Perbedaan Keterampilan Generik Sains Siswa Yang Diajar Melalui Metode Praktikum Dengan Metode Demonstrasi Pada Konsep Jamur

(1)

(Kuasi Eksperimen Di SMA Negeri 4 Kota Bekasi)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

TINA YUNI ASTUTI

NIM 108016100034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H./2013 M


(2)

(3)

(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, N a m a : Tina Yuni Astuti Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta / 19 Juni 1990

NIM : 108016100034

Jurusan / Prodi : Pendidikan IPA / Pendidikan Biologi

Judul Skripsi : “Perbedaan Keterampilan Generik Sains Siswa Yang Diajar Melalui Metode Praktikum Dengan Metode Demonstrasi Pada Konsep Jamur”

Dosen Pembimbing : 1. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd. 2. Nengsih Juanengsih, M.Pd.

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 28 Mei 2013 Mahasiswa Ybs.

TinaYuni Astuti NIM. 108016100034


(5)

i

Pada Konsep Jamur. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum dengan metode demonstrasi. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Kota Bekasi pada kelas X. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 45 orang untuk kelas eksperimen I dan 45 orang untuk kelas eksperimen II. Kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan metode praktikum dan kelas eksperimen II diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes essay. Berdasarkan pengujian hipotesis statistik dengan uji-t’ (α = 0,05) diperoleh thitung (3.79) > ttabel (2,02). Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan generik sains antara siswa yang diajar melaluimetode praktikum dengan metode demonstrasi. Keterampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum lebih unggul dibandingkan dengan metode demonstrasi.

Kata Kunci: Metode Praktikum, Metode Demonstrasi, Keterampilan Generik Sains


(6)

ii

Fungi Concept. Skripsi, Biology Education Study Program, Natural Science Education Department, The Faculty of Tarbiyah and Teaching Learning, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research aim to know the difference of. student‟s science generic skills which has learn by practical method with demonstration method. This research was done in SMAN 4 Bekasi on the 10th grade. The method used in this research was quasi experiment, technique sampling of this research is purposive sampling. The amount of students are 45 as the firstexperimented class and 45 students as the second experimented class. The first experimented class has learn with practical method, and the second experimented class has learn with demonstration method. The instrument used for collecting data in this research is essai form. The result

from the calculation of t‟ test (α = 0.05), obtained that score (3.79)>t table (2.02). Finally, it can be concluded that there is a significant difference in student‟s science generic skill which has learn by practical methodwithdemonstration method. Student‟s science generic skill which has learn by practical method is greater compared to the demonstration method.

Key Word : The Practical Method, The Demonstration Method, Science Generic Skill


(7)

iii

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Skripsi yang berjudul “Perbedaan Keterampilan Generik Sains Siswa yang Diajar Melalui Metode Praktikum Dengan Metode Demonstrasi pada Konsep Jamur” ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata I (S1) pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini dapat terealisasikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan berupa moril maupun materil kepada penulis. Oleh karena itu, sebagai ungkapan rasa hormat yang tulus, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Nengsih Juanengsih, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Zulfiani, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, dosen pembimbing I dan Nengsih Juanengsih, M.Pd., dosen pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan saran dan arahan yang bermanfaat, serta nasehat yang berguna bagi penulis selama proses penyusunan skripsi.


(8)

iv

membimbing, memberikan saran dan arahan, serta nasehat yang berguna bagi penulis selama melakukan penelitian.

8. Kedua orangtuaku tercinta yang telah melimpahkan kasih sayang dan do’a tulus yang tiada henti. Kakak dan adikku tersayang Septi Haryati dan Erni Setyani dan seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan do’a, motivasi, dan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis.

9. Semua teman seperjuangan jurusan pendidikan IPA maupun pendidikan Biologi angkatan 2008, untuk sahabatku Dwi Anti Prapti Siwi, Erni Aprilia, Hila Lailatul dan Trisuwarno.

10. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima

kasih atas do’a dan dukungannya.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya penulis sendiri serta para pembaca sekalian.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Jakarta, April 2013

Penulis


(9)

v LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretik... 9

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 9

2. Hakikat Metode Praktikum ... 13

3. Hakikat Metode Demonstrasi ... 17

4. Hakikat Kegiatan Laboratorium ... 21

a. Pengertian Laboratorium ... 21

b. Fungsi Laboratorium ... 21

c. Karakterisitik Lab. Sains Biologi ... 22

5. Hakikat Keterampilan Generik ... 24

a. Pengertian Keterampilan Generik ... 24


(10)

vi BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian... 34

C. Desain Penelitian ... 34

D. Populasi dan Sampel ... 36

E. Variabel Penelitian ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Instrumen Penelitian... 37

1. Instrumen Tes ... 37

2. Lembar Observasi ... 38

H. Prosedur Penelitian ... 39

I. Kalibrasi Instrumen ... 40

1. Validitas ... 40

2. Reliabilitas ... 41

3. TingkatKesukaran ... 42

4. Daya Beda ... 43

J. Teknik Analisis Data ... 44

1. Uji Persyaratan Analisis Data ... 44

a. Uji Normalitas ... 44

b. Uji Homogenitas ... 45

2. N-Gain ... 45

3. Teknik Analisis Lembar Observasi ... 46

4. Teknik Analisis Kemampuan KGS ... 46

5. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 47

K. Hipotesis Statistik ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50


(11)

vii

2. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 53

a. Uji Normalitas... 53

b. Uji Homogenitas ... 54

3. Uji Normal gain ... 55

4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 56

B. Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(12)

viii

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Generik Sains ... 38

Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Korelasi ... 42

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 42

Tabel 3.5 Kriteria Daya Beda... 43

Tabel 3.6 Kriteria N-Gain ... 46

Tabel 3.7 Kriteria Keterampilan Generik Sains ... 47

Tabel 4.1 Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ... 50

Tabel 4.2 Persentase KGS Data Pretes ... 51

Tabel 4.3 Data Hasil Posttes Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ... 52

Tabel 4.4 Persentase KGS Data Posttes ... 52

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Pretest, Posttest, dan N-Gain ... 54

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest, Posttest, dan N-Gain ... 55

Tabel 4.7 Perbandingan Persentase N-Gain ... 56


(13)

(14)

x

Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen I ... 77

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa ... 89

Lampiran 4. Lembar Observasi Kegiatan Praktikum ... 97

Lampiran 5. Hasil Validitas dan Reliabilitas Tes Essai / Uraian ... 99

Lampiran 6. Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 103

Lampiran 7. Instrumen Penelitian ... 104

Lampiran 8. Skor Penilaian Butir Soal Essai ... 107

Lampiran 9. Kisi-kisi Instrumen ... 109

Lampiran 10. Data Skor Pretes Kelas Eksperimen I ... 115

Lampiran 11. Data Skor Postes Kelas Eksperimen I ... 116

Lampiran 12. Data Skor Pretes Kelas Eksperimen II ... 117

Lampiran 13. Data Skor Postes Kelas Eksperimen II ... 118

Lampiran 14. Ketercapaian Indikator KGS ... 119

Lampiran 15. Rekapitulasi Data N-Gain ... 120

Lampiran 16. Perhitungan Mean, Median, Modus, dan Standar Deviasi ... 123

Lampiran 17. Distribusi Frekuensi Pretes ... 128

Lampiran 18. Distribusi Frekuensi Posttes ... 132

Lampiran 19. Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen I... 136

Lampiran 20. Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen II ... 137

Lampiran 21. Uji Normalitas Posttes Kelas Eksperimen I ... 138

Lampiran 22. Uji Normalitas Posttes Kelas Eksperimen II ... 139

Lampiran 23. Uji Normalitas Data N-Gain ... 140

Lampiran 24. Penghitungan Uji Homogenitas ... 144

Lampiran 25. Pengujian Hipotesis Data Pretes ... 147

Lampiran 26. Pengujian Hipotesis Data Posttes ... 149

Lampiran 27. Pengujian Hipotesis Data N-Gain ... 151

Lampiran 28. Surat Keterangan Penelitian ... 152


(15)

1

A. Latar Belakang

Ketika dilahirkan, setiap manusia hadir dengan membawa berbagai potensi yang dimilikinya. Potensi-potensi tersebut diperlukan sebagai modal awal dalam menjalani kehidupan di dunia. Dinamika kehidupan dengan beragam interaksi di dalamnya membuat potensi-potensi yang ada itu berkembang sedemikian rupa dan mempengaruhi perkembangan pola pikir, sikap maupun tingkah lakunya.

Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan generasi muda ketika

mereka”terjun”kedalam lingkungan masyarakat. Pendidikan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Anak-anak berasal dari masyarakat, mereka mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan bagi kehidupan dalam masyarakat pula. Kehidupan masyarakat dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya, menjadi landasan sekaligus acuan bagi pendidikan. 1 Kegiatan pendidikan dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa. Pendidikan harus berlandaskan pada nilai-nilai kehidupan dan masyarakat serta diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat pula.

Sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan menyediakan berbagai kegiatan yang membantu siswa dalam mengembangkan potensi-potensi mereka. Potensi yang sudah berkembang dapat dilihat melalui keterampilannya dalam mengerjakan sesuatu sehingga munculah bakat. Sebagai contoh, sejak lahir siswa telah diberikan potensi untuk berbicara, melalui pendidikan dan latihan yang ada di dalamnya, ia memiliki

1

Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum ; Teori dan Praktek, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 58.


(16)

keterampilan untuk berbicara di hadapan banyak pendengar (public speaking). Keterampilan yang selalu dilatih akan menimbulkan suatu bakat. Bahkan, adanya keterampilan yang baik dalam bidang tertentu dapat menjadi suatu hal yang membantu karir seseorang.

Generic skill are known as skill, qualities and trait that an individual has to master in order to succeed in their studies and carrier.”2Berdasarkan kutipan diatas, keterampilan generik merupakansalah satu keterampilan, kualitas, dan pembawaan seorang individu yang telah memiliki keahlian dalam mencapai kesuksesan belajar dan karir. Dengan penguasaan keterampilan generik yang optimal, seseorang dapat mencapai masa depan yang cerah.

Keterampilan / kemahiran generik dapat dikatakan sebagai hal

”baru” yang belum banyak dikembangkan atau diklasifikasi oleh para ahli.Hal tersebut dikarenakan hingga saat ini para ahli belum ada yang merumuskan secara rinci dan lengkap tentang kemampuan-kemampuan generik, khususnya dalam bidang biologi. Yang ada adalah pada materi kimia dan fisika, 3sehingga pengembangan keterampilan generik sains dalam bidang biologi dapat disesuaikan dengan keterampilan generik sains yang ada pada materi kimia maupun fisika.

Untuk mengembangkan keterampilan generik, perlu penyesuaian antara metode pembelajaran yang digunakan dengan keterampilan generik yang akan dikembangkan.Terdapat banyak metode dalam pembelajaran IPA seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, praktikum, dan demonstrasi. Metode yang tepat dan menarik bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan generik sains. Metode pembelajaran memiliki andil yang besar dalam kegiatan belajar-mengajar yakni keterpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.

2

Mohd. Sahandri Gani Hamzah dan Saifuddin Kumar Abdullah, Generic Skill in Personel Development, European Journal of Social Sciences Vol.11, No. 4, 2009, pp. 684.

3

Taufik Rahman dkk., Profil Kemampuan Generik Awal Calon Guru Dalam Membuat Perencanaan Pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Educare Online, Vol.2 No. 2, 2008, h.1


(17)

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan keputusan Depdiknas adalah sebagai berikut :

1. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah

3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi

4. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.4

Salah satu tujuan IPA yaitu mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.Proses pembelajaran IPA mengharapkan aspek tersebut dikuasai sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh. Dengan adanya pemahaman yang baik, siswa akan mampu untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari maupun di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pemahaman yang baik tentunya ditunjang dengan penggunaan metode yang tepat dalam setiap pembelajaran sebab bila metode yang digunakan kurang tepat, dapat menimbulkan kebosanan, atau bahkan siswa menjadi kesulitan dalam memahami konsep yang diajarkan.

Telah kita ketahui bahwa biologi merupakan sebuah ilmu yang sangat penting dan bermanfaat dalam kehidupan. Biologi adalah suatu ilmu yang mempelajari seluruhmakhluk hidup baik yang berukuran makroskopis maupun mikroskopis. Pada konsep jamur misalnya siswa akan menemukan banyak istilah biologi dan bahasa latin yang harus dipahamisehingga diperlukan kemampuan guru untuk menjadikan objek yang berukuran mikroskopis itu menjadi sesuatu yang mudah untuk dipahami. Pembelajaran sains hendaknya dilakukan dengan metode-metode yang unik dan menarik agar siswa dapat memahami materi dengan mudah dan dapat merasakan manfaat yang diperoleh setelah mempelajari sains.

4

Trianto, Model PembelajaranTerpadu; Konsep, Strategi dan Implementasinya Dalam KTSP, (Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2010), h.138


(18)

Namun waktu yang relatif singkat, sarana prasarana yang belum memadai dan keterbatasan biaya terkadang membuat metode yang dipilih tidak sesuai dengan konsep yang hendak dipelajari. Pada konsep jamur misalnya, kegiatan praktikum dan demonstrasi ini jarang dilaksanakan di sekolah. Padahal berdasarkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan konsep Jamur yang meliputi karakteristik umum jamur, divisi Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota, kedua metode inilah yang lebih tepat untuk digunakan.

Abdul Hadis menyatakan bahwa mutu pendidikan dipengaruhi oleh aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa baik di dalam kelas, di laboratorium, di bengkel kerja, dan di kancah belajar lainnya yang terwujud dalam bentuk hasil belajar nyata yang dicapai oleh peserta didik berupa nilai rata-rata dari semua mata pelajaran dalam satu semester. Hasil wawancara dengan guru IPA SMP di Kabupaten Kuningan menunjukkan bahwa 40 % hasil belajar siswa, yaitu nilai ulangan harian, berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Kondisi ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran kurang efektif.5

Berdasarkan kondisi belajar tersebut, maka untuk mengatasinya diperlukan adanya suatu metode yang dapat menarik siswa untuk mempelajari ilmu biologi. Metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran serta jenis materi yang diajarkan. Metode praktikum dan demonstrasi dilakukan agar siswa tidak hanya belajar menghapal konsep jamur melainkan juga menguasai konsep tersebut sehingga belajar biologi menjadi bermakna dengan terbentuk konstruksi konsep biologi yang benar.

Terkait dengan Keterampilan Generik Sains (KGS), berdasarkan hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa KGS yang diperoleh siswa masih tergolong rendah. Peneliti juga menjumpai bahwa keterampilan tersebut merupakan hal yang baru bagi guru. Hal ini dapat dimaklumi

5

Nur Raina Novianti, Kontribusi Pengelolaan Laboratorium dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Efektifitas Proses Pembelajaran”, Jurnal Edisi khusus No.1, Agustus 2011, h. 158-159


(19)

sebab belum ditemukan penelitian yang spesifik tentangkemampuan generik khususnya yang berkaitan dengan praktikum, walaupun ”didalam praktikum itu sendiri banyak terkait kemampuan generik”.6

In a recent international study surveying student perception of science, researchers found that the position of science and technology in a society change with time. The researchers pointed to a lack relevance in the science curriculum as one of the barriers leading to students‟ low interest in science courses. This research indicated that youth in nearly all countries expressed a positive views of science and technology, but the students offered mixed views when asked how they felt about carriers in science and technology, or what they thought of the science course they had taken in school.7

Menurut kutipan tersebut, dalam sebuah studi internasional yang mensurvei persepsi siswa tentang sains, ditemukan bahwa posisi sains dan teknologi dalam suatu masyarakat, berubah sejalan dengan waktu. Peneliti mengungkapkan bahwa kurangnya aspek relevansi dalam kurikulum sains menjadi salah satu faktor yang membuat rendahnya minat siswa untuk mempelajari sains. Penelitian ini diindikasikan dengan adanya kecenderungan positif generasi muda terhadap sains dan teknologi yang mencakup pada hampir seluruh negara, namun para siswa yang mempelajari sains memberikan pandangan yang beragam ketika ditanya mengenai karir di bidang sains dan teknologi. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu upaya yang dapat menjadikan sains sebagai sebuah ilmu yang menarik dan relevan denganaktifitas ilmiah dalam kehidupan sehari-hari sekaligus bermanfaat bagi pekerjaan di bidang sains.

Kegiatan praktikum dan demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman, hasil belajar, keterampilan, dan motivasi belajar siswa. Praktikum dan demonstrasi adalah dua metode pengajaran yang memusatkan perhatian siswapada kegiatan pembelajaran yang

6

Taufik Rahman dkk., loc.cit.

7

Jack Hassard dan Michael Dias, The Art of Teaching Science; Inquiry and Innovation in Middle School and High School, (New York: Routledge, 2009), p.136


(20)

dilakukan.8 Dengan diterapkannya kedua metode ini, siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari karena mereka tidak sekedar menghafal konsep-konsep dalam biologi tetapi juga mampu memahami dan menjelaskan konsep-konsep tersebut. Kedua metode ini memiliki persamaan yaitu membutuhkan alat dan bahan-bahan tertentu dalam pelaksanaannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlunya dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan keterampilan generik sains antara siswa yang diajar menggunakan metode praktikum dan metode demonstrasi. Oleh karena itu, penulis menuangkannya dalam bentuk karya

ilmiah berupa skripsi dengan judul ”Perbedaan Keterampilan Generik

Sains Siswa yang Diajar Menggunakan Metode Praktikum dengan Metode

Demonstrasi pada Konsep Jamur”. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang teridentifikasi pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. 40 % hasil belajar siswa, yaitu nilai ulangan harian pelajaran IPA di kabupaten Kuningan, berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

2. Beberapa siswa menganggap bahwa pelajaran biologi pada konsep jamur itu sulit, karena banyak istilah biologi dan bahasa ilmiah yang harus dipahami.

