Ancaman Investasi Portofolio Asing Penelitian Terdahulu

15 Di sisi lain, adanya kompetisi diantara pemodal akan mendorong pertumbuhan pasar modal domestik. Kompetisi ini menciptakan teknologi keuangan dan informasi yang lebih canggih, sehingga membawa efisiensi alokasi kapital dan risk sharing . Peningkatan efisiensi tersebut terjadi karena adanya internasionalisasi yang membuat pasar menjadi lebih likuid, selanjutnya cost of capital foreign semakin murah karena portofolio asing menjadi dapat didiversifikasi diantara negara-negara.

2.3. Ancaman Investasi Portofolio Asing

Investasi portofolio asing merupakan sumber pendanaan prospektif bagi negara-negara di seluruh dunia, terutama negara berkembang, tetapi di sisi lain aliran investasi portofolio asing perlu diawasi mengingat bahwa prinsip arus investasi yang akan menurun pada saat risiko usaha meningkat. Investor asing dapat menarik modalnya dengan cepat dari lembaga-lembaga usaha di negara berkembang yang perekonomiannya belum mapan, sehingga dapat menciptakan keterpurukan ekonomi yang lebih besar. Menurut Todaro dan Smith 2004, negara-negara berkembang yang terlalu mengandalkan arus masuk dana-dana investasi portofolio asing untuk menutupi kelemahan-kelemahan dasar struktural dalam bidang ekonominya harus menangggung konsekuensi-konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Para investor asing tidak memiliki kepedulian terhadap kepentingan-kepentingan pembangunan di negara dimana mereka beroperasi. Jika suku bunga yang berlaku di negara maju naik atau tingkat keuntungan dari melakukan investasi di negara-negara berkembang mulai menurun, maka para spekulan dan investor asing akan menarik dananya dengan cepat. Keinginan negara berkembang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang akan 16 tergeser dengan pelarian modal yang spekulatif. Keruntuhan sektor moneter di Asia pada tahun 1997, di Rusia pada tahun 1998, ketidakpastian mata uang Brazil pada tahun 1999, dan krisis Argentina pada periode 2000-2001 menjadi sebagian bukti bahwa kebijakan atau pengawasan atas arus modal asing yang masuk perlu ditingkatkan untuk mencegah runtuhnya perekonomian, terutama bagi emerging country stock markets. Selain itu, penetapan nilai tukar mata uang asing yang terlalu tinggi sehingga dapat menyebabkan defisit besar pada Balance of Payment akan mengarah pada goyahnya stabilitas di pasar uang dan perekonomian negara berkembang secara keseluruhan.

2.4. Hubungan Variabel Makroekonomi dengan Investasi Portofolio Asing

2.4.1. Produk Domestik Bruto PDB

Ketertutupan masa pemerintahan Indonesia Orde Lama yang menolak investasi asing yang masuk ke dalam negeri telah memengaruhi pertumbuhan investasi portofolio asing di Indonesia, namun setelah dikeluarkannya Undang- Undang Investasi Nomor 11 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing telah mampu membawa Indonesia dalam integrasi perekonomian internasional. Hal ini terbukti dengan dikeluarkannya paket kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi berupa penyederhanaan tata cara impor barang modal, pelunakan syarat-syarat investasi dan perangsangan investasi guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia Dumairy, 1996. Sasaran umum tingkat investasi yang ditargetkan oleh pemerintah terkendala atas tantangan internal dan eksternal yang mengakibatkan peningkatan risk aversion bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Tantangan internal 17 seperti ketersediaan sarana dan prasarana perekonomian yang belum memadai misalnya barang publik, kepastian hukum bagi investor kurang terjamin, kelangkaan tenaga kerja terampil, rendahnya produktivitas pekerja dan efisiensi produksi. Permasalahan internal tersebut selanjutnya memengaruhi jumlah produksi barang domestik dan memperlambat pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan Produk Domestik Bruto. Aggarwal, et al. 2003 menemukan bahwa aliran investasi portofolio dari negara maju terutama Amerika Serikat lebih besar tertuju pada negara-negara emerging market dengan Produk Domestik Bruto yang lebih mapan. Bagian investasi portofolio terendah ditujukan bagi negara berkembang dengan kerangka hukum investasi yang kurang jelas, standar akuntansi rendah serta transparansi dan perlindungan investor yang rendah. International Finance Corporation IFC mengklasifikasikan pasar modal suatu negara sebagai emerging market jika memenuhi salah satu dari kriteria berikut: 1. Negara tersebut memiliki pendapatan menengah ke bawah dalam perekonomian global, sesuai definisi Bank Dunia yang menargetkan Produk Domestik Bruto per kapita kurang dari 9,656 dollar AS untuk tiga tahun berturut-turut. 2. Kapitalisasi pasar modal relatif rendah terhadap tingkat Produk Domestik Bruto. Produk Domestik Bruto yang lebih mapan menjadi referensi yang baik bagi penilaian investor asing terhadap berbagai faktor penghindaran risiko modal. Produk Domestik Bruto merupakan salah satu ukuran bagi investor asing dalam menempatkan modalnya di negara berkembang, hal ini terkait dengan growing 18 investor confidence , yakni adanya faktor kepercayaan terhadap gejolak resiko dalam perekonomian jika pertumbuhan ekonomi mapan Ralhan, 2006. Tantangan eksternal melalui perbedaan-perbedaan tingkat Produk Domestik Bruto telah meningkatkan persaingan iklim investasi antara negara berkembang dengan negara maju, dan antara negara berkembang dengan negara berkembang. Indonesia pada masa Orde Lama dan Orde Baru memiliki persaingan yang tinggi atas negara-negara wilayah Asia Pasifik.

