Produk CLT ini sebagian besar digunakan untuk membentuk elemen lantai, dinding, dan elemen atap. Biasanya dibuat panel hingga panjang 18 m,
yang digunakan untuk struktur panel atap, dinding, dan panel lantai yang mampu mencakup panjang hingga 8 m. Produk CLT dapat dibentuk untuk penggunaan
jendela, pintu, dan fitur arsitektur yang dibuat melengkung dengan radius minimum 8 m Wood Naturally Better, 2010.
Panel CLT dapat dibuat sampai dengan panjang 45-152 cm dan tebal 5-60 cm, dengan lapisan 3, 5, 7 atau lebih. CLT biasanya diproduksi dengan panjang
maksimum 16.50 m, lebar maksimum 2.95 m, dan ketebalan maksimum 0.50 m KLH Massivholz GmbH, 2010.
2.1.2 Keunggulan
Menurut Wood Naturally Better 2010, keunggulan dari produk CLT ini adalah kekuatan dan keseragaman sifatnya. CLT juga memiliki sifat ketahanan
terhadap api, kedap suara, dan kualitas estetika tinggi yang menarik bagi arsitek dan desainer. Sedangkan menurut Crespell dan Sylvain 2011 produk CLT
mempunyai ketahanan terhadap gempa bumi dan kebakaran serta dapat digunakan sebagai pengganti beton pada bangunan tingkat menengah. CLT juga merupakan
salah satu produk yang efisien karena dapat meminimalkan cacat yang ada pada kayu sehingga dapat mengurangi biaya konstruksi.
Keunggulan penggunaan produk CLT menurut Perkins dan McCloskey 2010 antara lain:
a. Biaya Efektif Pemasangan atau pembangunan panel lebih cepat dan keterlambatan
konstruksi lebih sedikit karena CLT merupakan elemen prafabrikasi. Pemasangan CLT cepat dan dalam kondisi kering, sehingga masa pakainya
dapat tahan lama. Pengurangan limbah di tempat pada proses pemasangan elemen dinding,
lantai, maupun atap dapat dikurangi.
b. Keunggulan Kinerja Bangunan Stabilitas dimensi. Pengaruh multi-lapisan papan, pengembangan dan
penyusutan dapat diabaikan. Perlindungan api. Karena ketahanan terhadap penyebaran dan stabilitas
struktural dari ketebalan yang signifikan pada kayu solid. Kekuatan beban bergerak dan gempa bumi. Pemerintah Jepang telah
melakukan tes gempa bumi pada CLT dengan faktor skala 12 Richter Gambar 2
Peluang mutu terlihat. CLT dapat diketam, diamplas, atau disikatdikuas Kenyamanan tempat tinggal. Sifat insulasi suhu dan kelembaban yang
layak, serta mampu mengurangi tingginya kepadatan ruangan. Selain itu panel CLT juga dapat memberikan nilai akustik pada bangunan.
c. Dampak Terhadap Lingkungan Kecil CLT memiliki potensi untuk menjadi elemen penting dalam konstruksi
bangunan yang seluruhnya terbuat dari kayu, dengan sifat positif mengurangi emisi karbon dan penyimpanan karbon karena kayu berasal
dari sumber yang terbarukan atau lestari.
Gambar 1 Penggunaan CLT untuk langit-langit dan dinding Sumber: FP Innovation, 2011
Gambar 2 Pengujiaan ketahanan gempa CLT Sumber : FP Innovation, 2011
2.2 Kayu Manii
Maesopsis eminii Engl.
Kayu Manii merupakan salah satu kayu dari hutan rakyat yang berasal dari famili Rhamnaceae dengan nama latin Maesopsis eminii Engl. Jenis ini
merupakan jenis tumbuhan yang tumbuh pada areal hutan yang terganggu ekosistemnya. Wahyudi et al. 1990 diacu dalam Martiandi 2010 menyebutkan
bahwa kayu manii dikenal dengan nama daerah manii. Ciri umum kayu manii antara lain gubalnya berwarna putih sedangkan bagian terasnya berwarna kuning
sampai kecoklatan. Hal tersebut mengindikasikan kandungan zat ekstraktif kayu manii lebih banyak pada kayu terasnya. Tekstur kayunya sedang sampai kasar dan
berserat lurus berpadu. Kayunya berbau masam dan rasanya pahit. Kayu manii mudah dikeringkan dan mudah diberikan perlakuan pengawetan, tetapi memiliki
tingkat keawetan alami yang rendah Kayu manii merupakan jenis pohon cepat tumbuh dan serbaguna.
Berkekuatan sedang sampai kuat, dapat digunakan untuk konstruksi, kotak, dan tiang. Berat jenis rata-rata kayu manii 0.43 0.34-0.46. Menurut Abdurachman
dan Hadjib 2006, kayu manii tergolong kedalam kelas kuat III dan kelas awet III-IV. Rata-rata nilai kerapatan kayu manii sebesar 0,4 gcm
3
, sedangkan nilai MOE dan MOR masing-masing sebesar 52600 kgcm
2
dan 484 kgcm
2
.
2.3 Sistem Sambungan
Tujuan penyambungan kayu adalah untuk memperoleh panjang yang diinginkan atau membentuk suatu konstruksi rangka batang sesuai dengan yang
diinginkan. Sebuah sambungan pada suatu konstruksi merupakan titik kritis atau terlemah pada konstruksi tersebut. Oleh karena itu, kayu yang akan disambung
harus merupakan pasangan yang cocok dan pas, penyambungan tidak boleh sampai merusak kayu yang disambung tersebut, sesudah sambungan jadi
hendaknya diberi bahan pengawet agar tidak cepat lapuk dan sebaiknya sambungan kayu yang dibuat terlihat dari luar agar mudah untuk dikontrol.
Tular dan Idris 1981 diacu dalam menyatakan bahwa sambungan merupakan titik terlemah dari suatu konstruksi. Sambungan kayu dapat dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu sambungan desak, sambungan tarik, dan sambungan momen. Sedangkan alat-alat sambung dapat digolongkan menjadi empat yaitu 1
paku, baut, skrup kayu, 2 pasak-pasak kayu keras, 3 alat-alat sambung modern, dan 4 perekat Wirjomartono, 1977.
Kekuatan sambungan tergantung pada kekuatan komponen penyusunnya, yaitu kayu yang disambung dan alat sambungnya. Sesuai dengan teori mata rantai
kekuatan sambungan banyak ditentukan oleh komponennya yang terlemah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan sambungan adalah kerapatan kayu,
besarnya beban yang diberikan, dan keadaan alat sambungnya Suryokusumo et al 1980.
2.4 Cross Laminated Timber dengan Sambungan Paku
Paku sebagai alat sambung sudah banyak digunakan baik untuk penyambung perabotan rumah tangga, kusen, pintu, jendela maupun pada struktur
bangunan. Beberapa keuntungan penggunaan paku menurut Yap 1999 adalah : Harga paku murah.
Sambungan bersifat kaku dan sesarannya kecil, sehingga struktur menjadi
lebih kokoh. Pelaksanaan pekerjaan cepat, mudah, dan tidak memerlukan tenaga ahli.
Perlemahan pada tampang tergolong kecil.