3. Keterampilan Generik Sains (KGS) siswa masih tergolong rendah sehingga diperlukan upaya untuk mengembangkan KGS

8

Zulfiani dkk. Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 104


(21)

C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang muncul dan adanya keterbatasan dalam kemampuan pemecahan masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada :

1. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini dibatasi pada dua metode yaitu metode praktikum dan demonstrasi, karena peneliti mengharapkan dengan kedua metode tersebut keterampilan generik sains siswa dapat meningkat.

2. Konsep yang diberikan kepada masing-masing kelompok selama penelitian adalah konsep jamur yang diajarkan pada semester ganjil kelas X

3. Keterampilan generik sains yang dikembangkan selama pembelajaran adalah pengamatan langsung, kesadaran tentang skala, dan pemodelan

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu ”Bagaimana perbedaan keterampilan generik sains antara siswa yang diajar dengan metode praktikum dengan metode demonstrasi pada konsep jamur ? ”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuandari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum dengan metode demonstrasi.

Kegunaan penelitian ini diantaranya :

1. Secara teoritis, menambah wawasan tentang keterampilan generik sains untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Biologi.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pendidik dalam menentukan alternatif penilaian hasil belajar serta menjadi masukandalam memilih metode pembelajaran yang paling


(22)

tepat agar proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

3. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian mengenai metode pembelajaran


(23)

9

A. Kajian Teoretik

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Secara harfiah,metode berarti ’cara’. Secara umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Metode mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.Salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam pengajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal.1 Metode yang dipilih dan digunakan hendaknya dapat meningkatkan bakat dan minat siswa selama mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 yang menjelaskan sejumlah prinsip yaitu bahwa proses pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.2 Begitu pula halnya ketika mengajar pada bidang sains, metode pembelajaran menjadi salah satu faktor penting yang dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam mempelajari sains.

1

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno,Strategi Belajar Mengajar ; Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2007), h. 55.

2

Kemdikbud, Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (http://www.paudni.kemdikbud.go.id), diakses pada 17 Februari 2013


(24)

Pada prinsipnya, tidak satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi karena setiap metode memiliki karakteristik masing-masing. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode antara lain :

a. tujuan yang hendak dicapai

b. perbedaan karakteristik peserta didik seperti minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga, dan harapan terhadap masa depannya

c. situasi kegiatan belajar mengajar (setting lingkungan pembelajaran)

d. keberadaan fasilitas (sarana dan prasarana pendidikan);

e. kepribadian, performance style, kebiasaan dan pengalaman mengajar dari seorang guru;3

f. materi pelajaran yaitu berbagai aspek seperti: konsep, prinsip, fakta, proses, nilai, dan keterampilan bahkan juga terdapat sejumlah masalah-masalah yang ada kaitannya dengan kehidupan masyarakat.4 Berbagai faktor yang disebutkan di atas menjadi acuan bagi guru dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran.

Dengan menggunakan metode yangtepat, guru akan mampu mencapai tujuan pembelajaran sebab metode memudahkan guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan.5Dalam menyampaikan materi kepada siswa, guru dapat menggunakan lebih dari satu metode. Setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan sehingga dalam memilih

3

PupuhFathurrohman,op.cit., h. 60

4

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2008), h. 220

5

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010), h. 75.


(25)

metode, guru merujuk pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Beberapa jenis metode pengajaran diantaranya sebagai berikut :

a. Metode ceramah, yaitu metode mengajar yang menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan. Dalam pembelajaran IPA, metode ini dianggap kurang efektif karena IPA tidak hanya menekankan pada aspek produk tetapi juga pada aspek proses. b. Metode tanya jawab,yaitumetode mengajar yang menyajikan

bahan ajar dengan cara tanya jawab dengan memposisikan guru sebagai penanya dan siswa yang menjawab.

c. Metode kerja kelompok, yaitu metode mengajar yang menyampaikan bahan ajar dengan cara membentuk kelompok belajar.

d. Metode demonstrasiyaitu metode mengajar dengan cara mendemokan/memperlihatkan suatu proses. Metode demonstrasi dalam praktiknya memerlukan sejumlah alat peraga.

e. Metode eksperimen/praktikumyaitu metode mengajar dengan cara mempraktikan langsung untuk menguji atau membuktikan suatu konsep yang sedang dipelajari. Metode ini diyakini sebagai metode yang paling tepat dalam mengajarkan konsep-konsep sains karena sains berasal dari hal-hal yang bersifat fakta. 6

Selain metode, juga terdapat beberapa komponen pengajaran lainnya seperti, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator serta tujuan pembelajaran. Dalam Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk kompetensi yang harus dicapai atau dikuasai oleh siswa. Melalui rumusan tujuan, guru dapat memproyeksikan apa yang harus dicapai oleh siswa setelah berakhir suatu proses pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan

6

Zulfiani dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 97


(26)

pembelajaran, tugas guru adalah menjabarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) menjadi indikator hasil belajar.7 Tujuan pembelajaran menjadi arahan bagi guru dalam penyusunan metode pembelajaran.

Tujuan pengajaran dapat dibuat dengan berdasarkan pada lingkungan masyarakat dimana siswa tinggal dan membantu siswa dalam menghadapi segala tantangan yang ada di lingkungan masyarakatnya. Sejalan dengan hal ini, para pembuat kurikulum menghendaki agar sekolah dapat menjadikan peserta didik memiliki kesiapan dalam hidup dan kegiatan-kegiatan yang ada disekolah hendaknya disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari.8 Sehingga bekal pengetahuan yang telah diperolehnya di sekolah dapat menjadikan siswa mampu menghadapi segala tantangan yang akan dihadapinya.

The goal of the National Science Education Standards is to

educate all students “to experience the richness and excitement of

knowing about and understanding the natural world; use appropriate scientific processes and principles in making personal decisions; engage intelligently in public discourse and debate about matters of scientific and technological concern; and increase their economic productivity through the use of the knowledge, understanding, and skills of the scientifically literate person in their careers”.9

Sesuaidenganpernyataandiatas,

tujuanpembelajaransainsmenurutStandarPendidikanSainsNasionaladal

ahuntukmendidikseluruhsiswa “memberikanpengalaman yang

menyenangkantentangduniaalam; penggunaan proses-proses sains yang tepatdanprinsip-prinsipdalammembuatkeputusan personal;

memilikikemahirandalampidatoumumdandebattentangmasalah-masalah yang berhubungandengansainsdanteknologi;

7

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 60

8

David Jacobson et al., Methods For Teaching; A Skill Aproach,(Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company, 1985), p.22

9

Joseph S.K, Charlene M.C., dan Carl F.B., Teaching Science in Elementary and MiddleSchool Classroom ; A Project Based Approach, (New York: McGraw-Hill Companies, Inc., 2003), p.22


(27)

danpeningkatanproduktifitasekonomimelaluipenggunaanpengetahuan, pemahaman, danpenggunaanketerampilanilmiahdalamduniakerja”.

Salah satutujuanutamadarisainssebagaimana yang

dikatakanoleh James P. Byrnes

adalahuntukmenjelaskanadanyahubungansebabakibat (kausatif) dalamkehidupan.Ketika kita telah memahami hubungan tersebut, kita dapat melakukan hal-hal yang diinginkan oleh alam dan menghindari sejauh mungkin hal-hal yang tidak diinginkan oleh alam. Sehinggasains membantu siswa untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang terbaik.10Pembelajaran sains akan semakin bermanfaat karena kemampuan siswa yang dikembangkan tidak hanya meliputi aspek kognif melainkan juga pada aspek afektif.

Berdasarkan penjabaran tentang pengertian metode, dapat disimpulkan bahwa guru dapat memilih satu bahkan beberapa metode yang akan ia gunakan dalam pembelajaran di kelas. Tujuan pembelajaran serta jenis materi dapat menjadi dasar dalam pemilihan metode. Metode yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran dapat membantu pengembangan keterampilan siswa. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan pembelajaran juga akan tercapai dengan maksimal.

2. HakikatMetode Praktikum

Pengertian eksperimen dan praktikum sering dipertukarkan. Baik praktikum maupun eksperimen, keduanya melibatkan kegiatan pengamatan dan penggunaan alat. Perbedaan di antara keduanya adalah pada kegiatan eksperimen digunakan kontrol atau pembanding dan dilakukan pengendalian variabel, sedangkan pada praktikum tidak.11

10

James P. Byrnes, Cognitive Development and Learning In Instructional Context, (New York: Pearson Education, Inc., 2009), p.299

11

Nuryani Y. Rustaman et.al, Materi Pokok Strategi Pembelajaran Biologi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 9.6


(28)

Dalam pendidikan sains, kegiatan laboratorium (praktikum) merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar, khususnya biologi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan sains.12 Kegiatan praktikum memberikan kebebasan pada siswa untuk menjelajahi materi pelajaran secara mandiri sehingga dirinya lebih mampu mengingat dan memahami suatu konsep.