2.4.2. Kurs Mata Uang

Menurut Mankiw 2000, kurs nominal didefinisikan sebagai harga relatif dari mata uang dua negara, sedangkan kurs riil adalah kurs nominal dikalikan dengan harga barang domestik dibagi harga barang luar negeri. Sistem kurs pada dasarnya terdiri atas tiga jenis, yaitu: 1 fixed exchange rate, 2 managed floating exchange rate , dan 3 floating exchange rate. Indonesia menerapkan floating exchange rate sejak 14 Agustus 1997 hingga sekarang. Sistem ini ditempuh sebagai reaksi pemerintah dalam menghadapi besarnya gejolak dan cepatnya pelemahan nilai tukar rupiah pada sekitar Juli-Agustus 1997 yang mendorong investor asing menarik dananya secara besar-besaran dari Indonesia. Pada sistem nilai tukar mengambang floating exchange rate, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dengan demikian, nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan penawaran di atas permintaan domestik, dan nilai tukar akan melemah apabila terjadi kelebihan permintaan domestik di atas penawaran yang ada di pasar valuta asing. Perkembangan nilai tukar dapat memengaruhi perkembangan penawaran dan 19 permintaan agregat, dan selanjutnya output dan harga. Dalam sistem nilai tukar mengambang, kebijakan moneter ekspansif oleh bank sentral akan mendorong depresiasi mata uang domestik dan meningkatkan harga barang impor, dan pada gilirannya akan menurunkan investasi portofolio asing yang masuk ke Indonesia karena menurunkan return atas modal asing yang ditanamkan. Abdalla dan Murinde dalam Bapepam-LK 2008 menjelaskan bahwa dalam era liberalisasi keuangan internasional, ekonomi negara berkembang saat ini dipengaruhi oleh fluktuasi kurs mata uang baik pada tingkat mikro maupun makro. Negara-negara emerging market telah memberlakukan atau meninggalkan kurs tetap pegged arrangement towards exchange rate system seiring dengan negara tersebut sedang meningkatkan peranan pasar modalnya. Indonesia telah mempertegas Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar tersebut melalui Undang-Undang Nomor 24 tahun 1999. Perubahan kebijakan nilai tukar Indonesia ke dalam sistem nilai tukar mengambang bebas floating exchange rate mampu memperbaiki kondisi pasar modal Indonesia yang mengalami perkembangan yang luar biasa sejak 1999 dan bahkan tercatat sebagai nomor dua terbaik di dunia pada tahun 2003 Dewi, 2005. Sistem nilai kurs yang diberlakukan oleh Indonesia sebagai salah satu negara berkembang akan memengaruhi aliran investasi portofolio asing ke Indonesia dan perubahan ini dapat dijelaskan melalui konsep penawaran atau permintaan mata uang asing khususnya dollar AS. Jumlah dollar yang ditawarkan dipengaruhi oleh nilai tukar antara dollar dengan rupiah. Selain itu, dollar yang masuk juga akan dipengaruhi oleh jumlah ekspor Indonesia dan pemberian piutang oleh asing kepada 20 masyarakat atau pemerintah Indonesia. Sehingga, persamaan penawaran dollar Q S ke Indonesia dapat dituliskan sebagai berikut: Q S = f {e, S 2.1 Gambar 2.1a menjelaskan perubahan penawaran dollar dan dampaknya terhadap aliran investasi portofolio asing ke Indonesia. S menggambarkan jumlah modal asing masuk, ekspor dan piutang oleh asing kepada Indonesia. Jika semua faktor S menurun maka kurva S akan bergeser ke kiri atas. Hal ini berarti jumlah dollar yang ditawarkan menurun dari jumlah awal, sehingga harga dollar