Penyelesaian Sengketa Internasional Berdasarkan Piagam PBB

C. Penyelesaian Sengketa Internasional Berdasarkan Piagam PBB

Peran organisasi internasional dalam penyelesaian sengketa internasional telah diakui oleh masyarakat internasional. Pada waktu Liga Bangsa-Bangsa didirikan menyadari pentingnya peran organisasi regional dalam penyelesaian sengketa. 164 Piagam PBB Pasal 52 menyatakan: 165 “Nothing in the present Charter precludes the existence of regional arrangements or agencies for dealing with such matters relating to the maintenance of international peace and security as are appropriate for regional action, provided that such arrangements or agencies and their activities are consistent with the Purposes and Principles of the United Nations” Berdasarkan ketentuan tersebut, jelaslah bahwa PBB mengakui organisasi regional untuk menangani masalah-masalah yang bertalian dengan masalah perdamaian dan keamanan internasional menurut cara yang sesuai bagi kawasan tersebut. Setiap organisasi internasional tentunya dibentuk untuk melaksanakan peran-peran dan fungsi-fungsi sesuai dengan tujuan pendirian organisasi internasional tersebut oleh para anggotanya. Organisasi internasional dapat berperan sebagai wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah atau mengurangi intensitas konflik sesama anggota, sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan, dan adakalanya bertindak sebagai lembaga mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan seperti kegiatan sosial kemanusiaan, 164 Sri Setianingsih Suwardi, Op. cit., hal. 213 165 Ibid., hal. 214 Universitas Sumatera Utara bantuan untuk pelestarian lingkungan hidup, dan peace keeping operation penjaga perdamaian. 166 Mengenai tujuan terbentuknya suatu organisasi internasional dapat dilihat dari Piagam atau Statuta yang membentuk dan mendirikan suatu organisasi internasional tersebut. Warner J. Feld dan Robert S. Jordan menyatakan bahwa ada 3 kategori dari tujuan organisasi internasional: 167 1. Untuk memelihara kepentingan anggota-anggotanya di arena internasional global dan regional. 2. Untuk mengimbangi organisasi internasional lainnya. 3. Untuk mengubah, memodifikasi, menyelaraskan kepentingan nasional dari negara anggotanya. Sedangkan menurut Coulombis dan Wolfe 1999: 278-280 ada 4 hal yang menjadi tujuan suatu organisasi internasional yaitu: 168 1. Regulasi hubungan antar negara terutama melalui cara-cara penyelesaian secara damai. 2. Mencegah perang, meminimalkan dan mengendalikan konflik internasional conflict management. 3. Memajukan dan meningkatkan kerjasama ekonomi dan sosial untuk pembangunan dan kesejahteraan penduduknya. 4. Collective Security atau aliansi sekelompok negara untuk menghadapi ancaman eksternal bersama. Pada umumnya manusia adalah mahluk sosial atau yang disebut zoon politicon, dimana manusia dalam hidup didunia ini memerlukan kerjasama, hidup berdampingan dan hidup damai, namun dalam mencapai tujuannya kadang terjadi benturan kepentingan. Demikian pula dengan negara, ingin bekerjasama dengan 166 T. May Rudi, op. cit., hal. 27. 167 Ibid, hal 30. 168 Ibid, hal 31. Universitas Sumatera Utara negara lain namun adakalanya benturan kepentingan tidak dapat dihindarkan yang mengakibatkan terjadinya perang. Setiap peperangan selalu menimbulkan kehancuran baik dari pihak yang menang maupun dari pihak yang kalah. 169 Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa tidak melenyapkan keyakinan negara untuk menciptakan sistem keamanan kolektif yang dapat melindungi masyarakat internasional dari bencana perang. Negara-negara sekutu pada tahun 1941 menamakan ”The United Nation” dan pada tahun 1943 Deklarasi Moskow mengakui perlunya mendirikan suatu organisasi internasional publik yang dapat bekerjasama dalam waktu segera, yang didasarkan atas prinsip persamaan kedaulatan dari seluruh negara yang cinta damai, besar maupun kecil, untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional. 