Jannes Purba DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

Waktu informan juga banyak dihabiskan untuk bergaul dengan orang lain. Setiap sore beliau selalu “nongkrong” di kedai yang menjual minuman tuak, dalam bahasa setempat disebut “pakter tuak” untuk minum tuak sambil mengobrol dengan teman-temannya, penuturan beliau terkadang ia pulang dalam keadaan normal, tetapi tidak jarang dalam keadaan mabuk.

e. Jannes Purba

Beliau merupakan salah satu penduduk desa marubun Lokkung yang sekarang berusia 38 tahun dan merupakan orang asli Simalungun. beliau memiliki seorang istri dan empat orang anak laki-laki. Kegiatan beliau sehari hari adalah menyadap karet milik sendiri, mennurut penuturan beliau lahan karetnya tidak luas namun sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari pas-pasan. Namun demikian informan ini tetap memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan selalu ikut dalam bergotong royong. Sama seperti tugas laki-laki lainnya beliau juga ikut dalam memasak makanan untuk pesta yaitu memasak lauk untuk makanan pesta. Selain memasak beliau juga sering berperan untuk menyiapakan peralatan yang dibutuhkan dalam pesta misalanya, terpal atau peralatan lain yang dibutuhkan dalam keberlangsungan sebuah pesta adat. Kebutuhan dalam pesta dalam bentuk alat sering menjadi tanggung jawab beliau. Beliau juga tidak pernah meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut penuturan beliau jika suatu tugas sudah diembankan kepadanya maka ia harus mengerjakannya dan harus bertanggung jawab dengan mengusahakan apabila ada peralatan yang dibutuhkan harus selalu dia Universitas Sumatera Utara sediakan. Selain menolong dalam bentuk tenaga informan ini juga elalu ikut menyumbangkan u`ang dalam acara sesudah acara adat, yaitu dalam acara “margugu”, meskipun tidak mampu memberikan sumbangan dengan nominal banyak, beliau tetap berusaha untuk membantu semampunya. Menurut beliau kegiatan tersebut tidak hanya dinilai dari materi yang diberikan saja, melainkan keikutsertaan dalam berkontribusi sebagai bentuk solidaritas didalam desa merupakan hal yang penting meskipun tidak yang utama. Menurut beliau dalam menolong dalam acara “margugu” ini tidak dipaksakan berapa nominal yang harus kita berikan, namun kita membantu semaksimal mungkin semampu kita. Tak jarang beliau tidak hanya menyumbangkan uangnya tetapi ikut menyumbangkan suaranya melaui bernyanyi didalam acara tersebut disela-sela penghitungan dana. Dalam kegiatan keagamaan Beliau tidak memiliki jabatan khusus didalam gereja namun beliau cukup rajin untuk datang beribadah ke gereja. Waktu beliau juga banyak dihabiskan dengan bersosialisasi yaitu dengan pergi ke “pakter tuak” untuk minum sambil mengobrol dengan teman-temannya yang ada di lokasi tersebut.

f. Herman Damanik