meningkat karena permintaan dollar yang melebihi penawaran dollar. Peningkatan harga dollar pada gilirannya akan membuat rupiah terdepresiasi pergerakan meningkat kurs E 1 menjadi kurs E 2 . Depresiasi akan menyebabkan harga aset saham semakin tinggi, sehingga aliran investasi portofolio akan berkurang karena cost of capital meningkat. E Rp E Rp S 1 S E 2 S E 1 E 1 D E 2 D 1 D Q Q Q 2 Q 1 Q 2 Q 1 Sumber: Dewi 2005 a. Penawaran Dollar b. Permintaan Dollar Gambar 2.1. Penawaran dan Permintaan Dollar 21 Gambar 2.1b menggambarkan perubahan permintaan Indonesia terhadap dollar. Permintaan dollar akan dipengaruhi oleh nilai tukar kedua mata uang, impor Indonesia, jumlah utang luar negeri dan capital outflow, sehingga persamaannya dapat ditulis sebagai berikut: Q D = f {e, D 2.2 Jika D menurun maka kurva demand akan bergeser ke kiri, yang berarti jumlah dollar yang diminta menurun. Hal ini akan menyebabkan harga dollar akan menurun sehingga rupiah mengalami apresiasi pergerakan menurun kurs E 1 menjadi kurs E 2 . Apresiasi akan menyebabkan harga aset saham menurun, sehingga aliran investasi portofolio akan meningkat karena cost of capital berkurang. 2.4.3. LIBOR London Interbank Offered Rate London Interbank Offered Rate atau lebih dikenal juga dengan singkatan LIBOR merupakan kurs referensi harian dari suku bunga yang ditawarkan dalam pemberian pinjaman tanpa jaminan oleh suatu bank kepada bank lainnya di pasar uang London atau pasar uang antar bank. Suku bunga LIBOR digunakan secara luas sebagai suatu kurs referensi untuk suatu instrumen keuangan seperti pada swap suku bunga. Swap mengindikasikan perbedaan kurs spot dengan kurs di masa mendatang forward exchange rate. Jika suku bunga domestik dengan suku bunga luar negeri sama dengan tingkat swap, maka masyarakat tidak akan memperoleh keuntungan dengan melakukan investasi di luar negeri. Dalam teori ekonomi internasional, hubungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: i-i = 慲 2.3 22 Dimana: i = suku bunga tabungan domestik dalam mata uang domestik i = suku bunga tabungan internasional dalam mata uang asing f = nilai tukar di masa mendatang forward exchange rate e = nilai tukar spot Persamaan bagian kiri menggambarkan tingkat kerugian atau keuntungan atas modal yang ditanamkan investor jika menyimpan aset dalam mata uang domestik. Jika ii, berarti investor akan mengalami kerugian bila menyimpan aset domestik, demikian sebaliknya. Persamaan bagian kanan memperlihatkan risiko atau laba dalam penanaman modal jika terjadi perubahan nilai tukar. Jika ii fe, maka akan lebih menguntungkan bila menyimpan aset domestik karena laba dari perbedaan suku bunga domestik dengan suku bunga internasional lebih besar daripada laba dari perbedaan nilai tukar sekarang dengan nilai tukar masa mendatang, demikian pula sebaliknya. Suku bunga berbanding terbalik dengan harga aset finansial seperti saham dan obligasi. Artinya, naiknya suku bunga akan diiringi oleh penurunan harga aset finansial sehingga menurunkan capital gain. Jika seseorang memiliki dana pribadi, maka suku bunga dikalikan jumlah dana menjadi opportunity cost yang harus dikorbankan bila dana tersebut digunakan untuk belanja investasi, karena semakin tinggi tingkat bunga maka akan semakin besar keuntungan yang diperoleh bila dana ini ditempatkan dalam bentuk tabungan. 23

