BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu  Kayu  untuk  proses  persiapan  bahan  baku,  pembuatan  panel  CLT,  dan
pengujian sifat fisis panel  CLT. Pengujian sifat mekanis panel  CLT dilakukan di Laboratorium  Rekayasa  dan  Desain  Bangunan  Kayu  Departemen  Hasil  Hutan
Fakultas  Kehutanan  Kampus  IPB  Bogor.  Penelitian  dilakukan  dari  bulan September 2011 hingga bulan Juli 2012.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan  baku  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  kayu  manii Maesopsis  eminii  Engl.  dalam  bentuk  sortimen  papan-papan  dari  berbagai
ketebalan  yang  berasal  dari  daerah  Cibungbulan,  Bogor  Gambar  3.  Bahan  lain penelitian  ini  adalah  paku  bulat  diameter  2.7  mm  dengan  panjang  5.1  mm  yang
diperoleh dari perusahaan bangunan disekitar Bogor Gambar 4.
Gambar 3 Papan-papan kayu manii Gambar 4 Paku untuk sambungan panel
CLT Beberapa  alat  yang  digunakan  antara  lain  palu,  kipas  angin,  moisture
meter,  gergaji  mesin  circular  saw,  mesin  serut  planner,  penggaris,  caliper, mesin pemilah elastisitas kayu sederhana papan sortir, timbangan digital, ember,
oven,  dan  desikator.  Pengujian  MOE  dan  MOR  panel  CLT  dilakukan  dengan
menggunakan  UTM  Universal  Testing  Machine  merk  Instron  tipe  3369  Series IX Version 8.27.00 dengan kapasitas beban 5 ton.
3.3 Metode Penelitian
Kegiatan penelitian pembuatan panel CLT dimulai dari pembuatan lamina hingga pengujian sifat fisis dan mekanis panel CLT. Tahapan kegiatan penelitian
secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Tahapan pembuatan panel CLT-Paku
A
1
= 1-3-1 cm A
2
= 2-1-2 cm A
3
= 1.67-1.67-1.67 cm B
1
= 0˚ B
2
= 30˚ B
3
= 45˚ B
4
= 60˚ B
5
= 90˚
Pemilahan Lamina
Pembuatan Papan CLT
Penyusunan Lamina Pemakuan Lamina
Pembuatan Contoh Uji
Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis
ASTM D 143-2005
Karakteristik Panel CLT
Persiapan Bahan Baku
Pembuatan Lamina
Lamina Tebal 1 cm, 1.67 cm, 2 cm, dan 3 cm
Lamina Tengah 0˚, 30˚, 45˚, 60˚, dan 90˚
3.3.1  Pengeringan dan Pembuatan Lamina
Papan-papan  kayu  manii  dengan  ukuran  penampang  tebal  1.5-3.5 cm,
lebar  14  cm  dengan  panjang  125  cm  dikeringkan  secara  alami  dengan  bantuan kipas angin selama
 30 hari atau hingga mencapai kadar air kering udara sekitar   12-17  Gambar  6.  Papan-papan  tersebut  kemudian  digergaji  dan  diserut
menjadi  papan-papan  lamina  dengan  ukuran  panjang  menjadi  120  cm,  lebar  12 cm, dan tebal dengan empat ukuran ketebalan, yaitu ketebalan 1.00 cm sebanyak
45  papan,  ketebalan  1.67  cm  sebanyak  45  papan,  ketebalan  2  cm  sebanyak  30 papan, dan ketebalan 3 cm sebanyak 15 papan. Sebagai kontrol dibuat balok utuh
kayu manii berukuran 5x5x12 cm.
Gambar 6 Pengeringan alami papan-papan kayu manii
3.3.2   Pemilahan Lamina
Pemilihan  lamina  dilakukan  dengan  menggunakan  metode  pemeriksaan secara visual dan mutu lamina ditentukan berdasarkan nilai modulus elastisitasnya
MOE. Metode pemeriksaan  secara  visual dilakukan dengan  mengamati kondisi permukaan  lamina  sehingga  bebas  dari  cacat-cacat  alami  atau  cacat  yang  timbul
akibat  pengeringan.  Pemilahan  lamina  berdasarkan  nilai  modulus  elastisitasnya MOE  dilakukan  dengan  cara  pengujian  sistem  non  destructive  test,
menggunakan  mesin  pemilah  kayu  papan  sortir  Gambar  7.  Prosedur pemilahannya adalah sebagai berikut Surjokusumo et al., 2003 :
1.  Lamina yang akan dipilah diletakkan diatas dua tumpuan.
2.  Beban A P
1
diletakkan diatas lamina tepat diatas deflektometer kemudian diukur besarnya defleksi y
1
. 3.  Beban  standar  B  P2  kemudian  ditambahkan,  angka  pada  deflektometer
dicatat. 4.  Beban diturunkan, lamina dibalik dan dipilah ulang seperti sebelumnya.
Gambar 7 Pemilahan lamina dengan metode non destructive test Dari  pemilahan  tersebut  diperoleh  nilai  modulus  elastisitas  MOE
masing-masing  papan  lamina.  Nilai  tersebut  kemudian  dikelompokkan  menjadi dua kelompok dengan rentang nilai tertentu dan diberi simbol E1 dan E2 dimana
E1    E2.  E1  digunakan  pada  bagian  face  atau  back  sebagai  lamina  sejajar, sedangkan  E2  digunakan  pada  bagian  dalam  core  sebagai  lamina  tengah.  Nilai
MOE  yang  termasuk  dalam  kelompok  E2  atau  lamina  tengah  dipotong  miring dengan lima macam orientasi sudut yaitu sudut 0˚, 30˚, 45˚, 60˚, dan 90˚ Gambar
8.