170 Para pembuat piagam PBB mengambil pelajaran dari kegagalan yang dialami Liga Bangsa-Bangsa sebelumnya. Pakta Liga Bangsa-Bangsa juga mendirikan sistem penyelesaian sengketa internasional secara politik. Tugas ini dibebankan baik pada Majelis Umum maupun pada Dewan. Pasal 12 mengharuskan negara-negara anggota menyelesaikan sengketa mereka secara damai, Pasal 15 menentukan cara-cara bagaimana Dewan seharusnya memeriksa suatu sengketa dan juga syarat-syarat yang harus dipenuhi Dewan dalam meminta Sidang Majelis untuk memeriksa sengketa tersebut. Tetapi meletusnya Perang Dunia II membuktikan kegagalan Liga Bangsa-Bangsa. 171 Salah satu pokok kegagalan LBB adalah kegagalan LBB untuk membawa masuk semua negara besar ke dalam organisasi tersebut. Amerika Serikat 169 T. May Rudi, op. cit., hal. 43. 170 D.W.Bowett, op. cit, hal. 30. 171 Boer Mauna, op. cit., hal 216. Universitas Sumatera Utara walaupun ikut aktif dalam merumuskan Pakta, akhirnya tidak masuk dalam organisasi tersebut. Uni Soviet Rusia yang diterima tahun 1934 dikeluarkan dari negara tersebut sebagai akibat dari serangannya terhadap Finlandia. Pakta kemudian tidak cukup sinergis, tidak satupun organnya yang mempunyai wewenang untuk memutuskan sehingga menjadi tidak realis karena hanya mengandalkan kesepakatan- kesepakatan bersama dan terlalu menghormati prinsip-prinsip demokratis. 172 PBB mendirikan suatu sistem yang memberikan pengakuan terhadap peranan utama negara-negara besar oleh karena pembelajara dari gagalnya Liga Bangsa-Bangsa. Piagam memberikan wewenang intervensi untuk menyelesaikan secara damai sengketa-sengketa, baik kepada Dewan Keamanan maupun Majelis Umum walaupun pada prinsipnya tanggung jawab utama berada di tangan dewan keamanan. 173 Salah satu tujuan didirikannya PBB adalah untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Piagam PBB menyatakan: 174 “To maintain international peace and security, and to that end: to take effective collective measures for the prevention and removal of threats to the peace, and for the suppression of acts of aggression or other breaches of the peace, and to bring about by peaceful means, and in conformity with the principles of justice and international law, adjustment or settlement of international disputes or situations which might lead to a breach of the peace.” Untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional, dan untuk itu: untuk mengambil tindakan bersama yang efektif untuk pencegahan dan penghapusan ancaman terhadap perdamaian, dan untuk menekan tindakan agresi atau pelanggaran perdamaian lainnya, dan untuk membawa dengan cara damai , dan sesuai dengan prinsip keadilan dan hukum internasional, 172 Ibid, hal. 217. 173 Ibid. 174 Pasal 1 ayat 1 Piagam PBB. Universitas Sumatera Utara penyesuaian atau penyelesaian sengketa internasional atau situasi yang mungkin mengakibatkan pelanggaran perdamaian Lebih lanjut, penyelesaian sengketa internasional secara damai dikukuhkan dalam Piagam PBB yang menyatakan “All Members shall settle their international disputes by peaceful means in such a manner that international peace and security, and justice, are not endangered.” 