Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Polusi suara atau bising adalah salah satu isu lingkungan yang terjadi di wilayah perkotaan atau pemukiman. Perancangan kota yang tidak atau kurang mengikuti kaedah- kaedah perancangan kota akan memberikan efek bising yang semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kegiatan transportasi. Kebisingan jika sudah melampaui dari ambang batas yang telah ditentukan, akan mengakibatkan terganggunya masalah kesehatan pendengaran bahkan dapat mengakibatkan stress pada penderitanya.Kebisingan dapat didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan. Untuk transportasi darat, salah satu moda yang dapat menyebabkan kebisingan adalah kereta api, dimana dalam pengoperasiannya akan menimbulkan kebisingan dan getaran yang dirasakan oleh masyarakat yang tinggal disekitar jalan rel yang dilintasi tersebut Adji, 2002. Di kota-kota besar seringkali perencanaan kota yang baik tidak atau kurang tercapai akibat pertumbuhan populasi dan tidak tersedianya lahan yang seimbang. Sehingga rumah atau pemukiman harus dibangun secara berdekatan dengan rel kereta api. Akibatnya masyarakat yang tinggal disekitar jalan rel tersebut akan mengalami gangguan kebisingan secara langsung dan terus menerus Mayangsari. Medan merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia. Tingginya angka populasi dan berbagai perkembangan di kota tersebut tentunya akan membuat tingginya kebutuhan mobilitas juga, baik yang dari dalam maupun dari luar kota. Dan Tebing Tinggi merupakan salah satu kota terdekat dengan jarak sekitar 80 km dari kota Medan serta terletak pada lintas Universitas Sumatera Utara 2 utama Sumatera, yaitu menghubungkan Lintas Timur dan Lintas Tengah Sumatera. Hal ini menyebabkan pergerakan dari kota Tebing Tinggi menuju kota Medan atau sebaliknya cukup tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan yang cukup tinggi itu, pemerintah menyediakan beberapa alternatif perjalanan yang diberikan, termasuk salah satu diantaranya yaitu kereta api. Jalan rel segmen Medan-Tebing Tinggi memiliki frekuensi lintas yang cukup tinggi dikarenakan trayek tujuan dari Medan ke beberapa kota lain selain Tebing Tinggi juga akan melintasi jalan rel pada segmen tersebut, yakni tujuan Pematang Siantar, Kisaran, Tanjung Balai, dan juga Rantau Prapat. Tidak hanya kereta penumpang tetapi juga kereta barang. Cukup tingginya frekuensi tersebut pastilah menimbulkan polusi berupa kebisingan yang cukup menggangu kenyamanan dan kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar pinggiran rel yang dilintasi tersebut. Oleh sebab itu dirasa perlulah diadakan suatu penelitian sesuai dengan ambang batas tingkat kebisingan yang telah ditentukan oleh pemerintah Indonesia dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-48MENLH111996.

1.2 Tujuan Penelitian