Sistem Sambungan TINJAUAN PUSTAKA

 Penyimpangan arah gaya terhadap arah serat tidak mempengaruhi kekuatan dukung. Wirjomartono 1977 mengatakan bahwa aplikasi paku sebagai alat sambung pada konstruksi kayu pada dasarnya didesain untuk memikul beban geseran dan lenturan. Sadiyo 2010 menyatakan bahwa dari beberapa tipe paku utama yang digunakan dalam aplikasi struktural, maka paku umum dan paku panjang merupakan paku paling luas digunakan di Indonesia. Sama seperti paku lainnya paku umum memiliki ujung paku berbentuk diamond. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam buku Design of Wood Structures, ASDLRFD 2007 dicantumkan panjang paku umum berkisar dari 5.08-15.24 cm dengan diameter berkisar dari 2.87-6.68 mm. Paku umum tersebut terbuat dari kawat baja karbon rendah dengan batang datar lurus dan ujung diamond. Karena diameter paku umum lebih besar dibandingkan diameter tipe paku lainnya, paku umum memiliki kecenderungan melentur yang kecil saat dipukul atau dipalu secara manual. Kekuatan lentur paku umum, box dan paku sinker berdasarkan Tabel NDS National Design Spesification for Wood Construction ASDLRFD 2005 dari kisaran diameter paku 2.87-6.68 mm adalah 70-100 ksi 4922-7031 kgcm2. Paku dapat ditempatkan berdekatan, sangat efektif, dan relatif murah karena biasanya dipakai secara langsung tanpa harus membuat lubang pada kayu Breyer et al. 2007. Penggunaan paku dalam kayu keras mengharuskan dilakukan pengeboran terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya pecah pada kayu. Besarnya lubang bor adalah 0,8 –0,9D dan kedalaman lubang 23 dari tebal kayu Frick dan Moediartianto, 2004. Syarat-syarat yang harus diperhatikan pada sambungan paku menurut PPKI 1961 diacu dalam Yap 1999, antara lain :  Tampang melintang paku yang digunakan dapat berbentuk bulat, persegi atau beralur lurus.  Kekuatan paku tidak tergantung dari besar sudut antara gaya dan arah serat kayu.  Ujung paku yang keluar dari sambungan sebaiknya dibengkokkan tegak lurus arah serat, asalkan pembengkokkan tersebut tidak akan merusak kayu.