Produk Domestik Bruto PDB

16 tergeser dengan pelarian modal yang spekulatif. Keruntuhan sektor moneter di Asia pada tahun 1997, di Rusia pada tahun 1998, ketidakpastian mata uang Brazil pada tahun 1999, dan krisis Argentina pada periode 2000-2001 menjadi sebagian bukti bahwa kebijakan atau pengawasan atas arus modal asing yang masuk perlu ditingkatkan untuk mencegah runtuhnya perekonomian, terutama bagi emerging country stock markets. Selain itu, penetapan nilai tukar mata uang asing yang terlalu tinggi sehingga dapat menyebabkan defisit besar pada Balance of Payment akan mengarah pada goyahnya stabilitas di pasar uang dan perekonomian negara berkembang secara keseluruhan.

2.4. Hubungan Variabel Makroekonomi dengan Investasi Portofolio Asing

2.4.1. Produk Domestik Bruto PDB

Ketertutupan masa pemerintahan Indonesia Orde Lama yang menolak investasi asing yang masuk ke dalam negeri telah memengaruhi pertumbuhan investasi portofolio asing di Indonesia, namun setelah dikeluarkannya Undang- Undang Investasi Nomor 11 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing telah mampu membawa Indonesia dalam integrasi perekonomian internasional. Hal ini terbukti dengan dikeluarkannya paket kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi berupa penyederhanaan tata cara impor barang modal, pelunakan syarat-syarat investasi dan perangsangan investasi guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia Dumairy, 1996. Sasaran umum tingkat investasi yang ditargetkan oleh pemerintah terkendala atas tantangan internal dan eksternal yang mengakibatkan peningkatan risk aversion bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Tantangan internal 17 seperti ketersediaan sarana dan prasarana perekonomian yang belum memadai misalnya barang publik, kepastian hukum bagi investor kurang terjamin, kelangkaan tenaga kerja terampil, rendahnya produktivitas pekerja dan efisiensi produksi. Permasalahan internal tersebut selanjutnya memengaruhi jumlah produksi barang domestik dan memperlambat pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan Produk Domestik Bruto. Aggarwal, et al. 2003 menemukan bahwa aliran investasi portofolio dari negara maju terutama Amerika Serikat lebih besar tertuju pada negara-negara emerging market dengan Produk Domestik Bruto yang lebih mapan. Bagian investasi portofolio terendah ditujukan bagi negara berkembang dengan kerangka hukum investasi yang kurang jelas, standar akuntansi rendah serta transparansi dan perlindungan investor yang rendah. International Finance Corporation IFC mengklasifikasikan pasar modal suatu negara sebagai emerging market jika memenuhi salah satu dari kriteria berikut: 1. Negara tersebut memiliki pendapatan menengah ke bawah dalam perekonomian global, sesuai definisi Bank Dunia yang menargetkan Produk Domestik Bruto per kapita kurang dari 9,656 dollar AS untuk tiga tahun berturut-turut. 2. Kapitalisasi pasar modal relatif rendah terhadap tingkat Produk Domestik Bruto. Produk Domestik Bruto yang lebih mapan menjadi referensi yang baik bagi penilaian investor asing terhadap berbagai faktor penghindaran risiko modal. Produk Domestik Bruto merupakan salah satu ukuran bagi investor asing dalam menempatkan modalnya di negara berkembang, hal ini terkait dengan growing 18 investor confidence , yakni adanya faktor kepercayaan terhadap gejolak resiko dalam perekonomian jika pertumbuhan ekonomi mapan Ralhan, 2006. Tantangan eksternal melalui perbedaan-perbedaan tingkat Produk Domestik Bruto telah meningkatkan persaingan iklim investasi antara negara berkembang dengan negara maju, dan antara negara berkembang dengan negara berkembang. Indonesia pada masa Orde Lama dan Orde Baru memiliki persaingan yang tinggi atas negara-negara wilayah Asia Pasifik.

2.4.2. Kurs Mata Uang