Praktikum adalah salah satu bentuk pengajaran yang dianggap cukup efektif karena sekaligus dapat meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Praktikum akan benar-benar efektif jika dalam desain kegiatannya disusun secara terstruktur dan eksplisit adanya pelatihan dari ketiga ranah tersebut. 13 Pada ranah kognitif siswa dilatih untuk membuktikan teori yang diperoleh sebelumnya dengan kegiatan praktikum yang akan dilakukan. Pada ranah psikomotor, siswa dilatih untuk menggunakan peralatan laboratorium seperti mikroskop, jarum preparat, kaca objek, dan kaca penutup dengan benar. Kemudian pada ranah afektif siswa dilatih untuk bekerja sama dalam kelompok.

Metode praktikum ini jika dikombinasikan dengan metode lain akan membuat pembelajaran semakin berkualitas. Saat pelaksanaan praktikum misalnya, guru dapat menerapkan metode kerja kelompok. Jumlah siswa per kelompok disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang dimiliki laboratorium sekolah. Dengan adanya pembentukan kelompok ini, diharapkan tercipta suasana belajar yang penuh semangat kebersamaan. Kerjasama yang baik dalam kelompok akan memudahkan siswa dalam membuktikan kebenaran suatu konsep.

Praktikum merupakan suatu metode yang umumnya dilaksanakan pada setiap lembaga atau sekolah. Praktikum dapat dilaksanakan di laboratorium dan dapat dilaksanakan di lapangan.

12

Nuryani Y. Rustaman et.al, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang : Universitas Negeri Malang Press, 2005), h.136

13


(29)

Kegiatan praktikum tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan kurikulum. Hamalik menyebutkan beberapa manfaat dari pelaksanaan praktikum yakni sebagai berikut 1) Praktikum bertujuan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mempraktikan teori, konsep, prinsip-prinsip yang telah dipelajari selama proses belajar mengajar di kelas. 2) Praktikum memberikan pengalaman praktik kepada siswa sebagai usaha untuk meningkatkan kualifikasi kejuaraannya yang tidak mungkin diperoleh melalui tatap muka di kelas. 3) Praktikum juga bermanfaat sebagai kesempatan untuk melakukan survey dan evaluasi atau uji coba dengan maksud untuk mencobakan suatu teori baru dalam situasi dan kondisi aktual. 4) Membantu siswa menilai dan meneliti suatu masalah, membuktikan suatu teori atau hukum berdasarkan data dan informasi yang diperoleh selama pelaksanaan praktik itu. Kegiatan praktikum diawali dengan menyusun suatu rencana dan persiapan, kemudian melatih para siswa melakukan praktik secara teliti, rapi, efisien, dan dipahami oleh siswa, memberikan bimbingan secara kontinu dan terarah, dan diakhiri dengan melakukan penilaian terhadap proses pelaksanaan dan keberhasilan praktikum. 14 Berdasarkan adanya manfaat dan langkah-langkah tersebut, maka kegiatan praktikum merupakan salah satu metode yang tepat dalam mempelajari sains.

Teaching students about microorganisms can be challenging, and learning about microorganisms can be boring to students. Without enjoyable, engaging, and relevant lessons and labs, students will lose interest in the subject very fast. As a follow-up to a lessons on the different types of microorganisms—bacteria, protozoa, fungi, algae, and virus—I conduct a lab activity that all students seem to enjoy, the entire class is engaged, and the students have a sincere interest in the outcome of the lab. 15

14

Astri Novita dan Zainuddin Muchtar, Pengaruh Pemakaian Metode Praktikum Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Rekasi, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains,

Vol. 3 No. 1, 2008, h. 32

15

Randi Stone, Best Practices for Teaching Science; What Award-Winning Classroom Teachers Do, (California: Corwin Press, 2007), p.25


(30)

Menurut kutipan diatas, mengajarkan siswa tentang mikroorganisme—bakteri, protozoa, fungi, algae, dan virus—dapat menjadi sebuah tantangan sekaligus kejenuhan bagi siswa. Tanpa adanya kegembiraan, motivasi, dan keterkaitan pelajaran dengan aktifitas lab, siswa tidak akan memahami materi tersebut. Sehingga guru mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan laboratorium agar mereka merasakan kegembiraan dan memiliki sikap jujur dalam melaporkan hasil praktikum.

Seperti metode pembelajaran lainnya, metode eksperimen juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari metode praktikum diantaranya sebagai berikut:

a. Siswa dirangsang berpikir kritis, tekun, jujur, mau bekerja sama, terbuka, dan objektif

b. Siswa belajar secara konstruktif dan tidak bersifat hafalan c. Siswa ditempatkan pada situasi belajar yang penuh tantangan

sehingga tidak mudah bosan

d. Konsentrasi siswa terarahkan pada kegiatan pembelajaran e. Siswa lebih mudah memahami suatu konsep yang bersifat

abstrak

Sedangkan kelemahandari metode praktikum antara lain: a. Memerlukan waktu yang relatif lama

b. Memerlukan alat dan bahan yang terkadang sulit ditemukan atau mahal harganya

c. Guru harus membuat perencanaan kegiatan eksperimen yang matang

d. Siswa dituntut untuk mengetahui terlebih dahulu tujuan melakukan eksperimen dan kesimpulan

e. Cenderung memerlukan ruang khusus (laboratorium)16

16


(31)

Bentuk praktikum bisa berupa latihan, investigasi (penyelidikan) atau bersifat pengalaman. Bentuk praktikum yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan aspek tujuan dari praktikum yang diinginkan. Macam-macam bentuk praktikum sebagaimana yang dikemukakan oleh Woolnough dalam Nuryani Rustaman antara lain:

a. Bentuk praktikum latihan digunakan untuk mendukung aspek tujuan mengembangkan keterampilan dasar. Keterampilan dikembangkan melalui latihan-latihan menggunakan alat, mengobservasi, mengukur dan kegiatan lainnya.

b. Bentuk praktikum bersifat investigasi (penyelidikan) digunakan untuk aspek tujuan kemampuan memecahkan masalah. Dalam bentuk ini, kemampuan kerja siswa dikembangkan seperti seorang scientist.

c. Bentuk praktikum bersifat memberi pengalaman digunakan untuk aspek tujuan peningkatan pemahaman materi pelajaran. Pengalaman langsung siswa terhadap fenomena alam menjadi prasyarat penting untuk mendalami dan memahami materi pelajaran. 17

3. Hakikat Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara mendemokan / memperlihatkan suatu proses. Metode ini biasanya cocok digunakan untuk mengajarkan suatu pembentukan, suatu konsep atau proses suatu percobaan dalam suatu materi yang diajarkan. Metode demonstrasi dalam praktiknya memerlukan sejumlah alat peraga.18Sriyono dalam Elzar mengemukakan bahwa metode ini lebih baik jika dibandingkan dengan metode ceramah, sebab penyajiannya lebih konkrit dan menarik serta bersumber dari pengalaman. Dengan penggunaan metode demonstrasi, siswa dapat mengembangkan

17

Nuryani Y. Rustaman et.al, op cit., h.137

18


(32)

kemampuan dalam mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.19

Metode demonstrasi memiliki kelebihan diantaranya sebagai berikut:

a. Siswa akan terpusat perhatiannya terhadap kegiatan demonstrasi yang dilakukan

b. Suasana belajar tidak pasif, tetapi terjadi interaksi yang dinamis antara guru dan siswa

c. Siswa terangsang untuk berpikir kritis

d. Memberikan pengalaman yang bersifat praktis

e. Siswa dapat langsung memperoleh jawaban dari guru terhadap pertanyaan-pertanyaannya yang kemungkinan besar menjadi faktor penghambat siswa memahami suatu materi

Sedangkan, kelemahan metode demonstrasi antara lain : a. Memerlukan waktu yang relatif lama

b. Memerlukan alat peraga yang terkadang tidak mudah dijumpai atau relatif mahal

c. Terkadang terdapat sejumlah alat peraga yang tidak memungkinkan untuk dibawa ke dalam kelas atau laboratorium sekolah

d. Metode ini sulit digunakan apabila siswa sebelumnya tidak memahami dasar teorinya

e. Metode ini menyulitkan guru dalam mengontrol siswa yang acuh atau pasif karena guru sibuk memperagakan alat peraga f. Metode ini menuntut guru memiliki keterampilan

mendemonstrasikan alat-alat peraga dan menguasai materi yang mendalam 20

19

Elzar, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Demonstrasi di Kelas XI IPA-1 pada Pembelajaran Biologi. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas. Vol.1 No.2, 2012, h. 96

20


(33)

Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi sebagaimana yang dikatakan oleh Wina Sanjaya adalah sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan : 1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah

proses demonstrasi berakhir

2) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan

3) Lakukan uji coba demonstrasi b. Tahap Pelaksanaan

1) Langkah Pembukaan

Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya :

i. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memerhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan

ii. Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa iii. Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh

siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi

2) Langkah pelaksanaan demonstrasi

i. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memerhatikan demonstrasi

ii. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan


(34)

iii. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa iv. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif

memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu

3) Langkah mengakhiri demonstrasi

Apabila demonstrasi telah selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya. 21

Dalam kegiatan demonstrasi, guru berperan sebagai model. Guru menjelaskan suatu konsep di hadapan para siswa. Bersamaan dengan itu, guru melakukan kegiatan demonstrasi sebagai pembuktian kebenaran konsep tersebut. Pelaksanaan kegiatan demonstrasi harus dapat memusatkan perhatian seluruh siswa dengan menyajikan kegiatan yang menarik dan memungkinkan siswa melihat pelaksanaan demonstrasi. Agar terlaksana lebih efektif, sebelum melakukan pengajaran guru perlu melakukan uji coba demonstrasi. Panduan demonstrasi juga diperlukan sebagai acuan bagi guru dan siswa dalam melakukan kegiatan.

