Hak-Hak terhadap Sumberdaya Ikan di Peraiaran Pelabuhanratu Property Right

76 Pelabuhanratu hanya salah paham dengan keberadaan kapal tersebut. Sampai saat ini, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kabupaten Sukabumi berupaya menjelaskan kepada nelayan Pelabuhanratu tentang keberadaan kapal Sibolga di perairan Pelabuhanratu agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi di antara nelayan Pelabuhanratu dan nelayan Sibolga

6.3. Hak-Hak terhadap Sumberdaya Ikan di Peraiaran Pelabuhanratu Property Right

Hasil pengamatan di lapangan dapat disimpulkan bahwa semua aktor yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di Perairan Pelabuhanratu memiliki hak mengakses dan memanfaatkan sumberdaya ikan. Namun sampai saat ini hak tersebut belum dimanfaatkan oleh pemilik hak. Aktor yang memiliki hak untuk mengatur lebih berada di tangan KUD Mina, Kelompok Pengelola Rumpon, Kelompok Masyarakat Pengawas dan Pemerintah. Hal-hal yang diatur masing-masing aktor tersebut sesuai dengan fungsi dan peranan masing. Identifikasi hak pengelolaan sumberdaya ikan di Pelabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Identifikasi Hak Terhadap Sumberdaya Ikan di Pelabuhanratu No Jenis Hak KUD Mina Kelompok Pengelola Rumpon Kelompok Masyarakat Pengawas HNSI Kelompok Nelayan Informal Pemerintah Daerah 1 Akses dan Memanfaatkan       2 Mengatur     3 Ekslusif   4 Mengalihkan  Sumber: Data Primer, 2012 Diolah 77 Semua aktor dalam pengelolaan sumberdaya ikan di Pelabuhanratu sama- sama memiliki hak untuk mengakses dan memanfaatkan sumberdaya ikan di Perairan Pelabuhanratu tersebut selama aktor-aktor tersebut memiliki kemampuan. Hal ini dikarenakan sifat sumberdaya perikanan yang open access dan common property. Tidak ada satu kelembagaan apapun yang melarang seseorang untuk mengakses dan memanfaatkan sumberdaya perikanan selama seseorang tersebut mengakses dan memanfaatkan sumberdaya tersebut tidak mengganggu orang lain yang memiliki hak yang sama, serta mengikuti aturan yang berlaku. Jika semua aktor memiliki hak akses tetapi tidak semua memiliki hak mengatur dan hak mengelola. Hak ini hanya dimiliki oleh KUD Mina, Kelompok Pengelola Rumpon, Kelompok Masyarakat Pengawas, dan Pemerinah. Aktor-aktor tersebutlah yang berhak mengatur jalannya pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di Pelabuhanratu dan memiliki kekuatan hukum atas hak tersebut. Sedangkan HNSI dan Kelompok Nelayan Informal tidak berhak mengatur jalannya pengelolaan dan pemanfaatan suumberdaya ikan di Perairan Pelabuhanratu. Hak eksklusif hanya dimiliki oleh Kelompok Pengelola Rumpon dan pemerintah. Hanya kedua aktor inilah yang berhak untuk menentukan siapa yang boleh memiliki hak akses dan menentukan apakah hak akses tersebut dapat dialihkan kepada orang lain. Kedua aktor ini punya kendali dalam pengeloaan sumberdaya perikanan, yaitu Kelompok Pengelola Rumpon punya kendali dalam pengeloaan rumpon dan aturan main terkait rumponnya, sedangkan pemerintah punya kendali terkait pengelolaan sumberdaya ikan secara keseluruhan. Hak mengalihkan hanya dimiliki oleh pemerintah. Hanya pemerintah yang berhak menjual atau mengalihkan 78 keempat hak tersebut. Hal ini didukung oleh hak pemerintah yang memiliki kesemua hak dalam pengelolaan sumberdaya ikan. Pemerintah memegang kendali penuh dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di seluruh wilayah perairan Indonesia termasuk wilayah Perairan Pelabuhanratu. Ostrom dan Schlager 1996 mengelompokkan individu atau kelompok berdasarkan hak-hak terhadap sumberdaya alam seperti berikut: 1 Owner, yaitu individu atau kelompok yang memiliki hak akses access right, hak memanfaatkan withdrawal right, hak manajemen management right, hak eksklusif, dan hak mengalihkan. Sesuai pengertian tersebut maka Ower dalam hal ini adalah pemerintah. 2 Proprietor, yaitu individu atau kelompok yang memiliki hak akses, hak memanfaatkan, hak manajemen, dan hak eksklusif. Proprietor dalam pengertian ini adalah Kelompok Pengelola Rumpon. 3 Claimant, yaitu individu atau kelompok yang memiliki hak akses, hak pemanfaatan, dan hak manajemen. Claimant dalam hal ini adalah KUD Mina dan Kelompok Masyarakat Pengawas. 4 Authorized user, yaitu individu atau kelompok yang hanya memiliki hak akses dan hak memanfaatkan. Authorized user dalam hal ini adalah HNSI dan Kelompok Nelayan Informal. 5 Authorized entrant, yaitu individu atau kelompok yang hanya memiliki hak akses saja tanpa memiliki hak-hak lainnya.

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU

7.1. Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

Identifikasi stakeholder dapat dilihat pada Tabel 23. Nilai kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder kemudian dipetakan dalam sebuah gambar seperti terlihat pada Gambar 6. Berdasarkan pemetaan tersebut dapat terlihat bahwa stakeholder yang paling dominan dalam pengelolaan sumberdaya ikan di Pelabuhanratu adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, sedangkan stakeholder yang paling lemah adalah aparat desa dan perbankan. Tabel 23. Identifikasi Stakeholder Pengelolaan Sumberdaya Ikan di Pelabuhanratu No Stakeholder Kepentingan Pengaruh 1 Industri Pengolahan Ikan 3,4 1,6 2 Kementerian Kelautan dan Perikanan RI 3,2 3,8 3 Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Jabar 3,2 3,6 4 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sukabumi 5,0 4,5 5 KUD Mina 3,5 3,5 6 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu 3,7 3,8 7 Satuan Kerja Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Pelabuhanratu 4,2 3,8 8 Perguruan tinggi 3,2 4,0 9 Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kab. Sukabumi 4,3 3,8 10 Kelompok Pengelola Rumpon 4,5 4,6 11 TPI 4,6 4,4 12 Bakul 4,9 4,4 13 Juragantaweu 5,0 5,0 14 POKMASWAS 4,6 4,5 15 Aparat Desa 2,2 2,0 16 Perbankan 2,7 1,7 17 LEPP-M3R 2,7 2,5 18 Polisi Perairan 2,5 3,7 Sumber: Data Primer 2012, diolah