175 Anggota-anggota PBB harus menyelesaikan sengketa-sengketa internasional mereka secara damai sebegitu rupa sehingga perdamaian dan keamanan internasional maupun keadilan tidak terancam. Kewajiban lainnya dalam piagam tersebut, penyelesaian sengketa secara damai merupakan konsekuensi langsung dari ketentuan Pasal 2 ayat 4 Piagam yang menyatakan: “All Members shall refrain in their international relations from the threat or use of force against the territorial integrity or political independence of any state, or in any other manner inconsistent with the Purposes of the United Nations .” Setiap negara anggota dalam suatu hubungan internasional dilarang untuk menggunakan kekerasan yang melanggar kedaulatan teritorial atau kedaulatan politik dari setiap negara atau dengan cara-cara lain yang dilarang oleh Prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa. Penyelesaian dalam kerangka PBB umumnya melibatkan Sekretaris Jenderal PBB yang berperan sebagai penengah atas inisiatifnya sendiri atau berdasarkan mandat Dewan Keamanan. Sedangkan jalur hukum dapat ditempuh 175 Pasal 2 ayat 3 Charter of the United Nations. Universitas Sumatera Utara melalui Arbiterase dan Mahkama Internasional, berdasarkan kesepakatan para pihak yang bersengketa. Demikian halnya, berbagai alternative penyelesaian sengketa yang dirumuskan oleh PBB tersebut hanya akan efektif apabila ada kemauan politik dari masing-masing negara yang bersengketa untuk melaksanakannya. 176 Pengaturan tentang penyelesaian sengketa secara damai oleh PBB tercantum di dalam Bab VI Piagam PBB tentang penyelesaian sengketa secara damai tepatnya pada Pasal 33-38 Piagam yang menyatakan bahwa: 177 “The parties to any dispute, the continuance of which is likely to endanger the maintenance of international peace and security, shall, first of all, seek a solution by negotiation, enquiry, mediation, conciliation, arbitration, judicial settlement, resort to regional agencies or arrangements, or other peaceful means of their own choice.” Para pihak dalam suatu persengketaan, yang dimana sengketa tersebut akan membahayakan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, harus pertama-tama mencari penyelesaian melalui negosiasi, penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrase, pengadilan, menyerahkannya kepada organisasi-organisasi atau badan-badan regional, atau cara damai lainnya yang di sepakati para pihak. Dari penjelasan Pasal 33 Piagam tersebut dapat disimpulkan bahwa PBB dalam penyelesaian sengketa secara damai menekankan untuk pertama-tama pentingnya penyelesaian melalui jalur politis atau jalur diplomatis. Hal ini sejalan 176 Ibid, hal. 213. 177 Pasal 33 ayat 1 Charter of the United Nations. Universitas Sumatera Utara dengan konsep hukum kebiasaan internasional tentang penyelesaian sengketa secara damai. Selanjutnya di dalam tubuh PBB dalam menyelesaikan sengketa secara damai terdapat organ-organ PBB yang berperan dalam mengupayakan penyelesaian sengketa internasional secara damai sesuai dengan prinsip keadilan dan hukum internasional. Organ-organ tersebut adalah Dewan Keamanan, Majelis Umum, dan Sekretaris Jenderal. 178 Pada Pasal 33 ayat 2 dikatakan “The Security Council shall, when it deems necessary, call upon the parties to settle their dispute by such means.” Pasal ini berarti Dewan Keamanan jika dirasa perlu dapat menghimbau para pihak yang bersengketa untuk terlebih dahulu menyelesaikan sengketa internasionalnya melalui cara-cara yang terdapat dalam Pasal 33 ayat 1. 179 Apabila Dewan Keamanan PBB menemukan bahwa sengketa atau situasi membahayakan perdamaian dan keamanan dunia, Dewan Keamanan dapat merekomendasikan prosedur atau metoda penyelesaian yang tepat. 180 Ketentuan tersebut tertuang sebagaimana tercantum dalam Pasal 34 dan 36 Piagam yang menyebutkan: 181 “The Security Council may investigate any dispute, or any situation which might lead to international friction or give rise to a dispute, in order to determine whether the continuance of the dispute or situation is likely to endanger the maintenance of international peace and security ” Pasal 34 Charter of the United Nations. 