Definisi Operasional Variabel TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

45 Dimana: R 2 = Koefisien determinasi JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKT = Jumlah Kuadrat Tengah

3.6.2. Uji F-Statistik

Uji-F digunakan untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi. Hipotesis: H : 1 = 2 = 3 = … = i = 0 H 1 : minimal ada satu i ≠ 0 Kriteria uji: Probability f-statistic taraf nyata α maka terima H Probability f-statistic taraf nyata α maka tolak H Jika tolak H minimal terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat sehingga model layak digunakan.

3.7. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Foreign Purchase merupakan nilai pembelian saham oleh investor asing di pasar modal Indonesia. 2. Produk Domestik Bruto riil merupakan pendapatan nasional yang diukur berdasarkan harga tahun dasar konstan dan dapat berubah jika kuantitas output nasional berubah. Produk Domestik Bruto dalam penelitian ini merupakan catatan Produk Domestik Bruto menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000. 46 3. Kurs rupiah terhadap dollar AS secara riil diperoleh dari Indeks Harga Konsumen AS tahun dasar 2000 dibagi Indeks Harga Konsumen Indonesia tahun dasar 2000, kemudian dikalikan dengan nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar AS. Indeks Harga Konsumen IHK Amerika Serikat diperoleh dari International Financial Statistics IFS. Dollar Amerika Serikat dipilih karena USD merupakan hard currency yang paling stabil dan paling diakui sebagai mata uang untuk transaksi internasional oleh semua negara. 4. London Interbank Offered Rate digunakan secara luas sebagai suatu kurs referensi untuk suatu instrumen keuangan seperti pada swap suku bunga. LIBOR dalam penelitian menggambarkan suku bunga deposito USD triwulan. LIBOR riil diperoleh dengan mengurangkan LIBOR nominal dengan tingkat inflasi domestik. 5. Jumlah uang beredar money supply merupakan akumulasi jumlah uang yang beredar di masyarakat Indonesia. Jumlah uang beredar yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah uang beredar luas M2. Jumlah uang beredar luas adalah penjumlahan uang beredar sempit M1, uang kuasi, uang kartal dan uang digital. Uang beredar luas M2 tersebut telah dicatat dan dipublikasikan oleh Bank Indonesia. 6. Inflasi merupakan keadaan ekonomi yang menunjukkan kenaikan harga barang dan jasa secara umum serta berlangsung secara terus-menerus di Indonesia, satuannya dalam bentuk persen. 47 7. Net ekspor merupakan selisih nilai ekspor dengan nilai impor. Net ekspor diperoleh dalam bentuk bulanan, namun dikonversi menjadi triwulan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. 8. Data Penanaman Modal Dalam Negeri yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri. Berdasarkan UU No 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh pananam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Data realisasi investasi PMDN merupakan nilai investasi yang benar-benar dilaksanakan dari jumlah dana yang diajukan penanam modal dan disetujui oleh pemerintah. 9. Dummy yang digunakan dalam penelitian ini adalah dummy krisis, yaitu krisis minyak dunia tahun 2005. Krisis tahun 2005 diduga berpengaruh kuat terhadap perubahan investasi portofolio asing di Indonesia.

IV. KEBIJAKAN DAN DINAMIKA INVESTASI PORTOFOLIO ASING

4.1. Perkembangan Investasi Portofolio Asing di Indonesia Periode 1912-1989 Kegiatan investasi portofolio asing dalam pasar modal telah dikenal di Indonesia sejak zaman kolonial. Pasar Modal Indonesia bermula dari “Vereniging voor de Effecten Handel” yang didirikan di Batavia Jakarta saat ini tanggal 14 Desember 1912, kemudian diikuti berdirinya bursa efek di Surabaya tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang tanggal 1 Agustus 1925. Efek yang diperdagangkan terdiri dari saham dan obligasi perusahaan perkebunan Belanda di Indonesia dan sertifikat saham Amerika yang dikeluarkan Kantor Administrasi di Belanda. Pada tanggal 10 Mei 1940, ketiga pasar modal tersebut terpaksa ditutup karena situasi Negeri Belanda yang sedang kacau akibat serangan Jerman di awal Perang Dunia II. Kebanyakan saham Belanda dan saham Indonesia dimiliki oleh orang-orang Jerman sehingga semua efek-efek harus disimpan dalam bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda. Bursa Efek Jakarta diaktifkan kembali pada tahun 1952, tetapi aktivitas investasi portofolio asing jika dibandingkan dengan periode sebelumnya semakin menurun mengingat tekanan sistem ekonomi terpimpin yang merusak kekuatan pasar aset di Indonesia waktu itu. Selain itu, suku bunga atau dividen yang diterapkan di bursa efek jauh lebih rendah dibanding suku bunga di pasaran bebas sebesar 15 persen per bulan Putro, 1978. Adanya gejolak politik dan ekonomi di Indonesia telah menimbulkan peningkatan risiko dalam portofolio saham. Pada awal kemerdekaan, sebagian pialang di kota-kota mendatangi tempat praktek dokter sebagai orang terpercaya