Kelompok Nelayan Formal Kelompok Nelayan Informal Kelompok Pemerintah

85 kepentingan yang berbeda-beda. Akan tetapi, hubungan antar aktor tesebut harus tetap dijaga karena sangan menentukan dalam pengelolaan sumberdaya ikan di Perairan Pelabuhanratu.

7.2.1. Kelompok Nelayan Formal

Kelompok nelayan formal memiliki peran dalam beberapa kegiatan, antara lain: 1. Kelompok Pengelola Rumpon berperan dalam mengelola rumpon yang ada di Perairan Pelabuhanratu. 2. Kelompok Masyarakat Pengawas Sumberdaya Ikan POKMASWAS berperan dalam pengawasan sumberdaya ikan di lapangan. POKMASWAS dibentuk atas inisiatif masyarakat nelayan yang difasilitasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. POKMASWAS juga berperan sebagai mediator antara masyarakat nelayan dengan pemerintahpetugas. 3. Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia HNSI berperan sebagai mediator antara nelayan yang menajdi anggotanya dengan pihak-pihak yang berkepentingan, khususya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, Pihak Perbankan, dan Pihak Swasta.

7.2.2. Kelompok Nelayan Informal

Kelompok nelayan informal di Perairan Pelabuhanratu berperan dalam mengkoordinir nelayan-nelayan di luar angota kelompok nelayan formal. Kelompok nelayan informal ini dianggap sangat berperan dalam menjaga konflik pemanfaatn 86 sumberdaya ikan. Kelompok nelayan informal ini umumnya dikoordinir oleh para seuseupuh orang yang dituakan nelayan di sekitar Perairan Pelabuhanratu. Akan tetapi, selama ini kelompok nelayan informal ini belum banyak dilibatkan dalam pelaksanaan program pembangunan kelautan dan perikanan yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

7.2.3. Kelompok Pemerintah

Kementerian Kelautan dan Perikanan RI KKP-RI berperan dalam mengatur aktivitas Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu PPNP dan Satuan Pengawasan Sumberdaya Ikan Pelabuhanratu. Lembaga ini merupakan perpanjangan kepentingan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI di Perairan Pelabuhanratu. Kedua lembaga ini berada di bawah Direktorat Jenderal yang berbeda. Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu berada di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, sedangkan Satuan Pengawasan Sumberdaya Ikan Pelabuhanratu berada di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Peraturan 16MEN2006 tentang Pelabuhan Perikanan mengatakan bahwa Pelabuhan Perikanan Nusantara berperan dalam mengatur kapal ikan yang datang dan pergi dari pelabuhan. Pelabuhan Perikanan mempunyai fungsi mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran.Daerah operasional kapal ikan yang dilayani oleh PPNP tidak hanya mencakup wilayah 87 perairan Zona Ekonomi Eksklusif ZEE. Berdasarkan keputusan menteri tersebut, Pelabuhan Perikanan dibagi menjadi empat kategori utama. Kategori tersebut antara lain:  PPS Pelabuhan Perikanan Samudera  PPN Pelabuhan Perikanan Nusantara  PPP Pelabuhan Perikanan Pantai  PPI Pelabuhan Perikanan Ikan Kategori ini menurut kapasitas dan kemampuan masing-masing pelabuhan dalam menangani kapal yang datang dan pergi serta letak dan posisi pelabuhan. Karakteristik kelas pelabuhan perikanan tersebut dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Karakteristik Kelas Pelabuhan Perikanan No Kriteria Pelabuhan PPS PPN PPP PPI 1 Daerah operasional kapal ikan yang dilayani Wilayah laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut lepas Wilayah laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial perairan pedalaman dan perairan kepulauan 2 Fasilitas tambatlabuh kapal 60 GT 30 GT 10 GT 3 GT 3 panjang dermaga, dan kedalaman kolam 300 m dan minus 3 m 150 m dan minus 3 m 100 m dan minus 2 m 50 m dan minus 2 m 4 Kapasitas menampung kapal 100 kapal 6.000 GT 75 kapal 2.250 GT 30 kapal 300 GT 20 kapal 60 GT 5 Ekspor ikan Ya Tidak Tidak Tidak 7 Memiliki industri perikanan Ya Ya Tidak Tidak Sumber: Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Peraturan 16MEN2006 tentang Pelabuhan Perikanan 88 Pemerintah daerah memiliki peran yang terlibat secara langsung dalam pengelolaan sumberdaya ikan di Perairan Pelabuhanratu yang terdiri dari beberapa instansi, diantaranya Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. Peran Pemerintah Daerah antara lain adalah: 1. Membuat berbagai regulasi dan strategi implementasinya yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di Pelabuhanratu, 2. Mediator antara pihak nelayan dengan pihak swasta dalam pengembangan usaha perikanan para nelayan, 3. Membina kelompok-kelompok pengawas dan kelompok nelayan dalam upaya membangun perikanan secara berkelanjutan, 4. Mengatur dan membuat berbagai perizinan yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya ikan di Perairan Pelabuhanratu, 5. Mengatur aktivitas di Pelabuhan Perikanan Indonesia PPI dan Tempat Pelelangan Ikan TPI, 6. Memberdayakan kegiatan ekonomi masyarakat pesisir, khususnya nelayan di sekitar Pelabuhanratu. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 32 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Sukabumi, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintah Daerah dan tugas pembantuan di bidang kelautan dan perikanan. Untuk 89 melaksanakan tugas pokok tersebut, berdasarkan Peraturan Bupati Sukabumi Nomor 49 Tahun 2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas dan Perikanan Kabupaten Sukabumi melakukan fungsi antara lain: 1. Penyusunan rencana dan program kerja di bidang kelautan dan perikanan, 2. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang kelautan dan perikanan, 3. Pembinaan, pengendalian dan pengawasan tugas kesekretariatan, bidang pengendalian sumberday kelautan dan perikanan, bidang perikanan budidaya, bidnag pengolahan dan pemasaran hasil kelautan, dan bidang perikanan tangkap, 4. Pelaksanaan tugas pembantuan di bidang kelautan dan perikanan, 5. Pembinaan dan pengolahan administrasi, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan kesiapan, 6. Pemberian rekomendasi teknis untuk penerbitan perizinan oleh dinas terkait, 7. Pembinaan pengelolaan wilayah konservasi kelautan dan perikanan, 8. Pengawasan dan pengendalian teknis pasca penerbitan perizinan, 9. Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Daerah, 10. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja lain, 11. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan tugas, 12. Pelaporan hasil pelaksanaan tugas 90

7.2.4. Kelompok UsahaSwasta