21

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2008a), h. 153-154


(35)

4. Hakikat Kegiatan Laboratorium a. Pengertian Laboratorium

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), laboratorium ialah suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian. Tempat ini dapat merupakan ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, atau kebun. Dalam pengertian yang terbatas, laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup dimana percobaan/eksperimen dan penelitian dilakukan.22

Laboratorium dan jenis peralatannya merupakan sarana dan prasarana penting untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah, hal ini dikemukakan pada PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat (2) serta Pasal 43 ayat (1) dan ayat (2). 23Prasarana dan sarana pendidikan adalah semua benda bergerak maupun yang tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar-mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung.24 Dengan adanya sarana dan prasarana laboratorium yang lengkap maka kegiatan pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan efisien sehingga materi pelajaran dapat dipahami secara menyeluruh.

b. Fungsi Laboratorium

Sebelum kegiatan percobaan dilakukan, guru terlebih dahulu memperkenalkan materi kepada siswa dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran di kelas diisi dengan penjabaran konsep yang akan dipelajari. Setelah pengenalan konsep, siswa melakukan pembuktikan melalui kegiatan praktikum dalam laboratorium. Kegiatan pembuktian menjadi penunjang penting dalam

22

Mamat Supriatna, Studi Penelusuran Pengelolaan Laboratorium Sains SMA Sebagai Analisis Kebutuhan Untuk Program Diklat Pengelolaan Laboratorium, Vol.VI No.6, 2008, h. 48

23

Nur Raina Novianti, Kontribusi Pengelolaan Laboratorium dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Efektifitas Proses Pembelajaran, Edisi khusus No.1, Agustus 2011, h. 160

24

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007), h. 170


(36)

pembelajaran biologi kelas sebab dengan kegiatan ini, daya ingat dan pemahaman siswa akan lebih meningkat.

Fungsi laboratorium sebagaimana yang dikemukakan oleh Mamat Supriatna antara lain :

1) Tempat siswa bereksperimen

2) Tempat siswa mendiskusikan eksperimen 3) Tempat siswa melihat demonstrasi

4) Tempat siswa mendengarkan penjelasan konsep-konsep sains dari guru 25

Berdasarkan fungsi tersebut, baik kelompok eksperimen I yang menerapkan metode praktikum maupun kelompok eksperimen II yang menerapkan metode demonstrasi, dapat menggunakan laboratorium sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan pembelajaran. Penggunaan sarana dan prasarana laboratorium yang optimal akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

c. Karakteristik Laboratorium Sains Biologi

Ruang laboratorium biologi berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran biologi secara praktik yang memerlukan peralatan khusus. Ruang laboratorium biologi dapat menampung minimum satu rombongan belajar. Rasio minimum ruang laboratorium biologi 2,4 m2/peserta didik. Ruang laboratorium biologi memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan.26 Dengan adanya pencahayaan yang maksimal, maka penggunaan mikroskop cahaya sebagai alat bantu untuk mengamati objek biologi akan lebih efektif.

25

Mamat Supriatna, loc.cit.

26

Abdul Rozak dkk., Standar Sarana Prasarana dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta : FITK Press UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 63.


(37)

Obyek kajian dalam ilmu biologi dapat berupa hewan maupun tumbuhan. Proses pengkajian makhluk hidup membutuhkan berbagai jenis alat dan bahan. Agar terpelihara dengan baik, alat dan bahan tersebut memerlukan aturan pemeliharaan yang tepat. Hal ini dilakukan supaya bahan dan alat tidak mengalami kerusakan, tidak membahayakan pemakai, dan mudah ditemukan saat akan digunakan.

Berikut ini adalah pengelompokkan alat-alat laboratorium biologi berdasarkan jenisnya :

1) Alat-alat optik seperi lup dan mikroskop dengan perlengkapannya.

2) Alat-alat dan wadah dari kaca, porselin atau plastik yang tidak mudah terkorosi

3) Alat-alat bantu seperti sumbat karet, sumbat gabus, pelubang gabus, spatula, sikat tabung reaksi, sikat buret.

4) Alat-alat bedah dan pengerat seperti jarum, panci bedah, gunting, pinset, pisau, dan mikrotom.

5) Alat-alat peraga dan model seperi mikroslaid, slaid 35 mm, model-model (kerangka, torso, kotak genetika) dan carta

6) Alat-alat ukur seperti neraca, termometer, higrometer, jam henti (stopwatch), dan respirometer.

7) Alat-alat penopang/penumpu seperti statif dan alasnya, klem, bosshead, kaki tiga, kasa, rak tabung reaksi, dan mikrotom 8) Alat pemanas seperti pembakar spirtus, pembakar bunsen, dan

kompor gas

9) Alat-alat untuk kegiatan lapangan seperti kuadrat, jala platon, komparator lingkungan, dan vaskulum

10) Bahan-bahan kimia untuk biologi jika perlu diletakkan di laboratorium biologi. 27

27


(38)

5. Hakikat Keterampilan Generik a. Pengertian Keterampilan Generik

Berdasarkan Gibb, keterampilan atau kemampuan generik dikenal pula dengan sebutan kemampuan kunci, kemampuan inti (core ability), kemampuan essensial dan kemampuan dasar. Kemampuan generik ada yang secara spesifik berhubungan dengan pekerjaan. Keterampilan generik pada umumnya meliputi keterampilan komunikasi, kerja tim, dan pemecahan masalah, inisiatif dan usaha, merencanakan dan mengorganisasi, manajemen diri, keterampilan belajar, keterampilan teknologi dan sebagainya.28Keterampilan generik yang berhubungan dengan bidang pekerjaan sains seperti, laboran, guru sains, peneliti sains, kedokteran dan sebagainya tentunya membutuhkan keterampilan generik yang sesuai dengan bidang tersebut, sehingga munculah istilah Keterampilan Generik Sains (KGS). Berdasarkan aspek-aspek yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan generik merupakan suatu keterampilan yang diperlukan pada berbagai pekerjaan sesuai dengan bidangnya masing-masing.

By linking learning and work experience, academic knowledge and skills are immediatelly applied in an ”adult

world”context. Combining classroom instruction with work-based learning experiences provide opportunities for students to apply and learn both theoretical and practical knowledge. In addition, they learn and develop skill—such as decision-making, written and oral communication, teamwork and the ability to use technology— that have been identified as important and essential for success in postsecondary education and world of work. 29

Berdasarkan kutipan tersebut, dengan menghubungkan kegiatan pembelajaran dan pengalaman kerja, pengetahuan

28

Taufik Rahman dkk., Profil Kemampuan Generik Awal Calon Guru Dalam Membuat Perencanaan Pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Educare Online, Vol.2 No. 2, 2008, h.2

29

Dennis Evans, Taking Sides;Clashing Views on Controversial Issues in Teaching and Educational Practice, (Lowa : McGraw-Hill Companies, Inc., 2005), p.160


(39)

akademik dan keterampilan yang sudah dipelajari dapat segera diaplikasikan pada konteks „dunia dewasa’. Mengombinasikan kegiatan di kelas dengan pengalaman pembelajaran berbasis dunia kerja akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuannya mengenai teori yang telah dipelajari. Misalnya, siswa mengembangkan keterampilan dalam mengambil keputusan, keterampilan dalam komunikasi melalui tulisan, kerjasama dalam tim, dan kemampuan dalam menggunakan teknologi, keterampilan-keterampilan tersebut merupakan keterampilan yang diperlukan untuk meraih kesuksesan dalam dunia kerja.

Berryman et al.,dalam Cathleen Staszmengatakan”in the educational community, the notion of generic skill has received the most attention from school reformers”.30Kutipan tersebut menjelaskan bahwa dalam komunitas pendidikan, pengertian keterampilan generik telah mendapatkan perhatian dari para pembuat konsep kurikulum. Mereka khawatir akan adanya ketidaksesuaian antara kurikulum dan pendidikan dari sekolah formal dengan sekolah non formal.Mereka mengatakan bahwa sekolah formal lebih dapat menghasilkan siswa yang lebih kreatif, berdaya guna, dinamis, proaktif, dan mampu memecahkan masalah dengan baik.Padahal,baik sekolah kejuruan maupun non kejuruan keduanya mengatakan bahwa sebagian besar lembaga pendidikan tidak mengajarkan keterampilan-keterampilan tersebut secara eksplisit.

