state immunity. Bagi pemerintah Indonesia diharapkan dapat memberikan masukan tentang peran PBB dalam penyelesaian sengketa
internasional dalam kasus state immunity. Selain itu, bagi masyarakat diharapkan penelitian ini dapat sebagai gambaran mengenai sejarah
sengketa yurisdiksi antara Jerman v. Italia dalam kasus state immunity dan penyelesaian sengketa tersebut melalui Mahkamah Internasional
dalam kerangka PBB.
D. Keaslian Penulisan
Penelitian ini merupakan karya tulis asli, sebagai refleksi dan pemahaman selama berada dibangku kuliah terutama saat berada di
jurusan departemen hukum internasional. Penelitian ini berupaya untuk menuangkan ide dan gagasan dari sudut pandang hukum internasional
terhadap peran PBB dalam penyelesaian sengketa State Immunity antara
Jerman v. Italia.
Sepanjang penelusuran dalam lingkup Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang “Peran PBB Sebagai Organisasi
Internasional dalam Menyelesaikan Sengketa Yurisdiksi Negara Anggotanya dalam Kasus State Immunity Antara Jerman v. Italia Terkait
Kejahatan Perang NAZI” belum pernah ditulis sebelumnya. Namun
demikian dalam beberapa literatur penulisan sebelumnya dalam lingkup Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen
Hukum Internasional dapat dijumpai persamaan dalam hal substansi dasar mengenai kajian perkembangan organisasi PBB serta peran PBB bagi
Universitas Sumatera Utara
Negara-negara khususnya Negara anggota PBB dan dunia, akan tetapi belum dijumpai penelitian yang mengangkat topik mengenai sengketa
State Immunity antara Jerman v. Italia dan aspek-aspek dasar dari peran PBB sebagai organisasi Internasional dalam menyelesaikan sengketa
yurisdiksi negara secara damai melalui badan peradilan utama PBB yaitu Mahkamah Internasional.
E. Tinjauan Kepustakaan
Penulisan skripsi ini berkisar tentang PBB sebagai organisasi internasional dalam menyelesaikan sengketa internasional. Adapun
tinjauan kepustakaan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Hukum Internasional
Pengertian Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya suatu masyarakat internasional yang terdiri atas
sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka yang berdiri tidak dibawah kekuasaan yang lain.
15
Berdasarkan Statuta Mahkamah Internasional International Court of Justice ada
lima sumber hukum internasional yaitu:
16
a. international conventions, whether general or particular, establishing rules expressly recognized by the contesting states
Perjanjian Internasional, baik yang bersifat umum maupun khusus, menyangkut aturan-aturan yang disepakati para pihak
yang membuat;
b. international custom, as evidence of a general practice accepted as law Hukum Kebiasaan Internasional, sebagai
bukti dari suatu praktik umum yang diterima sebagai hukum;
15
Mochtar Kusumaatmadja Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Penerbit P.T. Alumni, 2003, hal. 9.
16
Pasal 38 Ayat 1 Statute of the International Court of Justice
Universitas Sumatera Utara
c. the general principles of law recognized by civilized nations Prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa
beradab; d. subject to the provisions of Article 59, judicial decisions
and the teachings of the most highly qualified publicists of the various nations, as subsidiary means for the determination of
rules of law Ketentuan-ketentuan yang tunduk pada pasal 59, keputusan hukum dan ajaran ahli yang memenuhi syarat dari
berbagai negara, sebagai cara tambahan untuk menentukan aturan hukum.
Menurut Boer Mauna hukum internasional diartikan
sebagai himpunan dari peraturan-peraturan dan ketentuan- ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan antara
negara-negara dengan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan
masyarakat internasional
seperti organisasi
internasional, kelompok supranasional bahkan terhadap individu.
17
Negara adalah subjek hukum internasional selain individu-individu dan organisasi internasional. Sebagai subjek
hukum internasional yang utama, Negara memiliki yurisdiksi. Yurisdiksi adalah kekuasaan atau kompetensi hukum
negara terhadap orang, benda, atau peristiwa hukum. Yurisdiksi ini merupakan refelksi dari prinsip dasar kedaulatan
negara, kesamaan derajat negara dan prinsip tidak campur tangan.
18
Yurisdiksi juga merupakan suatu bentuk kedaulatan
17
Boer Mauna, Op. cit. hal.1
18
Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1996, hal. 143
Universitas Sumatera Utara
yang vital dan sentral yang dapat mengubah, menciptakan, atau mengakhiri suatu hubungan atau kewajiban hukum.
19
2. Organisasi Internasional Menurut
Starke, mengenai organisasi internasional berpendapat bahwa:
“In the first place, just as the function of the modern state and the rights, duties and powers of its instrumentalities are
governed by a branch of municipal law called state constitusional law, so international institution are similarly
conditioned by a body of rules may will be described as
international constitutional law”.
20
Pada awalnya seperti fungsi suatu negara modern mempunyai hak dan kewajiban, dan kekuasaan yang dimiliki beserta alat
perlengkapannya, semua itu diatur oleh hukum nasional yang dinamakan HTN sehingga dengan demikian organisasi
internasional sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang diatur oleh hukum konstitusi internasional.
Menurut
Sumaryo Suryokusumo, Organisasi internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga menyangkut
aspek-aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi internasional juga
diperlukan dalam rangka kerja sama menyesuaikan dan mencari kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta
memecahkan persoalan bersama serta mengurangi pertikaian yang timbul.
21
19
Ibid.
20
Ade Maman Suherman, Op. cit. hal. 46
21
Ibid, hal. 48
Universitas Sumatera Utara
3. Perserikatan Bangsa-Bangsa Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah sebuah organ yang
sangat penting dari pemerintah dunia dan yang terpenting dari semua lembaga internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa
diintegrasikan badan-badan internasional yang dikenal sebagai “badan-badan khusus” specialized agencies, tetapi fungsi
koordinasi atas badan-badan internasional ini sama sekali tidak mengurangi tanggung jawabnya. Secara sederhana Perserikatan
Bangsa-Bangsa dapat dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi negara-negara merdeka yang telah menerima
kewajiban-kewajiban yang dimuat dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ditandatangani di San Fransisco tanggal
26 Juni 1945.
22
Mahkamah Internasional atau International Court of Justice merupakan organ hukum utama Perserikatan Bangsa-Bangsa.
23
Mahkamah Internasional atau International Court of Justice merupakan bagian integral dari PBB.
24
Berdasarkan Statuta Mahkamah Internasional menyatakan :
25
“The International Court of Justice established by the Charter of The United Nations as the principal judicial organ of The
22
J.G.Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 2, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal. 828
23
Boer Mauna, Op. cit. hal. 248
24
Ibid. hal 249
25
Pasal 1, Statute of International Court of Justice 1945
Universitas Sumatera Utara
United Nations shall be constituted and shall function in accordance with the provisions of the present statute”.
Mahkamah Internasional didirikan ole PBB melaui piagam PBB sebagai organ peradilan utama Perserikatan Bangsa-
Bangsa dibentuk dan berfungsi sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.
F. Metode Penelitian