178 Huala Adolf, op. cit., hal. 98. 179 Ibid, hal. 100. 180 Mohd. Burhan Tsani, op. cit., hal. 118. 181 Pasal 34 Charter of the United Nations. Universitas Sumatera Utara Dewan Keamanan dapat menyelidiki setiap perselisihan, atau situasi yang mungkin menyebabkan gesekan internasional atau yang menimbulkan perselisihan, untuk menentukan apakah sengketa atau situasi tersebut cenderung membahayakan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional dan “The Security Council may, at any stage of a dispute of the nature referred to in Article 33 or of a situation of like nature, recommend appropriate procedures or methods of adjustment.” 182 Dewan Keamanan dapat, pada setiap tahap sengketa yang dimaksud dalam situasi seperti Pasal 33, merekomendasikan prosedur yang tepat atau penyesuaian metode. Apabila sengketa masih juga belum terselesaikan seperti yang dimaksud Pasal 33 Piagam, pihak sengketa, negara anggota PBB atau Sekretaris Jendral PBB dapat mengajukannya ke Dewan Keamanan atau Majelis Umum PBB agar menjadi perhatian mereka. Dalam hal ini Majelis Umum PBB dapat memberikan rekomendasi, melakukan penyelidikan dan mengeluarkan keputusan. Namun Majelis Umum tidak mempunyai kekuasaan untuk memaksakan agar rekomendasinya ditaati. 183 Disamping Dewan Keamanan dan Majelis Umum, Sekretaris Jendral PBB juga ikut berperan dalam menyelesaikan sengketa secara damai, hal ini termuat dalam Pasal 98 dan 99 Piagam PBB. Dimana Pasal 98 merupakan fungsi Dewan 182 Pasal 36 ayat 1 Charter of the United Nations. 183 Mohd. Burhan Tsani, loc. cit. Universitas Sumatera Utara Keamanan, Majelis Umum, Dewan Ekonomi dan Sosial ECOSOC, dan Dewan Perwalian yang didelegasikan kepada Sekjen. 184 Dalam Pasal 99, Piagam memberi kuasa kepada Sekjen PBB untuk membawa ke Dewan Keamanan sengketa-sengketa yang menurut pendapatnya dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional. “The Secretary- General may bring to the attention of the Security Council any matter which in his opinion may threaten the maintenance of international peace and security.” 185 Prinsip-prinsip penyelesaian menurut Piagam PBB seperti yang telah disebutkan diatas kemudian diperkuat kembali dengan Resolusi Majelis Umum PBB No. 2625 XXV 1970 mengenai General Assembly Declaration on Principles of International Law concerning Friendly Relations and Cooperation among States in accordance with the Charter of the United Nations. Deklarasi Majelis Umum mengenai Prinsip-Prinsip Hukum Internasional tentang Hubungan- Hubungan Bersahabat dan Kerjasama diantara Negara-Negara sesuai dengan Piagam PBB. Resolusi tersebut kemudian diperkuat kembali oleh Resolusi MU No. 409 tahun 1985 dan Resolusi MU No. 4421 tahun 1989. Resolusi ini mendorong negara-negara untuk memajukan perdamaian dan keamanan serta kerjasama internasional dalam semua aspek sesuai dengan Piagam PBB. 186 Terlepas dari perdebatan mengenai apakah keputusan-keputusan PBB mempunyai kekuatan hukum binding, negara yang telah menyatakan diri masuk ke dalam organisasi ini mempunyai kewajiban untuk menghormati dan melaksanakan setiap 184 Huala Adolf, op. cit., hal. 112. 185 Pasal 99 Charter of the United Nations. 186 Huala Adolf, op. cit., hal. 14. Universitas Sumatera Utara keputusannya. 187 Pentingnya Penyelesaian sengketa dalam kerangka PBB tidak terlepas dari tujuan PBB itu sendiri yaitu agar keamanan dan perdamaian dapat terjamin demi keselamatan umat manusia yang tentunya sengketa tersebut harus diselesaikan tanpa adanya kekerasan atau dengan kata lain adalah dengan cara damai.

D. Kekuatan Mengikat Keputusan Mahkamah Internasional