Mohd.SahandridanSaifuddin

Kumarmenyatakanbahwa“teachers can familiarize students with

the term „generic skills‟ in their class.” 31

Berdasarkan kutipan

30

Cathleen Stasz et al., Teaching and Learning Generic Skills for the Workplace,

(California: National Center for Research in Vocational Education, 1990), p.5

31

Mohd.SahandridanSaifuddin, Generic Skill in Personel Development, European Journal of Social Sciences Vol.11, No. 4, 2009, p. 684


(40)

tersebut, guru dapat memperkenalkan keterampilan generik siswa di kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran.Pada konteks ini, yang dimaksud dengan memperkenalkan adalah mengembangkan keterampilan generik siswa. Pada konsep tertentu yang menerapkan kegiatan diskusi kelompok, siswa dapat dilatih untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama dalam tim, memecahkan masalah, juga keterampilan dalam numerik (angka-angka). Dengan cara ini, siswa memperoleh pemahaman konsep yang dipelajari sekaligus merasakan pembelajaran yang menyenangkan.

Keterampilan generik harus diperkenalkan kepada siswa sejak dini sebagai tahap awal agar terbentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap kerja dan berdaya guna tinggi. Upaya pengembangan keterampilan generik dapat dilakukan dalam dunia pendidikan dengan mengombinasikan materi pembelajaran dengan keterampilan-keterampilan tertentu yang sesuai dengan konten materi.Khususnya dalam pembelajaran sains, guru dapat melatih keterampilan siswauntuk melakukan pengamatan objek menggunakan mikroskop, lup, dan sebagainya.

Menurut Gibb, dalam pembelajaran sains kemampuan generik sains merupakan kemampuan dasar yang dapat diterapkan pada berbagai bidang sains. Selanjutnya Brotosiswoyo menambahkan bahwa kemampuan generik sains merupakan kemampuan yang dapat digunakan untuk mempelajariberbagai konsep dan menyelesaikan masalah dalam sains. Oleh karena itu,kemampuan generik sains merupakan kemampuan yang digunakan secara umum dalam berbagaikerja ilmiah, dan dapat dijadikan sebagai landasan dalam melakukan kegiatan laboratorium.32 Pengembangan keterampilan generik sains siswa

32Ni Made Pujiani, Liliasari dan Dhani Herdiwijaya. ”Pembekalan Keterampilan


(41)

melalui kegiatan praktikum dapat dilakukan dengan melatih siswa untuk terampil dalam mengamati, mengukur, serta menarik kesimpulan terhadap suatu objek tertentu. Berbagai keterampilan yang dikembangkan selama praktikum akan membantu siswa dalam mempersiapkan diri di jenjang yang lebih tinggi.

Hingga saat ini para ahli belum ada yang merumuskan secara rinci dan lengkap tentang kemampuan-kemampuan generik, khususnya dalam bidang biologi. Yang ada adalah pada materi kimia dan fisika, 33sehingga pengembangan keterampilan generik sains dalam bidang biologi dapat disesuaikan dengan keterampilan generik sains yang ada pada materi kimia maupun fisika.

b. Beberapa Keterampilan Generik Pada Materi Fisika dan Kimia

Menurut Brotosiswoyo, keterampilan generik sains yang didapat dari proses pembelajaran dimulai dengan pengamatan tentang gejala alam (1) pengamatan (langsung maupun tak langsung), (2) kesadaran akan skala besaran (sense of scale), (3) bahasa simbolik, (4) kerangka logika taat azas (logical self-consistency), (5) inferensi logika, (6) hukum sebab akibat (causality), (7) pemodelan matematik, dan (8) membangun konsep.34

Liliasari menjelaskan makna dari kedelapan keterampilan generik sains diatas yaitu: Sains merupakan ilmu tentang fenomena dan perilaku alam sepanjang masih dapat diamati oleh manusia. Hal ini menuntut adanya kemampuan manusia untuk melakukan pengamatan langsung dan mencari keterkaitan-keterkaitan sebab akibat dari pengamatan tersebut. Dalam melakukan pengamatan Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 14 Mei 2011, h.178

33

Taufik Rahman dkk., op.cit., h.1

34

TaufikandKetangWiyono, “The Application Of Hypothetical Deductive Learning Cycle Learning Model To Improve Senior High School Student’s Science Generic Skill On Rigid Body….”, Procedding The 3th International Seminar On Science Education, 17 Oktober 2009 h. 643


(42)

langsung, alat indera yang digunakan manusia memiliki keterabatasan. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut manusia melengkapi diri dengan berbagai peralatan. Misalnya untuk mengetahui sifat-sifat larutan diperlukan indikator. Cara ini dikenal sebagai pengamatan tak langsung.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka seseorang yang belajar sains akan memiliki kesadaran akan skala besaran dari berbagai obyek yang dipelajarinya. Dengan demikian ia dapat membayangkan bahwa yang dipelajarinya itu tentang dari ukuran yang sangat besar seperti jagad raya sampai yang sangat kecil seperti keberadaan pasangan elektron.

Untuk memperjelas gejala alam yang dipelajari oleh setiap rumpun ilmu diperlukan bahasa simbolik, agar terjadi komunikasi dalam bidang ilmu tersebut. Dalam sains misalnya bidang kimia mengenal adanya lambang unsur, perasamaan reaksi, simbol-simbol untuk reaksisearah, reaksi kesetimbangan, resonansi dan banyak lagi bahasa simbolik yang telah disepakati dalam bidang ilmu tersebut.

Pada pengamatan panjang tentang gejala alam yang dijelaskan melalui banyak hukum-hukum, orang akan menyadari keganjilan dari sifat taat asasnya secara logika. Untuk membuat hubungan hukum-hukum itu agar taat assas, maka perlu ditemukan teori baru yang menunjukkan kerangka logika taat asas. Logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum sains. Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan melalui inferensia logika dari konsekuensi-konsekuensi logis hasil pemikiran dalam belajar sains.

Rangkaian hubungan antara berbagai faktor dari gejala yang diamati diyakini sains selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagai hukum sebab akibat.Untuk menjelaskan hubungan-hubungan yang diamati diperlukan bantuan pemodelan matematik agar dapat diprediksikan dengan tepat bagaimana kecenderungan hubungan atau perubahan suatu fenomena alam.

Tidak semua fenomena alam dapat difahami dengan bahasa sehari-hari, karena itu diperlukan bahasa khusus yang dapat disebut konsep. Jadi belajar sains memerlukan kemampuan untuk membangun konsep, agar bisa ditelaah lebih lanjut diperlukan pemahaman yang lebih lanjut, konsep-konsep ini diuji keterterapannya.35

Berdasarkan penjelasan mengenai makna keterampilan generik sains diatas, semakin terlihat jelas bahwa keterampilan

35

Ikhsanuddin dan Tuszie Widhiyanti, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Generik Sains Dan Berpikir Kritis Siswa Pada Topik Hidrolisis Garam Dan Sifat Koligatif Larutan, Artikel pada Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung, 2007


(43)

generik sains merupakan keterampilan yang sangat menarik untuk dikembangan dalam pembelajaran sains. Dalam kaitannya dengan konsep-konsep yang terdapat pada pembelajaran sains, hubungan antara keterampilan generik sains dengan jenis-jenis konsep dalam sains sebagaimana yang dikemukakanLiliasari, yaitu :

1) Pengamatan langsung terkait dengan konsep yang bersifat konkrit (rill), misalnya air, pegas, dan bunga

2) Pengamatan tidak langsung terkait dengan konsep yang bersifat abstrak, misalnya konsep atom, gelombang, dan reproduksi 3) Inferensi logika dan hukum sebab akibat, terkait dengan konsep

yang memerlukan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip, misalnya konsep campuran, kekerabatan, dan persamaan gerak. 4) Kerangka logika taat azas hukum alam terkait dengan konsep

yang bersifat abstrak, konsep dengan atribut kritis yang tidak mudah dimengerti tetapi contohnya dapat dipahami, misalnya konsep unsur, logam dan serangga.

Atribut kritis menyatakan ciri-ciri utama suatu konsep yang merupakan penjabaran dari definisi konsep.

5) Pemodelan matematik dan bahasa simbolik, terkait dengan konsep yang membutuhkan representasi simbolis, misalnya konsep rumus kimia, kuat arus, dan bahasa simbolik dalam bidang biologi seperti lambang spesies jantan (♂) dan betina (♀)36

Pembelajaran biologi dengan metode pengamatan langsung dapat dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang dipelajari, misalnya mengamati fungsi dan struktur sel dengan menggunakan mikroskop atau melakukan pengamatan/pengukuran terhadap hasil dari suatu proses. Metode

36

Liliasari, Science Concepts And Generic Science Skills Relatoionship In The 21st Century Science Education (http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/ 194909271978032-LILIASARI/PRESENTASI_INT-07.pdf) diaksestanggal 7 Mei 2013


(44)

demonstrasi dapat pula digunakan dalam pembelajaran biologi, misalnya menggunakan preparat awetan untuk membahas topik Dasar Seluler Reproduksi. Pembelajaran biologi dengan metode pengamatan tidak langsung juga diperlukan untuk membahas topik-topik tertentu, misalnya pada topik Sifat Kimia Gen dapat menggunakan model DNA, dan pada topik Evolusi dapat memanfaatkan program dokumenter dalam bentuk video. 37

Dalam kaitannya dengan praktikum pada konsep jamur, keterampilan generik tersebut di atas merupakan objek penelitian yang akan dicari keterlibatannya. Banyak tidaknya kemampuan generik yang terlibat bergantung kepada indikator pembelajaran yang telah dibuat. Berdasarkan Gibb, kemampuan generik tersebut dapat dinilai dalam konteks tugas ”kerja keseluruhan” atau dalam unit-unit kompetensi yang terpisah.38

B. Hasil Penelitian Yang Relevan:

Elizar (2012) dalam jurnal yang berjudul ”Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Demonstrasi Di Kelas XI IPA-1 pada Pelajaran Biologi” mengemukakan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam pelajaran Biologi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.39Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus pertama sebesar 65,02dan pada siklus kedua menjadi 74,65 dengan kriteria ketuntasan minimal 65,00. Jumlah siswa yang tuntas pada siklus pertama sebanyak 18 orang (66,67%)dan pada siklus kedua sebanyak 24 orang (88,89%). Peningkatan hasil belajar siswa dibuktikan dengan jumlah siswa yang tuntas sudah melebihi target yang ditetapkan (65,00%).

