68
6.2.3. Konflik Pengelolaan Sumberdaya Ikan di Perairan Pelabuhanratu
Konflik merupakan gejala yang tidak terhindarkan dalam pengelolaan sumberdaya alam seperti sumberdaya perikanan. Tidak terkecuali dalam pengelolaan
sumberdaya ikan di Pelabuhanratu juga sering terjadi konflik, baik karena alat tangkap maupun karena jalur penangkapan. Secara lengkap konflik yang pernah
terjadi terkait pengelolaan sumberdaya ikan di Pelabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Tipe Konflik Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan di Perairan Pelabuhanratu
No Isu-Isu dan Penyebab
Kelompok yang terlibat Penyelesaian
1 Pada tahun 2005-2006
masuknya rumpon ke Perairan Pelabuhanratu
Kelompok nelayan perahu payang
Kelompok nelayan rumpon
Dinas Kelautan dan Perikanan Sukabumi
Penjelasan tentang penggunaan rumpon
dan bantuan kapal dan alat tangkap bantu
rumpon dari pemerintah
2 Semakin banyaknya
jaring angkat yang beroperasi di Perairan
Pelabuhanratu Kelompok nelayan jaring
angkat Kelompok nelayan jaring
Kelompok nelayan rumpon Mengalihkan
penggunaan jaring angkat menjadi sarana
budidaya laut, seperti budidaya kerang hijau
dan rumput laut.
3 Pelanggaran jalur
penangkapan Kelompok nelayan Purse
Seine Kelompok nelayan non-
Purse Seine Belum terselesaikan
sampai saat ini
4 Beroperasinya kapal luar di dalam Teluk
Pelabuhanratu Kelompok Nelayan di
Pelabuhanratu Kelompok Nelayan Luar
Penjelasan oleh HNSI tentang keberadaan
kapal Sibolga kepada nelayan Pelabuhanratu
Sumber: Data Primer Diolah, 2012 Pertama, konflik yang terjadi antara kelompok nelayan rumpon dengan
kelompok nelayan pengguna perahu payang. Konflik ini terjadi sejak dikenalkannya rumpon kepada nelayan di sekitar Perairan Pelabuhanratu pada tahun 2002. Awalnya,
69
dibangun lima unit rumpon yang dikelola dan dimanfaatkan oleh kelompok nelayan pancing. Penempatan rumpon ini dianggap telah mengganggu jalur penangkapan ikan
oleh kelompok nelayan pengguna jaring, sehingga keberadaan rumpon tidak bertahan lama.
Tahun 2005, Yayasan Anak Nelayan Indonesia YANI memasang kembali dua unit rumpon di Perairan Pelabuhanratu yang dipasang di luar teluk. Ternyata hal
ini juga ditentang oleh kelompok nelayan pengguna jaring karena dianggap telah mengakibatkan hasil tangkapan mereka menurun. Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Sukabumi menggelar pertemuan antara nelayan pancing dengan nelayan rumpon untuk membahas konflik tersebut dan mencari solusinya. Menurut Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi dan kelompok nelayan rumpon, konflik ini terjadi karena kesalahpahaman dari kelompok nelayan jaring khususnya
nelayan payang. Kelompok nelayan payang menganggap bahwa penurunan produksi penangkapan ikan oleh perahu payang akibat keberadaan rumpon di luar Teluk
Pelabuhanratu. Akibatnya, ikan-ikan yang seharusnya bermuara ke dalam teluk menjadi tertahan di rumpon yang dipasang di luar teluk.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi menganggap bahwa alasan kelompok nelayan jaring tersebut tidak masuk akal karena rumpon yang
dipasang kelompok nelayan pancing hanya dua unit sementara teluk sangat luas. Artinya, keberadaan rumpon tidak mengganggu migrasinya ikan ke bagian dalam
teluk Perairan Pelabuhanratu. Sehingga pada akhir tahun 2005 sampai tahun 2006, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi mensosialisasikan rumpon
kepada seluruh nelayan di Perairan Pelabuhanratu. Kegiatan ini dilakukan untuk
70
menghindari terjadinya kesalahpahaman dan memberikan pengetahuan kepada nelayan agar mampu memanfaatkan rumpon. Rumpon dianggap dapat
mengefektifkan penangkapan dan pencarian ikan yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi penangkapan ikan oleh nelayan itu sendiri.
Tahun 2006, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi kembali memasang empat unit rumpon di dalam teluk Perairan Pelabuhanratu dan enam unit
dipasang di luar teluk Perairan Pelabuhanratu. Pemasangan rumpon di dalam teluk dilakukan untuk memperpendek jarak jangkauan dan agar nelayan pemilik perahu
kecil juga dapat memanfaatkannya. Sedangkan pengelolaan seluruh rumpon tersebut diserahkan kepada sepuluh kelompok nelayan pengelola rumpon. Kelompok
pengelola rumpon tidak hanya berasal dari nelayan pengguna pancing saja akan tetapi juga dari nelayan jaring.
