91
7.3. Keterkaitan Antar Aktor
Berdasarkan kerangak berpikir Ostrom 1990, aktor-aktor dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di Perairan Pelabuhanratu yang tergolong dalam
level penentu kebijakan collective choice level antara lain, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, dan Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. Kelompok ini berperan dalam menyusun dan menentukan kabijaka dan aturan main formal dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya ikan di Perairan Pelabuhanratu. Sedangkan yang tergolong dalam level operasional operational choice level yaitu, kelompok usahaswasta,
kelompok nelayan formal, dan kelompok nelayan informal. Berdasarkan hasil analisis aktor pengelolaan sumberdaya ikan di Perairan
Pelabuhanratu diperoleh bahwa selama ini masing-masing aktor dalam menjalankan perannya didasarkan pada keputusan masing-masing aktor. Hal ini disebabkan belum
adanya suatu lembaga yang khusus untuk mengkoordinasikan masing-masing kepentingan aktor. Hal ini menyebabkan sering terjadinya konflik kepentingan dalam
menjalankan ativitasnya.
92
Gambar 7. Keterkaitan Antar Aktor Pengelolaan Sumberdaya Ikan di Perairan Pelabuhanratu
Keterangan: : Garis Koordinasi
: Garis Penyaluran Dana : Garis Konflik
Aktor pemerintah seharusnya dapat menyatukan masing-masing kepentingan aktor, akan tetapi sampai saat ini belum dapat dilakukan secara optimal. Selama ini,
pemerintah lebih cenderung bekerjasama dengan kelompok masyarakat formal daklam menjalankan program kerjanya. Sementara kelompok masyarakat informal
jarang dilibatkan dalam progam kerja pemerintah, padahal kekuatan kelompok masyarakat informal yang umumnya dikendalikan oleh tokoh-tokoh seuseupuh
nelayan di Pelabuhanratu harusnya bias dimanfaatkan. Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia HNSI Kabupaten Sukabumi juga diharapkan dapat menjembatani para
aktor di tingkat masyarakat dalam menyalurkan aspirasinya, akan tetapi sampai saat Collective
Choice Level
Kelompok Pemerintah
Operational Choice Level Kementerian
Kelautan dan Perikanan RI
Dinas Kelautan dan
Perikanan Perguruan
Tinggi Dinas
Kelautan dan Perikanan
Kelompok UsahaSwasta
Kelompok Nelayan
Formal Kelompok
Nelayan Informal
93
ini dinilai masih kurang optimal. Hal ini mengakibatkan munculnya beberapa kelompok nelayan yang tidak percaya terhadap keberadaan HNSI bahkan tidak
mengakuinya. Nelayan kecil umunya memandang bahwa HNSI hanya berpihak kepada para pengusaha perikanan dan pemilik kapal. Sehingga tidak jarang program-
program pemerintah untuk nelayan melalui HNSI cenderung hanya dinikmati oleh para pengusaha dan pemilik kapal. Nelayan kecil menilai program pemerintah berupa
pemberian bantuan sering tidak tepat sasaran. Nelayan kecil hanyalah alat bagi para pengusaha dan pemilik kapal untuk mengusulkan permohonan bantuan yang pada
akhirnya hanya mereka-mereka jugalah yang akan menikmatinya.
7.4. Efektivitas Fungsi Kelembagaan Non-Pasar