Hasil Uji Pelanggaran Asumsi Klasik Diagnostic Test 1. Uji Autokorelasi

60 5.1.1. Hasil Uji Pelanggaran Asumsi Klasik Diagnostic Test 5.1.1.1. Uji Autokorelasi Keberadaan autokorelasi diuji dengan menggunakan Breusch Godfrey Serial Correlation LM Test . Adanya korelasi dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas ObsR-Squared pada Breusch Godfrey Serial Correlation LM Test dengan taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen. Tabel 5.1. Hasil Uji Autokorelasi Breusch Godfrey Serial Correlation LM Test: F-Statistic 1,830553 Probability 0,1772 ObsR-Squared 4,436282 Probability 0,1088 Sumber: Lampiran 1 Berdasarkan Tabel 5.1, dapat disimpulkan bahwa model terbebas dari masalah autokorelasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas ObsR-Squared pada Breusch Godfrey Serial Correlation LM Test sebesar 0,1088 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen.

5.1.1.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Harvey- Heteroscedasticity Test . Jika nilai probabilitas ObsR-Squared lebih besar dari taraf nyata 10 persen, maka persamaan jangka panjang tidak memiliki masalah heteroskedastisitas. Tabel 5.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroscedasticity Test: Harvey F-Statistic 0,996330 Probability 0,4571 ObsR-Squared 8,170895 Probability 0,4170 Sumber: Lampiran 1 61 1 2 3 4 5 6 7 8 9 9 10 11 12 13 Series: UT Sample 2000Q1 2010Q2 Observations 42 Mean 11.63462 Median 11.58741 Maximum 13.05141 Minimum 9.026029 Std. Dev. 0.837133 Skewness -0.924214 Kurtosis 4.725454 Jarque-Bera 11.18929 Probability 0.003718 Nilai probabilitas ObsR-Squared sebesar 0,4170. Nilai ini lebih besar dibandingkan taraf nyata 10 persen. Dari kedua pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada model.

5.1.1.3. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan bantuan Histogram-Normality Test. Pada Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas Jarque-Bera adalah sebesar 0,003718. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari taraf nyata sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model yang digunakan belum terdistribusi secara normal. Hal ini mungkin diakibatkan karena observasi time series terhadap data masih memiliki banyak kekurangan dan ketidak-akuratan data. Gambar 5.1. Hasil Uji Normalitas

5.1.1.4. Uji Multikolinearitas

Uji yang terakhir dilakukan pada penelitian ini adalah uji multikolinearitas. Uji ini dilakukan untuk mengetahui keberadaaan hubungan yang erat di antara 62 variabel-variabel bebas. Uji Klein menyebutkan bila korelasi antara masing-masing variabel bebas tersebut tidak lebih besar dari R-Squared pada model, maka dalam persamaan tidak terdapat masalah multikolinearitas. Berdasarkan hasil pada Tabel 5.3, terdapat korelasi antar peubah bebas yang lebih besar daripada nilai R-Squared pada model estimasi persamaan jangka panjang yaitu 0.667081. Dengan ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah multikolinearitas pada model. Tabel 5.3. Hasil Uji Multikolinearitas LNFP INFLASI LIBOR LNKURS LNMS LNPDB LNPMDN NET DUMMY LNFP 1 INFLASI -0,00739 1 LIBOR 0,01968 -0,06291 1 LNKURS -0,70955 0,23421 0,23837 1 LNMS 0,43144 -0,23174 -0,24645 -0,552717 1 LNPDB 0.72390 -0,20870 -0,25303 -0,91425 0,74467 1 LNPMDN 0,17779 0,13010 0,14322 -0,13292 0,20399 0,09573 1 NET -0,51749 0,09430 0,53417 0,62449 -0,62277 -0,77904 0,03865 1 DUMMY 0,66598 -0,02948 0,07364 -0,78907 0,63914 0,87345 0,20320 -0,54744 1 Sumber: Lampiran 1 Masalah multikolinearitas dapat dilihat pada nilai korelasi antara variabel PDB dengan KURS, MS, NET dan DUMMY KMD serta nilai korelasi antara variabel DUMMY KMD dengan KURS yang lebih besar dari 0,667081. Keberadaan multikolinearitas menyebabkan analisis ECM tidak dapat dilanjutkan untuk sementara. Oleh karena itu, penelitian ini memerlukan penggunaan metode Principal Component Analysis PCA untuk mencegah multikolinearitas yang terjadi pada data penelitian. Analisis regresi dengan PCA mampu menghilangkan multikolinearitas pada variabel-variabel bebas. 63 Neter dalam Ulpah 2006 menyebutkan bahwa nilai VIF akan semakin besar jika terdapat korelasi yang semakin besar di antara peubah-peubah bebas. VIF yang lebih besar dari 10 dapat digunakan sebagai petunjuk adanya kolinearitas. Hasil analisis PCA pada data penelitian ini, seperti dalam Lampiran 5, menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai Variance Inflation Factor VIF yang lebih besar dari 10, sehingga dengan demikian metode ECM dapat dilanjutkan dengan menggunakan nilai residual UT dari analisis PCA untuk melihat signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen dalam jangka pendek.

5.1.2. Kestasioneran Data