Pemasangan rumpon ini ternyata masih meninggalkan konflik di lapangan. Menurut nelayan pengguna payang, konflik masih terjadi karena tidak seluruhnya
nelayan payang dan bagan dilibatkan dalam pembangunan rumpon di Perairan Pelabuhanratu. Akibatnya, masih ada para nelayan yang tidak menerima dan
menikmati keuntungan keberadaan rumpon di Perairan Pelabuhanratu. Sedangkan menurut nelayan pengelola rumpon, konflik masih terjadi karena nelayan payang dan
nelayan bagan belum memahami cara pemanfaatan rumpon dan terbatasnya modal untuk membeli rumpon. Sehingga menurut nelayan pengelola rumpon, konflik
tersebut hanya karena rasa iri diantara sesama nelayan. Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008, penggunaan rumpon semakin
bertambah. Rumpon dianggap sebagai cara penangkapan ikan yang ramah lingkungan
71
dan dapat meningkatkan produksi penangkapan ikan. Nelayan jaring dan bagan yang sebelumnya menolak pemasangan rumpon akhirnya mulai menerima dan
menggunakan rumpon. Akan tetapi keterbatasan dana mengakibatkan belum semua nelayan dapat menggunakna rumpon. Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi telah memberikan bantuan berupa alat tangkap rumpon dan kapal rumpon untuk membantu nelayan kecil. Akan
tetapi menurut hasil wawancara dengan nelayan, yang menikmati bantuan tersebut bukanlah nelayan melainkan pemilik kapal dan pejabat-pejabat daerah. Program
pemerintah ini dinilai tidak tepat sasaran oleh sebagian besar nelayan di Perairan Pelabuhanratu. Namun saat ini konflik antara nelayan pengguna jaring dan bagan
dengan nelayan pengguna rumpon sudah tidak ada lagi. Menurut hasil wawancara dengan nelayan rumpon dan nelayan non-rumpon, konflik ini reda begitu saja karena
diduga konflik ini hanyalah karena rasa iri diantara sesama nelayan.
Gambar 4. Kapal Rumpon Bantuan dari pemerintah
Kedua, konflik lain yang terjadi di Perairan Pelabuhanratu adalah konflik antara kelompok nelayan jaring angkat bagan apung dengan kelompok nelayan
jaring dan kelompok nelayan rumpon. Konflik ini akibat keberadaan jaring angkat.
72
Konflik ini muncul dikarenakan meningkatnya jumlah jaring angkat yang beroperasi di Perairan Pelabuhanratu. Keberadaan jaring angkat ini diduga telah mengganggu
jalur penangkapan ikan kelompok nelayan jaring dan kelompok nelayan rumpon. Sehingga hasil tangkapan kelompok nelayan tersebut mengalami penurunan dan juga
alat tangkapnya menjadi rusak karena tersangkut pada jaring angkat. Bagan merupakan salah satu alat tangkap jaring angkat Lift Net yang
menggunakan alat bantu cahaya light fishing. Jaring angkat adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau bujur sangkar yang direntangkan
atau dibentangkan dengan menggunakan kerangka dari batang kayu atau bambu bingkai kantong jaring sehingga jaring angkat membentuk kantong. Berdasarkan
data dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu tahun 2011, alat tangkap jaring angkat ini tidak memiliki izin usaha baik izin usaha perikanan maupun izin
penangkapan ikan di perairan Pelabuhanratu. Data alat tangkap yang mendapat izin dapat dilihat pada Tabel 21 dan Lampiran 4.
Hasil pantauan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi menduga bahwa keberadaan jaring angkat ini juga telah menyebabkan stok ikan di Perairan
Pelabuhanratu mengalami penurunan. Dugaan ini karena sumberdaya ikan yang tertangkap oleh jaring angkat ini tidak selektif. Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Sukabumi telah mengupayakan cara untuk mengatasi keberadaan jaring angkat yaitu dengan mengalihkan pemanfaatan jaring angkat menjadi sarana
budidaya laut, seperti budidaya kerang hijau dan rumput laut. Dinas Kelautan dan Perikanan telah memperkenalkan budidaya laut dengan memanfaatkan bagan apung,
seperti budidaya kerapu dan budidayakerang hijau pada tahun 2002-2006.
73
Ketiga, konflik lain yang terjadi di Perairan Pelabuhanratu adalah konflik akibat pelanggaran jalur penangkapan. Konflik ini terjadi antara kelompok nelayan
Purse Seine dan kelompok nelayan non-Purse Seine. Berdasarkan hasil wawancara dengan staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi dan nelayan di
sekitar Perairan Pelabuhanratu, terlihat bahwa banyak kapal-kapal besar seperti kapal Purse Seine yang menangkap ikan bukan di jalurnya. Misalnya, kapal yang
seharusnya menangkap ikan di jalur III menangkap ikan di jalur II dan jalur I serta kapal yang seharusnya menangkap ikan di jalur II menangkap ikan di jalur I. Konflik
ini tidak hanya terjadi oleh nelayan Purse Seine akan tetapi juga nelayan pemilik kapal besar lainnya. Hal ini diatur dalam Surat Keputusan Bupati Sukabumi No. 493
Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Izin Usaha Perikanan.