2.4.4. Jumlah Uang Beredar Money Supply

Dalam literatur ekonomi moneter, kajian mengenai mekanisme transmisi kebijakan moneter pada awalnya mengacu pada peranan uang dalam perekonomian, yang pertama kali dijelaskan oleh Teori Kuantitas Uang Quantity Theory of Money. Teori ini pada dasarnya menggambarkan analisis hubungan langsung yang sistematis antara pertumbuhan jumlah uang beredar dan inflasi, yang dinyatakan dalam suatu identitas yang dikenal sebagai “The Equation of Echange”: MV = PT 2.4 Jumlah uang beredar M dikalikan dengan tingkat perputaran uang V sama dengan volume output atau transaksi ekonomi secara riil T dikalikan dengan tingkat harga P. Dengan kata lain, dalam keseimbangan jumlah uang beredar yang digunakan dalam seluruh kegiatan transaksi ekonomi MV sama dengan jumlah output yang dihitung dengan harga yang berlaku-ditransaksikan PT. Berdasarkan mekanisme transmisi ini, dalam jangka pendek pertumbuhan jumlah uang beredar hanya memengaruhi perkembangan output riil. Selanjutnya, dalam jangka menengah pertumbuhan jumlah uang beredar akan mendorong kenaikan harga inflasi, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan tingkat investasi usaha sehingga perkembangan output riil menuju posisi semula. Dalam keseimbangan jangka panjang, pertumbuhan jumlah uang beredar tidak berpengaruh pada perkembangan output riil, tetapi mendorong kenaikan laju inflasi dan menurunkan investasi secara proporsional karena kerentanan perekonomian yang besar. 24 Dalam perkembangan selanjutnya, selain jalur moneter langsung direct monetary channel, hubungan mekanisme transmisi moneter terhadap tingkat investasi pada umumnya juga dapat terjadi melalui jalur harga aset assets price channel . Mekanisme transmisi melalui harga aset menekankan bahwa kebijakan moneter berpengaruh pada perubahan harga aset, seperti saham dan obligasi atau kekayaan masyarakat lainnya, yang selanjutnya memengaruhi pengeluaran investasi. Apabila bank sentral melakukan kebijakan moneter kontraktif, maka hal tersebut akan mendorong peningkatan suku bunga, dan pada gilirannya akan menekan harga pasar aset perusahaan. Penurunan harga aset dapat berakibat pada dua hal. Pertama, mengurangi kemampuan perusahaan untuk melakukan ekspansi. Kedua, menurunkan nilai kekayaan dan pendapatan, sehingga mengurangi pengeluaran investasi. Secara keseluruhan, kedua hal tersebut berdampak pada penurunan pengeluaran agregat. Sumber: Warjiyo 2004 Gambar 2.2. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Harga Aset

2.4.5. Inflasi

Mishkin 2001 mendefinisikan inflasi sebagai keadaan dimana terjadi peningkatan harga umum secara terus-menerus. Penyebab inflasi ada dua, yaitu cost-push inflation dan demand-pull inflation. Cost-push inflation terjadi karena adanya tekanan biaya produksi. Demand-pull inflation terjadi karena permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang terlalu tinggi. Kaum Monetaris berpendapat Kebijakan Moneter Jumlah Uang Beredar Suku Bunga Harga Aset Investasi 25 bahwa inflasi merupakan fenomena moneter karena terjadi akibat money supply yang tinggi. Kaum Keynesian mengatakan bahwa perpaduan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter merupakan cara untuk mengendalikan inflasi yang terjadi. Inflasi menunjukkan kerentanan perekonomian suatu negara sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap kepercayaan pemodal asing akan prospek pendapatan yang akan diperolehnya di negara tersebut. Ketidakpastian inflasi memengaruhi komposisi dari aset-aset finansial. Kenaikan ekspektasi inflasi membuat nilai hutang jangka pendek tetap tetapi menurunkan nilai nominal dan kemudian riil dari obligasi dan saham.

