Kekakuan Lentur Panel CLT

keragaman kekakuan lentur, kekuatan lentur, dan kekuatan geser pada lentur statis panel CLT-Paku disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis keragaman lentur statis panel CLT-Paku berdasarkan kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina Sumber Keragaman MOE MOR Geser Lentur Kombinasi ketebalan 0.0001 0.0050 0.0139 tn Orientasi sudut 0.0001 0.0001 0.0001 Kombinasi ketebalan dan orientasi sudut 0.0230 tn 0.0551 tn 0.0309 tn Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 99 = Berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan 99

4.3.1.1 Kekakuan Lentur Panel CLT

Sifat kekakuan kayu adalah ukuran kemampuan kayu untuk mempertahankan bentuk aslinya akibat adanya beban yang cenderung mengubah bentuk dan ukuran benda. Sifat kekakuan ini biasanya disimbolkan dengan modulus elastisitas atau Modulus of Elasticity MOE. Modulus of Elasticity menunjukkan perbandingan antara tegangan dan regangan di bawah batas elastis sehingga benda akan kembali ke bentuk semula apabila beban dilepaskan Mardikanto et al., 2011. Tegangan didefinisikan sebagai distribusi gaya per unit luas, sedangkan rengangan adalah perubahan panjang per unit panjang bahan. Modulus elastisitas berkaitan dengan regangan, defleksi dan perubahan bentuk yang terjadi. Hasil pengujian menunjukkan nilai rata-rata MOE panel CLT-Paku berkisar antara 8809 kgcm 2 hingga 19793 kgcm 2 . Sedangkan nilai MOE kontrol lebih tinggi sebesar 58378 kgcm 2 . Hasil penelitian Mardiyanto 2012 menunjukkan nilai MOE panel CLT-Isosianat lebih tinggi dibanding panel CLT- Paku yaitu sebesar 43802 kgcm 2 . Analisis keragaman Tabel 4 menunjukkan bahwa kombinasi ketebalan dan orientasi sudut memberikan pengaruh yang sangat nyata pada selang kepercayaan 99, sedangkan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai MOE panel CLT-Paku. Hasil uji lanjut terhadap pengaruh kombinasi ketebalan lamina Lampiran 12 menunjukkan bahwa kombinasi ketebalan A 1 tidak berbeda dengan kombinasi ketebalan A 2 , tetapi keduanya berbeda dengan kombinasi ketebalan A 3 . Hal tersebut diduga karena pengaruh ketebalan lamina atas atau lamina permukaan panel CLT. Adanya kombinasi ketebalan lamina akan menyebabkan perbedaan letak garis sambung atau garis batas antar lamina penyusun panel CLT yang merupakan letak perlemahan kekuatan panel CLT. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wirjomartono 1977 bahwa pada konstruksi kayu berlapis majemuk, proses penyambungan lamina mengambil peranan sangat penting karena baik buruknya sambungan tergantung pada tempat sambungan. Gambar 18 menyajikan histogram sebaran nilai rata-rata MOE menurut kombinasi ketebalan lamina. Gambar 18 Sebaran rataan MOE panel CLT-Paku menurut kombinasi ketebalan lamina Ketika dikenai beban terpusat, besarnya regangan yang terjadi semakin kecil mendekati garis netral. Hal tersebut menyebabkan nilai kekakuan suatu balok terlentur paling lemah dipermukaannya dan semakin tinggi pada sumbu netral. Hubungan antara tegangan dan regangan terhadap nilai kekakuannya membentuk grafik seperti grafik gaya geser. Sehingga didapatkan urutan nilai rata-rata MOE panel CLT-Paku menurut kombinasi ketebalan dari tinggi ke rendah berturut-turut adalah A 1 -A 3 -A 2 . Hasil penelitian menunjukkan nilai MOE panel CLT-Paku dengan kombinasi ketebalan A 3 sebesar 11636 kgcm 2 lebih rendah dibandingkan A 2 sebesar 14961 kgcm 2 . Hal tersebut diduga karena pada panel CLT ketebalan A 3 terdapat cacat kayu yang tidak terlihat. Hasil uji lanjut terhadap pengaruh orientasi sudut tengah panel CLT-Paku Lampiran 12 menunjukkan bahwa orientasi sudut 0˚ tidak berbeda nyata dengan sudut 45˚ tetapi keduanya berbeda dengan sudut 90˚. Panel CLT-Paku dengan sudut 90˚ B 5 mempunyai nilai MOE terendah sebesar 10744 kgcm 2 sedangkan panel CLT dengan sudut 0˚ B 1 mempunyai nilai MOE tertinggi sebesar 16584 kgcm 2 . Pengaruh orientasi sudut lamina tengah terhadap nilai MOE panel membentuk pola sebaran seperti pada Gambar 19. Gambar 19 Sebaran rataan MOE CLT-Paku menurut orientasi sudut lamina Panel CLT-Paku dengan orientasi sudut 0˚ B 1 mempunyai nilai MOE paling tinggi karena semua lapisan panelnya tersusun secara sejajar sehingga arah seratnya pun sejajar. Dengan demikian nilai MOE papan kontrol menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan nilai MOE panel CLT-Paku dengan berbagai orientasi sudut lamina tengah sehingga dapat dikatakan jika semakin besar orientasi sudut lamina tengah maka nilai MOE akan semakin kecil. Seperti dinyatakan oleh Nugroho 2000 dalam Mardiyanto 2012, apabila beban yang diberikan pada panel dengan sudut tertentu maka MOE panel tersebut akan menurun sebanding dengan meningkatnya sudut yang terjadi. Besarnya MOE CLT-Paku dengan orientasi sudut lamina te ngah 30˚ lebih rendah dari 45˚ diduga karena adanya cacat kayu yang tidak terlihat. Pada Gambar 19 dapat dilihat besarnya MOE panel CLT-Paku hanya 30 dari nilai MOE panel CLT-Isosianat. Hal tersebut didukung dengan Yap 1999 yang menyebutkan jika efisiensi suatu konstruksi kayu tanpa sambungan sama dengan 100, maka konstruksi kayu menggunakan paku hanya 30-50 dari efisiensi konstruksi kayu tanpa sambungannya. Sedangkan jika menggunakan sambungan perekat dianggap tanpa sambungan dan efisiensinya tetap 100.

4.3.1.2 Kekuatan Lentur Panel CLT