Gambar 8 Bentuk potongan lamina tengah dengan lima orientasi sudut
3.3.3  Penyusunan Lamina
Prinsip penyusunan lamina-lamina pada panel CLT dilakukan dengan cara mengatur tebal panel 5 cm menurut tiga kombinasi ketebalan lamina A, yaitu
kombinasi  yang  terdiri  dari  lamina  atas  face,  tengah  core,  dan  bawah  back masing  masing  memiliki  tebal  A
1
1-3-1  cm  dan  dengan  cara  yang  sama  untuk kombinasi A
2
2-1-2 cm, dan kombinasi A
3
1.67-1.67-1.67 Gambar 9.
A1 A2
A3 Gambar 9 Penyusunan panel CLT menurut kombinasi ketebalan lamina
Serat lamina atas dan bawah diatur sedemikian rupa sehingga sejajar satu dengan  lainnya,  sedangkan  lamina  tengah  core  didasarkan  atas  orientasi  sudut
lamina  berturut- turut  yaitu  0˚  B
1
,  30˚  B
2
, 45˚  B
3
,  60˚  B
4
,  dan  90˚  B
5
Gambar  10.  Setiap  kombinasi  panel  CLT  dibuat  dalam  tiga  ulangan  sehingga diperoleh total panel CLT sebanyak 45 panel.
Gambar 10 Contoh pola penyusunan panel CLT dengan orientasi sudut lamina tengah  0˚, 60˚, dan 90˚ Sumber : Mardiyanto, 2012
Jumlah  potongan  core  utuh  pada  panel  CLT  dengan  berbagai  orientasi
sudut  adalah  untuk  panel  CLT  dengan  orientasi  sudut  lamina  tengah
30˚  B
2
sebanyak 4 potong , 45˚ B
3
sebanyak 6 potong , 60˚ B
4
sebanyak 7 potong, dan 90˚ B
5
sebanyak 9 potong. Sedangkan pada panel 0˚B
1
, lamina tengah tersusun dari satu papan utuh. Semakin  besar orientasi sudut maka  jumlah potongan pada
core akan semakin banyak.
3.3.4 Pemakuan Panel
Prinsip  pola  pemakuan  panel  CLT  adalah  dengan  mengikuti  bentuk besarnya  orientasi  sudut  dari  lamina  tengah  masing-masing  kombinasi  papan
dengan  jarak  antar  paku  minimum  1.5-2  d.  Jumlah  paku  pada  semua  kombinasi panel  CLT  dibuat  sama,  yaitu  sebanyak  72  paku  pada  sepanjang  bentang  panel
CLT 71 cm. Dengan demikian jumlah paku sepanjang setengah bentang adalah 36 batang dan diatur sedemikian rupa sehingga pola susunan pakunya setangkup
dengan setengah bentang lainnya Gambar 11.
˚
30˚
45˚
60˚
90˚ Gambar 11 Pemakuan panel CLT menurut orientasi sudut lamina
3.3.5 Pembuatan Contoh Uji
Setelah semua panel CLT dipaku, panel dipotong untuk dibuat contoh uji sifat  fisis  maupun  sifat  mekanisnya.  Adapun  pola  pemotongan  contoh  uji  panel
CLT seperti pada Gambar 12.
120 cm
Keterangan : 1. Contoh uji lentur statis MOE dan MOR 5 cm x 12 cm x 76 cm
2. Contoh uji kerapatan dan kadar air 5 cm x 5 cm x 5 cm 3. Contoh uji kembang susut kayu 5 cm x 5 cm x 5 cm
4. Contoh uji kuat lateral paku dan geser paku  6 cm x 8 cm x 5 cm
Gambar 12 Pola pembuatan contoh uji panel CLT
3.3.6 Pengujian Panel Cross Laminated Timber CLT
Pengujian yang diakukan meliputi pengujian sifat fisis dan mekanis untuk mengetahui karakteristik panel CLT menggunakan paku.
3.3.6.1 Pengujian Sifat Fisis
Pengujian  sifat  fisis  panel  CLT  yang  dilakukan  antara  lain  kerapatan   , kadar  air  KA,  pengembangan  volume  KV,  serta  penyusutan  volume  SV.
Pengujian  tersebut  menggunakan  contoh  uji  ukuran  5  cm  x  5  cm  x  5  cm  sesuai pada  standar  ASTM  D  143  2005  tentang  Standard  Methods  of  Testing  Small
Clear Specimens of Timber.
a. Kerapatan �
Kerapatan  merupakan  nilai  dari  berat  contoh  uji  dibagi  dengan  volume contoh  uji  pada  kondisi  kering  udara.  Volume  contoh  uji  diukur  dengan
mengalikan  dimensi  panjang,  lebar,  dan  tebalnya  VKU  dan  selanjutnya ditimbang  untuk  didapatkan  berat  kering  udaranya  BKU.  Nilai  kerapatan
dihitung dengan rumus: =
�
2
1 4
2 3
b. Kadar Air
Kadar air  merupakan  hasil pembagian kandungan berat air terhadap berat kering tanur dari contoh uji yang dinyatakan dalam persen. Berat air adalah selisih
dari  berat  contoh  uji  sebelum  dioven  dikurangi  berat  kering  tanurnya.  Pengujian kerapatan  dan  kadar  air  menggunakan  satu  contoh  uji  yang  sama.  Contoh  uji
dalam  keadaan  kering  udara  ditimbang  beratnya  BKU  dan  dikeringkan  dalam oven  pada  suhu  103  ±  2
o
C  selama  24  jam  atau  sampai  mencapai  berat  konstan kemudian ditimbang sehingga diperoleh berat kering tanur BKT. Nilai kadar air
dihitung dengan rumus: �     =
− 100
c. Kembang Susut