan dalam mencegah tertular dan penyebaran penyakit tuberkulosis harus memperhatikan kualitas udara, baik
kualitas udara didalam ruangan maupun kualitas udara diluar ruangan. Udara yang sudah tercemar juga akan berpengaruh untuk menurunkan sistem imun manusia,
hal ini juga mampu mempermudah penularan tuberkulosis mengingat penyebaran dan penularan tuberkulois bergantung pada sistem imun seseorang. Dengan situasi
yang ada sekarang yan berkaitan dengan sanitasi yang buruk, pencemarann udara yang buruk mengakibatkan hamper smeua orang terjebak dalam serangan bakteri
TB paru. Kendaraan bermotor adalah penyumbang terbesar dalam pencemaran
udara. Pencemaran udara biasanya terjadi di daerah perkotaan besar dan juga padat akan industri. Pencemaran udara memang erat kaitannya dengan masalah-
masalah yang sering ditimbulkan yakni masalah-masalah yang menyangkut saluran pernafasan salah satunya adalah tuberkulosis. Selain pencemaran udara
membantu penularan TB paru, pencemaran udara juga mengandung zat-zat hasil polutan yan dikeluarkan oleh kendaraan bermotor diatas batas kewajaran. Hal ini
juga akan memicu untuk menimbulkan penyakit lainnya ataupun akan berpotensi
Universitas Sumatera Utara
untuk meningkatkan keparahan penyakit TB pada penderita TB paru. Masalah pencemaran udara seperti asap rokok, partikel hasil pembakaran yang tersebar di
udara ambient dan ruangan dapat menjadi salah satu faktor resiko peningkatan kasus TB paru
Berdasarkan pengujian hipotesis secara parsial nilai Coefficients jumlah kendaraan bermotor yaitu 0,000249 dan nilai t positif, menunjukkan bahwa
jumlah kendaraan bermotor berpengaruh positif yakni mempunyai hubungan yang searah terhadap penderita TB paru BTA+. Artinya, apabila jumlah kendaraan
bermotor naik maka akan menaikkan jumlah penderita TB paru BTA +. Terdapat nilai sig. sebesar 0,0048, nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas yang telah
ditetapkan atau 0,0048 0,05 yang memperlihatkan bahwa pengaruh jumlah kendaraan bermotor adalah signifikan terhadap penderita TB.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Halim 2015 yang berjudul “ faktor resiko TB paru pada anak usia 1-5 tahun di Kapubaten Kebumen” dengan
hasil penelitian menunjukan bahwa Kadar PM 10 memiliki hubungan dengan kejadian TB anak pvalue= 0.021, OR : 11.999,CI : 1.444
– 99.674, penelitian menunjukan bahwa seseorang yang tinggal di rumah dengan kadar PM10 lebih
dari 150 μ gm³ berisiko sebesar 2,74 kali dibanding dengan seseorang yang tinggal kadar PM10 kurang dari 150 μ gm³ dirumah. Ketika polusi udara oleh
dalam ruang dapat memberikan faktor risiko sebesar 2,35 kali menderita TB paru dibandingkan dengan udara tidak terkena polusi oleh debu.
Penelitian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Naga 2012, Naga mengungkapkan bahwa secara umum tingkat atau derajat penularan
Universitas Sumatera Utara
penyakit TB paru tergantung pada banyaknya basil tuberkulosis dalam sputum, virulensii atas, basil dan peluang adanya pencemaran udara.
5.3. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Penderita TB Paru