Dampak kebisingan KESIMPULAN DAN SARAN

10 2.5.4 Kebisingan Jalan Raya Kebisingan jalan raya disebabkan oleh pemakaian kendaraan bermotor, baik yang beroda dua, yang beroda empat, maupun yang beroda lebih dari empat. Menurut Doelle 1993, sumber bising utama dalam pengendalian bising lingkungan dapat diklasifikasikan dalam kelompok, yakni : a. Bising Interior Berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga, atau mesin-mesin gedung. b. Bising Luar Berasal dari lalu lintas, transportasi, industri, alat-alat mekanis yang terlihat dalam gedung, tempat pembangunan gedung-gedung, perbaikan jalan, kegiatan olahraga dan lain-lain diluar gedung, dan iklan advertising. c. Bising Pesawat Udara

2.6 Dampak kebisingan

Suara yang tidak diinginkan akan memberikan efek kurang baik terhadap kesehatan. Suara merupakan gelombang mekanik yang dihantarkan oleh suatu medium yaitu umunya oleh udara. Kualitas dan kuantitas suara ditentukan antara lain oleh intensitas loudness, frekuensi, periodesitas kontinyu atau terputus dan durasinya. Faktor-faktor tersebut juga ikut mempengaruhi dampak suatu kebisingan terhadap kesehatan. Menurut Mansyur 2003, pengaruh buruk kebisingan, didefenisikan sebagai suatu perubahan morfologi dan fisiologi organisme yang mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional untuk mengatasi adanya stress tambahan atau peningkatan kerentana suatu organisma Universitas Sumatera Utara 11 terhadap pengaruh efek faktor lingkungan yang merugikan, termasuk pengaruh yang bersifat sementara maupun gangguan jangka panjang terhadap suatu organ atau seseorang secara fisik, psikologis atau sosial. Kebisingan akan memberikan efek yang kurang baik bagi kesehatan apabila intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan dan lamanya waktu paparan terhadap kebisingan sudah melewati batas yang wajar. Menurut Mediastika 2005, tiap individu memiliki subjektivitas terhadap noise, begitupun sesungguhnya tiap individu juga memiliki subjektivitas terhadap kebisingan. Sanders dan McCormick 1987 menyatakan bahwa toleransi manusia terhadap kebisingan bergantung pada faktor akustikal dan non-akustikal.Faktor akustikal meliputi : tingkat kekerasan bunyi, frekuensi bunyi, durasi munculnya bunyi, fluktuasi kekerasan bunyi, fluktuasi frekuensi bunyi, dan waktu munculnya bunyi. Sementara faktor non akustikal meliputi : pengalaman terhadap kebisingan, kegiatan, perkiraan terhadap kemungkinan munculnya kebisingan, manfaat objek yang menghasilkan kebisingan, kepribadian, lingkungan dan keadaan. Semua faktor tersebut harus diperhitungkan setiap kali mengukur tingkat kebisingan pada suatu tempat, sehingga data yang dihasilkan menjadi sah dan solusi yang diterapkan lebih tepat. Menyadari dampak yang ditimbulkan oleh kebisingan, pemerintah Negara maju telah mengupayakan agar permasalahan kebisingan dipahami oleh masyarakat umum dan diatur dalam perundangan yang ketat disertai sanski bagi yang menghasilkan kebisingan tersebut.Meski demikian, negara-negara berkembang sering menghadapi kendala untuk menetapkan peraturan yang ketat. Universitas Sumatera Utara 12 Kebisingan membawa dampak yang merugikan bagi kesehatan, jika berlangsung secara terus-menerus. Kebisingan tidak hanya merupakan ancaman bagi telinga manusia, akan tetapi dapat juga mempengaruhi perkembangan mental, tingkah laku sosial dan dalam proses belajar. Tingkat kebisingan yang dapat ditoleransi oleh seseorang tergantung pada kegiatan apa yang sedang dilakukan oleh orang tersebut. Seseorang yang sedang sakit atau beribadah akan terganggu oleh kebisingan yang rendah sekalipun. Sebaliknya seseorang yang berada di studio musik akan dapat menerima kebisingan yang lebih tinggi. Kehilangan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan akan terjadi secara bertahap dan tanpa rasa sakit. Namun demikian, seringkali terjadi seseorang menyadari akan kehilangan pendengaran pada saat yang sudah sangat terlambat. Suratmo 1995 menyatakan bahwa akibat dari kebisingan pada manusia dapat dibagi ke dalam : 1. Perubahan ketajaman pendengaran Akibat pada pendengaran manusia karena kebisingan dapat berbentuk sebagai berikut : a. Perubahan ambang batas sementara temporary threshold shift = TTS. Gejalanya berbentuk berkurangnya kemampuan pendengaran pada suara yang pelan, tetapi gejala tersebut akan hilang lagi setelah beberapa jam sampai empat minggu. b. Kehilangan pendengaran secara tetap noise-induced permanent threshold shift = NIPTS. Universitas Sumatera Utara 13 Penderita yang mengalami kehilangan pendengaran ini tidak dapat sembuh lagi.TTS meningkat linier dengan rata-rata tingkat kebisingan antara 80-130 dBA.Peningkatan tersebut sebanding dengan lamanya terkena kebisingan. c. Menimbulkan tekanan fisiologis yang akan mempengaruhi syaraf pengatur saluran darah, tegangan otot-otot, keluarnya hormon adrenal yang menyebabkan syaraf menjadi tegang, denyut jantung meningkat. 2. Mengganggu pembicaraan 3. Mengganggu kenyamanan 4. Pengaruh lain Pengaruh bising dengan jangkauan dari mengalihkan perhatian sampai sangat mengganggu.Bahkan bising yang lembut dapat mengganggu saat mendengarkan pidato atau musik menyebabkan pengaruh menutupi masking dan menaikkan ambang yang dapat di dengar threshold of audibility.Kebisingan dapat mengganggu istirahat dan tidur dan bahkan dapat mengacaukan atau mencegah mimpi.Bising yang cukup keras diatas 70 dB, dapat menyebabkan kegelisahan nervousness, kurang enak badan, kejenuhan mendengar, sakit lambung dan masalah peredaran darah.Bising yang sangat keras diatas 85 dB, dapat menyebabkan kemunduran yang serius pada kondisi kesehatan seseorang dan bila berlangsung lama, kehilangan pendengaran sementara atau permanen dapat terjadi.Bising yang berlebihan dan berkepanjangan terlihat dalam masalah-masalah kelainan seperti jantung, tekanan darah tinggi dan luka perut Doelle, 1993. Universitas Sumatera Utara 14 Kebisingan dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. 1. Gangguan fisiologis Bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datannya tiba-tiba.Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, kontruksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. 2. Gangguan psikologis Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentransi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikomatik berupa gastitis, stress, kelelahan dan lain-lain. 3. Gangguan komunikasi Gangguan komunikasi biasanya masking effect bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda berbahaya, gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan kerja. 4. Gangguan keseimbangan Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan diruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing vertigo atau mual-mual. Universitas Sumatera Utara 15 5. Efek pada pendengaran Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat menyebabkan ketulian.Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising, namun bila terus menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali.

2.7 Jenis-Jenis Bising