20
2.9 Pembagian Zona-Zona Peruntukan
Setiap fungsi bangunan tertentu memiliki baku tingkat kebisingan yang dianut agar kenyaman di dalam bangunan terjaga. Untuk Indonesia, baku tingkat kebisingan yang diacu
masih berupa baku yang longgar dan belum ada sanski berat bagi yang melanggar. Sementara itu di beberapa negara maju juga dikenal istilah Noise Criteria NC yang disarankan untuk fungsi-
fungsi bangunan tertentu. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tanggal 25
November 1996, baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Baku Tingkat Kebisingan
Peruntukan Kawasan Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan dB
a. Peruntukan Kawasan 1. Perumahan dan Pemukiman
2. Perdagangan dan Jasa 3. Perkantoran
4. Ruang Terbuka Hijau 5. Industri
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 7. Rekreasi
8. Khusus : 55
70 65
50 70
60 70
Universitas Sumatera Utara
21
- Bandar Udara - Stasiun Kereta Api
- Pelabuhan Laut - Cagar Budaya
b. Lingkungan Kegiatan 1. Rumah Sakit atau sejenisnya
2. Sekolah atau sejenisnya 3. Tempat Ibadah atau sejenisnya
70 70
70 60
55 55
55
Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tabel 2.3 Pembagian Zona-Zona Peruntukan
Zona Peruntukan
Tingkat Kebisingan dBA Maksimum di dalam Bangunan
Dianjurkan Diperbolehkan
A Laboratorium, Rumah Sakit, Panti Perawatan
35 45
B Rumah, Sekolah, Tempat Rekreasi
45 55
C Kantor, Pertokoan
50 60
Universitas Sumatera Utara
22
D Industri, terminal, Stasiun KA
60 70
Sumber : Per.Men.kes No.781MenkesPerXI87
2.10 Alat pengukur kebisingan Sound Level Meter
Pengukuran kebisingan umumnya dilakukan dengan memakai alat sound level meter atau dapat dihitung dengan model yang telah dikembangkan. Maka untuk memperkirakan dampak
yang ditimbulkan oleh kebisingan kereta api lebih menitikberatkan pada analisa nilai intensitas kebisingan ekivalen pada waktu pengukuran dengan beban terpadat dan atau kegiatan lain pada
waktu kondisi puncak atau yang lebih dikenal dengan istilah Leq equivalent sound level. SLM adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan, yang terdiri
dari mikrofon, amplifier, sirkuit affenuator dan beberapa alat lainnya. Alat ini mengukur kebisingan antara 30 - 130 dB dan dari frekwensi 20 - 20.000 Hz. SLM dibuat berdasarkan
standar ANSI American National Standard Institute tahun 1977 dan dilengkapi dengan alat pengukur 3 macam frekwensi yaitu A, B dan C yang menentukan secara kasar frekwensi bising
tersebut : 1. Jaringan frekwensi A mendekati frekwensi karakteristik respon telinga untuk suara
rendah yang kira-kira dibawah 55 dB. 2. Jaringan frekwensi B dimaksudkan mendekati reaksi telinga untuk batas antara 55 - 85
dB. 3. Jaringan frekwensi C berhubungan dengan reaksi telinga untuk batas diatas 85 dB.
Universitas Sumatera Utara
23
Gambar 2.1 Sound level meter type extech
2.11 Pengukuran Tingkat Kebisingan