Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kebutuhan kayu sebagai bahan bangunan dan bahan baku industri pada saat ini cenderung semakin meningkat, sedangkan pasokan kayu dari hutan alam yang mempunyai diameter besar dan kualitas tinggi sudah tidak mencukupi karena adanya eksploitasi berlebihan, konversi lahan, bencana alam, dan besarnya limbah dari penebangan. Data Kementrian Kehutanan 2012 menyebutkan bahwa Indonesia memiliki hutan seluas 136.88 juta hektar. Namun sampai 2010 tercatat laju deforestasi sebesar 1.125 juta hektar per tahun. Kerusakan hutan tersebut menyebabkan pasokan kayu terutama dari hutan alam menurun. Pasokan kayu tahun 2012 hanya 5 juta m³, merosot 8 dari tahun lalu sebanyak 5.77 juta m³. Meningkatnya kebutuhan kayu sebagai bahan baku struktural yang tidak diiringi dengan meningkatnya pasokan kayu membuat konsumen beralih pada kayu yang berasal dari hutan rakyat untuk dapat memenuhi kebutuhan kayu sebagai bahan baku strukturalnya. Namun pada umumnya kayu dari hutan rakyat diameternya kecil dan kualitasnya kurang baik karena siklus penebangannya yang pendek sehingga belum efektif sebagai komponen struktural. Potensi tegakan hutan rakyat di Indonesia diperkirakan mencapai 39 juta m³ dengan luas areal hutannya mencapai 1.5 juta hektar Wardana, 2005 dalam Muslich, 2006. Kayu manii Maesopsis eminii Engl., merupakan salah satu jenis kayu hutan rakyat yang banyak terdapat di Jawa Barat. Berdasarkan Hasil Rapat Kerja Teknis Departemen Kehutanan tahun 2005 dalam Muslich 2006, disebutkan bahwa potensi kayu manii didaerah Jawa Barat dan Banten mencapai 4.4 juta m³ dengan luas areal 79 ribu ha. Pada awalnya kayu manii kalah bersaing dengan jenis kayu komersial lainnya, terutama kayu dari hutan alam. Namun seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan kayu, permintaan akan kayu rakyat, termasuk kayu manii pun terus meningkat. Hal tersebut sesuai dengan Anonim 2011 yang menyatakan jika di tahun 2005 bahan baku dari hutan tanaman hanya 11,47 juta m 3 , maka tahun 2010 sudah mencapai 35,82 juta m3. Seiring semakin berkembangnya teknologi rekayasa kayu maka penggunaan kayu-kayu yang berdiameter kecil dan berkualitas rendah dari hutan rakyat dapat dimodifikasikan dalam pembuatan produk untuk bahan struktural yang berkualitas tinggi. Salah satu produk baru rekayasa kayu adalah produk cross laminated timber CLT. Menurut Perkins dan McCloskey 2010, CLT dibentuk dengan 3 sampai 7 lapisan kayu atau papan yang disusun satu sama lain secara bersilangan dan direkatkan bersama dengan tekanan hidrolik pada seluruh bagian permukaan atau dapat dengan dipaku. Setiap lapisan terdiri dari papan dengan berbagai ketebalan laminasi. Modifikasi produk dalam proses pembuatan CLT adalah dengan melakukan kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina menggunakan sistem sambungan paku. Seperti diketahui kayu mempunyai sifat anisotropik yaitu sifat kayu yang menunjukkan perbedaan sifat-sifat pada bidang orientasinya atau kemampuan kayu dalam menerima beban yang bekerja padanya tidak sama tergantung dari arah seratnya. Penataan lapisan lamina yang bersilang pada panel CLT diharapkan dapat memberikan nilai kekuatan, kekakuan, dan kestabilan struktur yang lebih baik sehingga jenis-jenis kayu hutan rakyat dapat digunakan sebagai bahan struktural. Hasil penelitian Mardiyanto 2012 mengenai pembuatan panel CLT kayu manii menggunakan perekat Isosianat CLT-Isosianat menunjukkan panel CLT yang dibuat mempunyai stabilitas dimensi yang baik serta kekakuan dan kekuatan lentur yang relatif tinggi. MOE panel CLT-Isosianat sebesar 43802 kgcm 2 dan MOR panel tersebut mencapai 311 kgcm 2 . Oleh karena itu menarik jika dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pembuatan panel CLT menggunakan paku CLT-Paku supaya kemudian dapat membandingkan karakteristik sifat fisis dan mekanis antara panel CLT-Isosianat dengan CLT-Paku pada beberapa kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina tengah.

1.2 Tujuan Penelitian