2.4.6. Net Ekspor

Transaksi berjalan merangkum aliran dana antara satu negara tertentu dengan seluruh negara lain sebagai akibat dari pembelian barang-barang atau jasa. Defisit transaksi berjalan menjelaskan arus dana yang keluar dari suatu negara lebih besar dari dana-dana yang masuk. Komponen transaksi berjalan terdiri dari neraca perdagangan dan neraca barang dan jasa. Mankiw 2000 menjelaskan bahwa neraca perdagangan atau net ekspor secara sederhana merupakan selisih antara ekspor dan impor, dan dapat dituliskan dalam persamaan berikut: Nx = X – M 2.5 Apabila net ekspor surplus, berarti tingkat perdagangan domestik melalui kegiatan ekspor lebih besar daripada kegiatan impor yang mengakibatkan negara menjadi surplus dalam transaksi berjalan current account balance. Besarnya jumlah ekspor akan memengaruhi penawaran dollar atau investasi portofolio. Sebaliknya, apabila impor suatu negara melebihi ekspornya, maka negara tersebut mengalami 26 defisit transaksi berjalan. Secara sederhana, defisit transaksi berjalan mengindikasikan bahwa semakin kecilnya investasi portofolio asing yang masuk ke dalam pasar modal berdasarkan nilai net ekspor yang mengalami penurunan. Aktifitas impor yang lebih mudah merupakan hasil dari pengurangan tekanan gap kurs mata uang akibat aliran investasi portofolio asing.

2.4.7. Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN

Realisasi investasi masyarakat domestik suatu negara akan mendorong pertumbuhan perekonomian lokal. Pertumbuhan perusahaan lokal akan mengarah pada peningkatan keperluan dana untuk kegiatan ekspansi usaha. Dana investasi dari pihak asing merupakan salah satu sumber pembiayaan melalui aset domestik yang ditawarkan. Peningkatan investasi domestik langsung akan memperbesar equity holdings sehingga meningkatkan keaktifan investor asing dalam pasar saham. Perubahan penanaman investasi asing pada negara berkembang dipengaruhi oleh perubahan investasi langsung oleh masyarakat domestik UNCTAD, 2006. Menurut Dumairy 1996, penanaman modal dalam negeri merupakan salah satu cara untuk membentuk modal domestik bruto dan memengaruhi sumbangan investasi terhadap pertumbuhan nasional. Rendahnya realisasi investasi portofolio asing di Indonesia disebabkan oleh dua sifat dasar. Pertama, bersifat subyektif- internal, berkaitan dengan keadaan perekonomian Indonesia termasuk keadaan calon investor domestik yang memiliki kemampuan modal yang kecil untuk membangun perekonomian. Kedua, bersifat obyektif-eksternal, berkaitan dengan keadaan perekonomian internasional yang lebih menarik dan mendukung keinginan asing untuk memindahkan modalnya. 27

2.4.8. Dummy Krisis Minyak Dunia Tahun 2005

Laju pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2005 cenderung melambat sebesar 4,8 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 5,3 persen berkenaan dengan adanya kecenderungan krisis minyak dunia yang menguat. Harga minyak dunia yang mencapai level di atas USD 70 per barel pada bulan Agustus 2005 dari sekitar USD 42,12 per barel pada awal tahun mempunyai dampak atas peningkatan laju inflasi dunia Bapepam-LK, 2009. Di samping itu, badai Katrina juga menjadi faktor pendorong melambungnya harga minyak dunia karena menyebabkan terganggunya produksi minyak dan gas di Amerika Serikat. Krisis minyak yang terjadi pada tahun 2005 sangat berpengaruh terhadap perkembangan aliran keuangan dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Sisi positif atas krisis minyak dunia yang terjadi adalah adanya tren peningkatan investasi portofolio oleh investor-investor asing ke negara berkembang. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,8 persen pada tahun 2004 menjadi 5,7 persen pada tahun 2005 Bank Indonesia, 2009. Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh peningkatan kapitalisasi pasar modal Indonesia. Nilai kapitalisasi pasar di BEJ meningkat sebesar 17,8 persen dari Rp.679,9 triliun di tahun 2004 menjadi Rp.801,3 triliun di tahun 2005 dan total nilai transaksi di BEJ meningkat sebesar 64,37 persen dari Rp.247 triliun di tahun 2004 menjadi Rp 406 triliun di tahun 2005 Bapepam-LK, 2005. Selain itu, adanya program-program penanganan krisis secara cepat dari pemerintah juga turut mendorong peningkatan investasi portofolio asing di Indonesia pada tahun-tahun berikutnya. 28

