Europen Convention on State Immunity 1972

Negara. Doktrin imunitas negara asing didasarkan pada dua pemikiran. Pertama, negara tidak boleh mengganggu tindakan publik dari negara asing untuk menghormati kemerdekaan mereka. Kedua, secara umum dan berkaitan dengan keputusan baik domestik dan keputusan yang dibuat oleh negara-negara asing, lembaga peradilan tidak boleh mengganggu pelaksanaan kebijakan luar negeri baik oleh otoritas pemerintah nasional atau asing, pada prinsip pemisahan kekuasaan. 216

2. Europen Convention on State Immunity 1972

Dalam hukum internasional, suatu negara pada dasarnya tidak dapat melakukan penuntutan terhadap negara lain dengan menggunakan sistem hukum nasionalnya sendiri dengan adanya alasan kekebalan negara state immunity. Namun, dalam European Convention on State Immunity tahun 1972 menyatakan bahwa suatu negara berdaulat dapat melakukan penuntutan terhadap negara lain dengan beberapa ketentuan- ketentuan tertentu. Suatu negara berdaulat dapat melakukan penuntutan terhadap negara lain jika hal itu menyangkut hal asasi manusia seperti yang tercakup dalam pasal 9 Konvensi Eropa mengenai kekebalan negara yang berbunyi: “A Contracting State cannot claim immunity from the jurisdiction of a court of another Contracting State if the proceedings relate to : a. Its rights or interests in, or its use or possession of, immovable property; b. Its obligations arising out of its rights or interests in, or use or possession of, 216 The Application of Jus Cogens Upon The Rule of State Immunity The Study of ICJ’S Decision In The Case Between Germany v. Italy, Immanuela Lantang, http : Lex Crimen Vol.IINo.1Jan-Mrt2013, diakses pada tanggal 2 April 2013 Universitas Sumatera Utara immovable property and the property is situated in the territory of the State of the forum.” Suatu Negara tidak dapat mengklaim kekebalan dari yurisdiksi pengadilan negara lain jika proses berhubungan dengan: a. hak atau kepentingan dalam, atau penggunaan atau kepemilikan, harta tak bergerak; b. kewajibannya yang timbul dari hak atau kepentingan dalam, atau penggunaan atau kepemilikan, harta tak bergerak dan properti terletak di wilayah negara forum. Selanjutnya dalam pasal 10 yang berbunyi : “A Contracting State cannot claim immunity from the jurisdiction of a court of another Contracting State if the proceedings relate to a right in movable or immovable property arising by way of succession, gift or bona vacantia.” Suatu Negara tidak dapat mengklaim kekebalan dari yurisdiksi pengadilan Negara lain pihak jika proses berhubungan dengan hak dari harta bergerak atau tidak bergerak yang timbul dengan cara suksesi, hadiah atau bona vacantia. Dan pasal 11 yang berbunyi : “A Contracting State cannot claim immunity from the jurisdiction of a court of another Contracting State in proceedings which relate to redress for injury to the person or damage to tangible property, if the facts which occasioned the injury or damage occurred in the territory of the State of the forum, and if the author of the injury or damage was present in that territory at the time when those facts occurred.” Universitas Sumatera Utara Suatu Negara tidak dapat mengklaim kekebalan dari yurisdiksi pengadilan Negara pihak lain dalam proses yang berhubungan dengan ganti rugi atas cedera pada seseorang atau kerusakan harta berwujud, jika fakta-fakta yang disebabkan cedera atau kerusakan terjadi di wilayah Negara forum, dan jika penulis cedera atau kerusakan hadir di wilayah tersebut pada saat fakta-fakta yang terjadi. Atas dasar itulah maka pengadilan Italia berhak untuk mengadakan penuntutan terhadap Jerman sebagai mana seharusnya. sehingga, penuntutan yang dilakukan leh pengadilan Italia terhadap Jerman berujung pada penuntutan ulang oleh pemerintah Jerman terhadap Italia di Mahkamah Internasional dengan alasan bahwa pengadilan Italia telah melanggar yurisdiksi dari kekebalan negara Jerman. Selain itu, pihak Italia menyita aset Jerman yang berda di Italia yaitu Villa Vigoni yang merupaan bangunan pertukaran budaya Italia-Jerman yang tidak digunakan untuk tujuan bisnis. Salah satu kesalahan dari pihak Italia adalah mengadakan penyitaan terhadap bangunan tersebut. Hal itu disebabkan dengan adanya perlindungan terhadap barang-barang milik suatu negara yang tidak digunakan untuk keperluan bisnis. Maka tampak jelas bahwa apa yang dilakukan oleh pengadilan Italia dengan melakukan penyitaan terhadap aset Jerman adalah salah. Penyitaan tersebut hanyalah salah satu faktor pemicu penuntutan Jerman terhadap Italia. Faktor lainnya yaitu putusan pengadilan Italia yang menuntut Jerman Universitas Sumatera Utara memberikan kompensasi pada Ferrini sehingga memungkinkan munculnya gugatan-gugatan lain yang serupa dengan tuntutan yang diputus oleh pengadilan Italia sebelumnya. Permintaan Italia dalam Mahkamah Internasional sebagai jawaban dari tuntutan Jerman adalah sebagai berikut: 217 “With respect to its counter-claim, and in accordance with Article 80 of the Rules of the Court, Italy asks respectfully the Court to adjudge and declare that, considering the existence under international law of an obligation of reparation owed to the victims of war crimes and crimes against humanity perpetrated by the Third Reich: a. Germany has violated this obligation with regard to Italian victims of such crimes by denying them effective reparation. b. Germany’s international responsibility is engaged for this conduct. c. Germany must cease its wrongful conduct and offer appropriate and effective reparation to these victims, by means of its own choosing, as well as through the conclusion of agreement s with Italy”;

C. Pemberlakuan Jus Cogens Terhadap Praktik State Immunity