37

Tim Penulis PEKERTI bidang MIPA, Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Biologi di Perguruan Tinggi, (Jakarta : PAU-PPAI Universitas Terbuka, 2001)

38

Taufik Rahman dkk. op.cit., h.3

39

Elizar, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Demonstrasi Di Kelas XI IPA-1 pada Pelajaran Biologi,Jurnal Penelitian Tindakan Kelas. Vol.1 No.2, 2012, h. 96


(45)

Astri Novita Simalango dan Zainuddin Muchtar (2008) dalam

jurnal yang berjudul ”Pengaruh Pemakaian Metode Praktikum Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Laju Reaksi” mengemukakan

bahwa pemakaian metode praktikum berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 40Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas ekpserimen mengalami peningkatan dari 5,78 menjadi 6,38 sedangkan pada kelas kontrol terjadi peningkatan dari 0.97 menjadi 1,16, hal ini menunjukkan hasil belajar siswa yang diajar dengan pemakaian metode praktikum lebih baik daripada hasil belajar siswa yang tidak memakai metode praktikum.

Retno Dwi Suyanti dan Sudarmin (2006) dalam jurnal yang

berjudul “Potret Kemampuan Generik Sains Pengamatan Calon Guru Kimia Dan Implikasinya Pada Pembelajaran Kimia” mengemukakan bahwa kemampuan generik sains pengamatan calon guru kimia dalam percobaan praktikum kimia masih kategori sedang, sehingga kemampuan ini masih bisa berkembang dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran kimia.41 Hasil penelitian untuk percobaan destilasi, kelarutan, rekristalisasi menunjukkan bahwa subjek telah mencapai rata-rata N-Gain sebesar 0,462. Sedangkan pada percobaan susunan rantai hidrokarbon, alkohol phenol, dan aldehida keton diperoleh rata-rata N-Gain sebesar 0,468. Dengan demikian disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan generik sains pengamatan mencapai N-Gain antara 0,30 sampai dengan 0,69 yang termasuk dalam kategori sedang.

Taufik Rahman, Nuryani Rustaman, Nana Syaodih S. dan Anna

Poedjiadi (2008) dalam jurnal yang berjudul ”Profil Kemampuan Generik

Awal Calon Guru dalam Membuat Perencanaan pada Praktikum Fisiologi

Tumbuhan” menyatakan bahwa kemampuan generik pemodelan yang

40

Astri N.S dan Zainuddin M., Pengaruh Pemakaian Metode Praktikum Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Laju Reaksi, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Vol 3 No.1, 2008

41

Retno Dwi Suyanti dan Sudarmin, Potret Kemampuan Generik Sains Pengamatan Calon Guru Kimia dan Implikasinya Pada Pembelajaran Kimia, h. 40


(46)

dicapaimahasiswa calon guru tergolong kategori rendah (rerata = 54,0), kemampuan ini meliputi membuat tabulasi danspesifikasi alat serta bahan, juga membuat prosedur praktikum dalam bentuk diagram panah dilengkapi gambar dan label. Kemampuan generik inferensi logika yang dicapai mahasiswa termasuk pada kategori rendah (rerata =40,7).Kemampuan generik ini meliputi kemampuan menggali prinsip dan konsep yang melandasi suatu praktikum.Kemampuangenerik sebab akibat yang dicapi mahasiswa calon guru tergolong pada kategori rendah (rerata =45,0). Kemampuangenerik ini meliputi kemampuan membuat judul, menentukan variabel bebas dan terikat, menentukan masalah, membuat pertanyaan masalah, dan membuat hipotesis untuk praktikum.Secara umum, mahasiswa calon guru LPTK semester lima awal, telah memiliki kemampuan generik merencanakan percobaan dalam fisiologi tumbuhan, namun masih tergolong rendah (rerata =46,3).42

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran konvensional biasanya dilakukan dengan metode ceramah, guru secara aktif menjelaskan materi di hadapan para siswa. Sedangkan siswa hanya duduk terdiam mendengarkan penjelasan guru. Dalam pembelajaran, siswa dibebani untuk menghapal beragam konsep yang belum ia pahami. Banyak siswa yang merasa jenuh dan akhirnya tidak mampu menguasai materi yang dipelajari.

Dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode pembelajaran. Guru dipersilahkan memilih metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tanpa mengurangi keterlibatan aktif siswa di dalam penyelenggaraan kegiatan belajar. Keterlibatan siswa dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, sebab keikutsertaan siswa akan meningkatkan pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari. Siswa akan lebih memahami konsep bila dirinya sendiri yang menemukan konsep tersebut. Hal ini sesuai dengan unsur dalam pembelajaran IPA.

42


(47)

Salah satu unsur yang terpenting dalam pembelajaran IPA adalah proses. Kegiatan pembelajaran IPA dilakukan melalui proses yang terangkum melalui kegiatan praktikum. Praktikum merupakan bentuk pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam membuktian konsep-konsep yang telah dipelajari. Melalui kegiatan praktikum,perhatian siswa akan lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran. Siswa terlatih melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah dalam memperoleh sebuah konsep melalui kegiatan praktikum. Praktikum dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajardan mengembangkan kompetensi siswa dalam memahami alam sekitar secara ilmiah.Sedangkan melalui kegiatan demonstrasi, guru mendemokan / memperlihatkan suatu objek atau proses dihadapan seluruh siswa dengan menggunakan alat peraga.

Pengalaman belajar yang diberikan selama praktikum dan demonstrasi tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep melainkan juga mengasah berbagai keterampilan generik sains. Kegiatan praktikum dan demonstrasi pada konsep jamur bertujuan untuk mengamati karakteristik jamur Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Dengan demikian selama pembelajaran siswa dilatih untuk terampil dalam melakukan pengamatan langsung melalui mikroskop, serta keterampilan dalam menentukan besaran/ukuran pada skala mikroskopis ataupun makroskopis. Dengan menguasai keterampilan-keterampilan generik sains siswa mencapai hasil belajar yang maksimal.

Kegiatan praktikum dan demonstrasi dapatdilakukan di dalam kelas maupun di laboratorium. Pengelola laboratorium seperti kepala sekolah, guru sains, dan petugas laboratorium turut berperan dalam mendukung kelancaran kegiatan praktikum dan demonstrasi. Pengelolaan yang tepat pada laboratorium beserta jenis peralatannya akan mendukung terselenggaranya proses belajar mengajar yang kondusif. Berdasarkan hal tersebut, jika metode praktikum dan demonstrasi yang diterapkan dalam pembelajaran berlangsung secara efektif maka penguasaan keterampilan


(48)

generik sains pada siswa akan meningkat sejalan dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

D. Hipotesis Statistik

Sebagai upaya untuk menemukan jawaban dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai jawaban sementara dari masalah yang telah dirumuskan, yaitu: ”Keterampilan generik sains siswa yang diajar dengan metode praktikum lebih baik dari pada metode


(49)

34

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada SMA Negeri 4 kota Bekasi. Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan November – Desember 2012.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu atau quasi eksperimental. Metode quasi eksperimen berbeda dengan eksperimen sejati, penempatan subjek dalam kelompok yang dibandingkan dalam quasi eksperimen tidak dilakukan secara acak. Individu subjek telah berada dalam kelompok yang dibandingkan sebelum adanya penelitian yang tidak dimaksudkan untuk tujuan eksperimen, misalnya siswa yang berada di dalam kelas.

Penelitian ini membandingkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Kelompok eksperimen I diberi perlakuan dengan metode praktikum sedangkan kelompok eksperimen II diberi perlakuan dengan menggunakan metode demonstrasi. Setelah diberi perlakuan, peneliti membandingkan hasil belajar (keterampilan) yang diperoleh dari masing-masing kelompok dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar (keterampilan) yang didapatkan siswa setelah dilakukannya perlakuan.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan control group pretest-posttest design, yaitu desain penelitian yang hanya terdapat dua kelompok yaitu kelompok yang dalam pembelajarannya menggunakan metode praktikum (kelompok eksperimen I) dan kelompok yang dalam pembelajarannya menggunakan metode demonstrasi (kelompok eksperimen II). Sebelum diberi perlakuan, terlebih dahulu diadakan pretes kemudian setelah perlakuan diberi posttest.