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi yang bekerjasama dengan Polisi Air dan Udara PolAirud,
TNI AL, Syahbandar, POKMASWAS, dan nelayan lainnya telah melakukan pengawasan langsung ke lapangan untuk mengawasi kapal-kapal yang menangkap
ikan di luar jalur tangkapannya. Akan tetapi menurut nelayan kecil, pelanggaran jalur penangkapan ini masih sering terjadi di Perairan Pelabuhanratu.
Sebelumnya pemerintah tidak memberikan Izin Usaha Perikanan IUP kepada kapal Purse Seine. Akan tetapi berdasarkan data dari kantor Syahbandar
2011, pemerintah telah memberikan izin usaha kepada kapal Purse Seine. Secara lengkap data kapal yang mempunyai izin usaha dan alat tangkap yang digunakan di
Perairan Pelabuhanratu apat dilihat pada Tabel 21.
74
Tabel 21. Jumlah Kapal dan Alat Tangkap yang Diberi Izin Usaha di Perairan Pelabuhanratu Tahun 2011
Bulan Jumlah Kapal
Jenis Alat Tangkap Januari
86 Pancing Tonda, Jaring Rampus, Long Line, Pengangkut,
Gill Net Februari
82 Pancing Tonda, Jaring Rampus, Long Line, Pengangkut,
Gill Net, Pancing Rawai Maret
82 Pancing Tonda, Jaring Rampus, Long Line, Pengangkut,
Gill Net April
84 Pancing Tonda, Jaring Rampus, Long Line, Pengangkut,
Gill Net, Pancing Rawai, Purse Seine Mei
73 Pancing Tonda, Jaring Rampus, Long Line, Pengangkut,
Gill Net, Purse Seine Juni
74 Pancing Tonda, Jaring Rampus, Long Line, Pengangkut,
Gill Net Juli
84 Pancing Tonda, Jaring Rampus, Long Line, Pengangkut,
Gill Net, Penelitian Agustus
59 Pancing Tonda, Jaring Rampus, Long Line, Pengangkut,
Gill Net, Purse Seine September
62 Pancing Tonda, Jaring Rampus, Long Line, Pengangkut,
Gill Net Oktober
59 Pancing Tonda, Jaring Rampus, Long Line, Pengangkut,
Gill Net, Pancing Rawai November
63 Pancing Tonda, Jaring Rampus, Long Line, Pengangkut,
Gill Net, Purse Seine Desember
70 Pancing Tonda, Jaring Rampus, Long Line, Pengangkut,
Gill Net
Sumber: PPNP 2011 Diolah Berdasarkan Tabel 21 terlihat bahwa alat tangkap yang dominan digunakan
nelayan di Perairan Pelabuhanratu adalah Long Line dan Pancing Tonda. Secara lengkap jenis kapal dan alat tangkap yang diberi izin usaha dapat dilihat pada
Lampiran 4. Alat tangkap yang dominan digunakan di Perairan Pelabuhanratu dapat dilihat pada Gambar 5.
75
Gambar 5. Alat Tangkap yang Mendapat Izin Usaha di Perairan Pelabuhanratu
Keempat, konflik lain yang sering terjadi akhir-akhir ini di Perairan Pelabuhanratu adalah karena masuknya kapal luar seperti Kapal Sibolga ke wilayah
Pelabuhanratu. Menurut nelayan kecil di Pelabuhanratu, keberadaan kapal-kapal tersebut berdampak menurunnya harga ikan hasil tangkapan mereka. Diduga kapal
Sibolga mengangkut ikan dalam jumlah yang sangat banyak sehingga mematikan harga ikan lokal. Tetapi berdasarkan hasil wawancara dengan Himpunan Nelayan
Seluruh Indonesia HNSI Kabupaten Sukabumi, konflik tersebut hanyalah karena kesalahpahaman nelayan kecil terhadap kedatangan Kapal Sibolga.
Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang petugas pers di Pelabuhanratu, kapal Sibolga tidak memiliki izin penangkapan ikan di perairan Pelabuhanratu dan
kapal Sibolga datang atau masuk ke Pelabuhan Perikanan Pelabuhanratu tidak untuk menangkap ikan melainkan hanya untuk membeli kebutuhan logistik kapal semata
jika mereka kehabisan bahan logistik. Menurut beliau, nelayan di sekitar perairan 50
100 150
200 250
300 350
400 450
J u
m l
a h
Jenis Alat Tangkap
76
Pelabuhanratu hanya salah paham dengan keberadaan kapal tersebut. Sampai saat ini, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kabupaten Sukabumi berupaya menjelaskan
kepada nelayan Pelabuhanratu tentang keberadaan kapal Sibolga di perairan Pelabuhanratu agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi di antara nelayan Pelabuhanratu
dan nelayan Sibolga
6.3. Hak-Hak terhadap Sumberdaya Ikan di Peraiaran Pelabuhanratu Property Right