2.5. Penelitian Terdahulu

Harni 2004 dalam penelitiannya tentang Analisis Pengaruh Suku Bunga, Produk Domestik Bruto dan Investasi Asing Langsung terhadap Investasi Swasta Indonesia 1970-2004, menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap investasi swasta. Kenaikan suku bunga sebesar satu persen akan menyebabkan penurunan investasi sebesar 2.077,440 milyar rupiah. Selain itu, Produk Domestik Bruto dan investasi asing langsung periode sebelumnya berpengaruh positif terhadap investasi swasta, yang artinya kenaikan Produk Domestik Bruto sebesar satu milyar rupiah akan menyebabkan kenaikan investasi swasta sebesar 6.741 milyar rupiah dan kenaikan investasi asing langsung periode sebelumnya sebesar satu juta rupiah menyebabkan peningkatan investasi swasta sebesar 0.001 milyar rupiah, cateris paribus . Penelitian Ralhan 2006 dengan menggunakan data International Financial Statistics dengan periode waktu 1970-1994 ditujukan untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang memengaruhi aliran investasi portofolio ke delapan negara: Australia, India, Indonesia, Argentina, Brazil, Chili, Kolumbia dan Meksiko. Adapun hasil penelitiannya bahwa Produk Domestik Bruto signifikan terhadap keinginan investor asing untuk menanamkam modalnya di negara-negara tersebut. Sedangkan LIBOR London Interbank Offered Rate tidak signifikan dalam penelitiannya. Tim Studi BAPEPAM-LK 2008 dalam penelitian Analisis Hubungan Kointegrasi dan Hubungan Kausalitas serta Hubungan Dinamis Antara Aliran Modal Asing, Perubahan Nilai Tukar dan Pergerakan IHSG di Pasar Modal Indonesia, menggunakan metode Multivariate Johansen Cointegration dan Granger Causality 29 menunjukkan bahwa aliran investasi portofolio asing mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap pergerakan nilai tukar, sedangkan IHSG lebih mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap aliran investasi portofolio asing. Wibisono 2005 menemukan bahwa variabel makroekonomi seperti nilai tukar Rp-USD, suku bunga deposito, jumlah uang beredar, inflasi dan IHSG satu periode sebelumnya secara signifikan memengaruhi kinerja pasar modal dan meningkatkan investasi portofolio karena ekspektasi yang baik dari pihak investor. Hal ini sama seperti Dewi 2005 yang menemukan bahwa nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap aliran investasi portofolio di Indonesia. Selain itu, dengan menggunakan data triwulan periode 1999.4-2004.4, Dewi 2005 juga memperlihatkan bahwa meningkatnya net ekspor terhadap produk domestik bruto periode sebelumnya berhubungan positif dan mampu meningkatkan aliran masuk investasi portofolio ke Indonesia. Meningkatnya suku bunga internasional LIBOR berhubungan positif dan mampu secara kuat menaikkan aliran masuk investasi portofolio asing ke Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah disebutkan di atas, yaitu penelitian ini lebih menekankan pada keseluruhan faktor-faktor yang memengaruhi perubahan investasi portofolio asing di Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini menggabungkan faktor-faktor parsial dalam penelitian yang telah disebutkan dalam penelitian sebelumnya serta menambahkan faktor Produk Domestik Bruto PDB dan Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN sebagai variabel dependen yang memengaruhi perubahan investasi portofolio asing. Data penelitian yang digunakan adalah triwulan I:2000-II:2010 sehingga dapat 30 melihat dampak dummy krisis minyak dunia tahun 2005 yang belum ditemukan dalam penelitian sebelumnya. Penelitian ini akan menggunakan metode pendekatan Error Correction Model ECM. Penentuan penggunaan ECM berdasarkan tujuan penelitian untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini karena perubahan salah satu variabel makroekonomi akan memengaruhi perubahan investasi portofolio asing di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang.

2.6. Kerangka Pemikiran