(50)

Tes awal sering dikenal dengan istilah pretest. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Sedangkan tes akhir sering dikenal istilah posttest. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.1

Pretes (tes awal) ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep serta keterampilan generik yang akan dilatihkan selama kegiatan belajar mengajar, sedangkan posttes (tes akhir) dilaksanakan setelah pemberian perlakuan selesai untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap konsep serta keterampilan generik yang telah dikuasai oleh siswa.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Pretest X Posttest

Eksperimen I O1 XI O2

Eksperimen II O1 XII O2

Ket.

O1 :Pretes yang diberikan sebelum proses belajar mengajar dimulai,

diberikan kepada kedua kelompok (eksperimen I dan eksperimen II). X :Pemberian proses belajar mengajar pada kelompok eksperimen I dengan

menggunakan metode praktikum (XI) dan kelompok eksperimen II

dengan menggunakan metode demonstrasi (XII)

O2 :Posttes yang diberikan setelah proses belajar mengajar berlangsung dan

diberikan kepada kedua kelompok (eksperimen I dan eksperimen II).

1


(51)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh siswa yang ada di SMAN 4 Bekasi. Sedangkan populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Peneliti mengambil sampel kelas X-5 sebagai kelas eksperimen I dan kelas X-7 sebagai kelas eksperimen II. Sampel ditentukan dengan pertimbangan kesamaan jenjang pendidikan, guru, kurikulum dan materi ajar.

E. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (X) danvariabel terikat (Y), variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut.

1. Variabel bebas / independent (X), yaitu metode praktikum dan metode demonstrasi

2. Variabel terikat / dependent (Y), yaitu Keterampilan Generik Sains (KGS) siswa

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu data sebagai hasil akhir dari penelitian. Untuk pengumpulan data yang lebih konkrit, peneliti melaksanakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu :

1. Tes

Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapatdijadikan dasar bagi penetapan skor angka.3Tes diberikan kepada

2

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2011), h. 80.

3

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010), h. 170


(52)

seluruh siswa yang terdapat di kelas eksperimen I dan eksperimen II baik sebelum perlakuan (pretes) maupun setelah perlakuan (posttest).

2. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa disebut juga observasi langsung.4 Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati keterlaksanaan metode pembelajaran praktikum pada kelas eksperimen I.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu tes Keterampilan Generik Sains (KGS) dan non tes berupa lembar observasi.

1. Tes Keterampilan Generik Sains (KGS)

Tes ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar perbedaanketerampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum dengan metode demonstrasi pada konsep jamur. Insrumen tes yang akan diujicobakan berbentuk uraian singkat sebanyak 7 soal yang disusun berdasarkan pada 3 indikator sub aspek keterampilan generik sains yang meliputi pengamatan langsung, kesadaran tentang skala, dan pemodelan. Tes disusun berdasarkan indikator keterampilan generik sains yang disesuaikan dengan indikator dalam kurikulum.

Skala yang digunakan pada instrumen tes adalah berskala 0 s/d 5. Tes dilakukan sebelum pembelajaran (pretes) dan sesudah pembelajaran (posttes). Soal-soal yang digunakan pada pretes dan posttest merupakan soal yang sama. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan keterampilan generik sains yang terjadi. Sebelum digunakan, instrumen tes diujicobakan terlebih dahulu

4


(53)

kepada siswa pada jenjang yang lebih tinggi untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.

Tabel. 3.2. Instrumen Keterampilan Generik Sains

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati keterlaksanaan metode pembelajaran praktikum. Pengamatan yang dilakukan dimulai dari kegiatan persiapan hingga kegiatan akhir praktikum. Observer dalam kegiatan ini adalah guru bidang studi Biologi.

No. Jenis

Keterampilan Indikator

No. Soal

1

Pengamatan Langsung

a. Menggunakan sebanyak mungkin indera dalam mengamati percobaan/fenomena alam

10

b. Mencari perbedaan dan persamaan

4

2

Kesadaran tentang skala

Menyadari obyek-obyek alam dan kepekaan terhadap skala numerik

sebagai besaran/ukuran skala mikroskopis ataupun makoskopis

8

3 Pemodelan

a. Mengungkapkan fenomena/masalah

dalam bentuk sketsa gambar 11

b. Mengungkap fenomena dalam

bentuk rumusan 12

Jumlah


(1)

Lampiran 25

PENGUJIAN HIPOTESIS DATA PRETES

Hipotesis statistik yang diajukan adalah : Ho : �1= �2

Ha : �1≠�2

Kriteria pengujian untuk uji t adalah sebagai berikut : 1. Terima H0 jika thitung< ttabel

2. Tolak H0 jika thitung> ttabel

Pada taraf signifikansi 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = 45- 1 = 44, diperoleh t tabel = 2.021

Rumus Uji t’ :

t

=

X

1

X

2

S

12

n

1

+

S

22

n

2

Langkah Pengujian :

1. Menentukan nilai dari S1

2

n1

+

S22

n2

S12 n1+

S22 n2 =

298.1 45 +

444.2 45

= 742.27

45

= 4.06

2. Menentukan nilai t’

t′ = X1 −X2

S12

n1 +

S22 n2


(2)

4.06 = −1.60

Kriteria pengujian

t′(∝) =

(t1S12)/n1+ (t2S22)/n2

S12

n1+

S22

n2

t′(0.05)=

(2.021 ×298.1)/45 + (2.021 ×444.2)/45

4.062

=(602.4)/45 + (897.6)/45

16.48

=13.38 + 19.94

16.48

=33.32

16.48

= 2.021

Setelah t’ diperoleh, dibandingkan denganharga t′(∝)= t′(0.05) = 2.021.

Kesimpulan :

Karena t’<t tabel (-1.60<2.021), maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya, kedua kelas memiliki nilai rata –rata yang sama.


(3)

Lampiran 26

PENGUJIAN HIPOTESIS DATA POSTTES

Hipotesis statistik yang diajukan adalah : Ho : �1= �2

Ha : �1≠�2

Kriteria pengujian untuk uji t adalah sebagai berikut : 1. Terima H0 jika thitung< ttabel

2. Tolak H0 jika thitung> ttabel

Pada taraf signifikansi 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = 45- 1 = 44, diperoleh t tabel = 2.021

Rumus Uji t’ :

t

=

X

1

X

2

S

12

n

1

+

S

22

n

2

Langkah Pengujian :

1. Menentukan nilai dari S1

2

n1

+

S22

n2

S12 n1+

S22 n2 =

234.5 45 +

523.2 45

= 757.7

45

= 4.10

2. Menentukan nilai t’

t′ = X1 −X2

S12

n1 +

S22 n2


(4)

4.10 = 2.83

Kriteria pengujian

t′(∝) =

(t1S12)/n1+ (t2S22)/n2

S12

n1+

S22

n2

t′(0.05)=

(2.021 ×234.5)/45 + (2.021 ×523.2)/45

4.102

=(473.9)/45 + (1057.4)/45

16.81

=10.53 + 23.49

16.81

=33.97

16.81

= 2.021

Setelah t’ diperoleh, dibandingkan denganharga t′(∝)= t′(0.05) = 2.021.

Kesimpulan :

Karena t’>t tabel (2.83>2.021), maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya, kedua kelas memiliki nilai rata –rata yang berbeda.


(5)

Lampiran 27

PENGUJIAN HIPOTESIS DATA N-GAIN Hipotesis statistik yang diajukan adalah :

Ho : �1= �2

Ha : �1≠�2

Kriteria pengujian untuk uji t adalah sebagai berikut : 1. Terima H0 jika thitung< ttabel

2. Tolak H0 jika thitung> ttabel

Pada taraf signifikansi 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = 45- 1 = 44, diperoleh t tabel = 2.021

Rumus Uji t’ :

t

=

X

1

X

2

S

12

n

1

+

S

22

n

2

Langkah Pengujian :

1. Menentukan nilai dari S1

2

n1

+

S22

n2

S12 n1+

S22 n2 =

0.03 45 +

0.07 45

= 0.10

45

= 0.05

2. Menentukan nilai t’

t′ = X1 −X2

S12

n1 +

S22 n2


(6)

0.05 = 4.4

Kriteria pengujian

t′(∝) =

(t1S12)/n1+ (t2S22)/n2

S12

n1+

S22

n2

t′(0.05)= (2.021 ×0.03)/45 + (2.021 ×0.06)/45

4.42

=(0.06)/45 + (0.12)/45

19.36

=1.33 × 10

−3+ 2.58 × 10−3

19.36

=3.91 × 10

−3

19.36

= 2.021

Setelah t’ diperoleh, dibandingkan denganharga t′(∝)= t′(0.05) = 2.021.

Kesimpulan :

Karena t’>t tabel (4.4>2.021), maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya, kedua kelas memiliki nilai rata –rata yang berbeda.