yaitu sebesar 0.44 kgcm
3
Mardiyanto 2012. Hal tersebut diduga karena kayu manii yang digunakan walaupun berbeda pohon dan lokasi tempat tumbuhnya
namun jenis dan umur pohon yang digunakan sama. Kerapatan panel yang dihasilkan merupakan salah satu sifat fisis yang
dapat mempengaruhi kualitas panel CLT. Oleh karena itu kerapatan panel CLT diupayakan seseragam mungkin sehingga apabila terdapat perbedaan sifat yang
diujikan maka perbedaan tersebut bukan disebabkan oleh kerapatan panelnya.
4.1.2 Kadar Air
Bowyer et al. 2007 menyatakan bahwa kadar air adalah jumlah air yang terdapat di dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur
BKT nya. Hasil penelitian menunjukkan nilai kadar air panel CLT-Paku berkisar antara 14.64 hingga 16.49 dengan rata-rata kadar air keseluruhan sebesar
15.45. Analisis keragaman Tabel 2 menunjukkan bahwa interaksi antara
ketebalan lamina dengan orientasi sudut berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai kadar air panel CLT pada selang kepercayaan 95. Interaksi tersebur
membentuk pola sebaran nilai kadar air CLT-Paku seperti pada Gambar 16.
Gambar 16 Sebaran nilai rata-rata kadar air panel CLT-Paku menurut interaksi kombinasi tebal dan orientasi sudut lamina
Hasil uji lanjut terhadap interaksi kombinasi tebal dengan orientasi sudut lamina pada besarnya nilai kadar air Lampiran 10 menunjukkan bahwa rata-rata
kadar air panel CLT-Paku A
3
B
4
, A
1
B
3
, dan A
1
B
5
mempunyai nilai kadar air paling tinggi masing-masing sebesar 16.46, 16.09, 16.49 dan kelompok panel
tersebut berbeda nyata kadar airnya terhadap panel lainnya. Pengaruh interaksi kombinasi ketebalan dengan orientasi sudut lamina
terhadap kadar air diduga karena lamina-lamina penyusun panel CLT sebelum disambung masih memiliki kadar air yang belum seragam. Meskipun sebelum
disambung lamina-lamina tersebut sudah dikeringkan terlebih dahulu, namun lamina penyusun panel CLT dengan ketebalan 3 cm masih memiliki kadar air
yang cukup tinggi dibandingkan dengan lamina lainnya. Hal tersebut diduga karena kecepatan pengeringan suatu kayu sangat tergantung dengan ukuran
dimensinya. Kayu yang tebal akan lebih lambat mengering sehingga jika dicampur dengan kayu yang tipis maka akan muncul ketidakoptimalan, sebagian
terlalu kering dan sebagian masih basah. Selain itu ketika proses pengeringan aliran angin dari kipas angin diduga tidak menyebar merata ke seluruh tumpukan
kayu. Hasil penelitian Mardiyanto 2012 menunjukkan nilai rata-rata kadar air
panel CLT-Isosianat sebesar 14.61 lebih rendah dibanding rata-rata kadar air panel CLT-Paku. Namun keduanya masih lebih rendah dari kadar air papan
kontrol yaitu sebesar 16.68. Ketiga nilai kadar air tersebut masih masuk dalam rentang nilai kadar air rata-rata kota Bogor, yaitu 12-18 Gambar 16.
Nilai kadar air papan kontrol yang lebih tinggi dari nilai rata-rata kadar air panel CLT diduga karena papan kontrol tersusun dari satu lamina utuh, sedangkan
panel CLT tersusun oleh tiga lamina dengan ketebalan yang berbeda dan nilai kadar air masing-masing papan lamina tersebut dapat berbeda. Sehingga jika
ketiga lamina penyusun tersebut disambung dapat menaikkan atau menurunkan nilai kadar air masing-masing lamina dan menghasilkan nilai kadar air panel CLT
yang lebih rendah dari papan kontrol. Menurut Tsoumis 1991 kadar air adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kekuatan kayu. Pada umumnya kekuatan kayu akan meningkat dengan berkurangnya kadar air di bawah titik jenuh serat. Peningkatan kekuatan
ini terjadi karena adanya perubahan pada dinding sel yang menjadi semakin
kompak. Unit strukturalnya mikrofibril semakin rapat dan gaya tarik menarik antara rantai molekul selulosa menjadi lebih kuat.
4.1.3 Pengembangan Volume