Kekuatan Lentur Panel CLT

efisiensi konstruksi kayu tanpa sambungannya. Sedangkan jika menggunakan sambungan perekat dianggap tanpa sambungan dan efisiensinya tetap 100.

4.3.1.2 Kekuatan Lentur Panel CLT

Kekuatan lentur patah atau Modulus of Rupture MOR merupakan sifat mekanis kayu yang berhubungan dengan kekuatan kayu yaitu ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban atau gaya luar yang bekerja padanya hingga mengalami kerusakan. Modulus of Rupture MOR dihitung dari beban maksimum beban pada saat patah dalam uji keteguhan lentur dengan menggunakan pengujian yang sama untuk MOE Bowyer et al, 2007. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai MOR panel CLT-Paku secara keseluruhan berkisar dari 154 –309 kgcm 2 dengan rata-rata umum sebesar 223 kgcm 2 . Sedangkan papan kontrol memiliki nilai MOR sebesar 366 kgcm 2 . Hasil analisis ragam Tabel 4 menunjukkan bahwa kombinasi ketebalan dan orientasi sudut berpengaruh nyata terhadap nilai MOR panel CLT-Paku sedangkan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai MOR panel CLT-Paku pada selang kepercayaan 99. Gambar 20 Sebaran rataan MOR CLT-Paku menurut kombinasi ketebalan lamina Hasil pengujian lanjut nilai MOR panel CLT-Paku terhadap kombinasi ketebalan seperti pada Lampiran 13 menunjukkan bahwa kombinasi ketebalan A 2 tidak berbeda dengan A 3 , tetapi keduanya berbeda dengan kombinasi ketebalan A 1 . Nilai rata-rata MOR masing-masing adalah A 2 244 kgcm 2 , A 3 224 kgcm 2 , dan A 1 203 kgcm 2 Gambar 20. Hasil penelitian menunjukkan panel CLT-Paku dengan kombinasi ketebalan A 2 2-1-2 memiliki rataan nilai MOR tertinggi. Adanya kombinasi ketebalan mempengaruhi kekuatan lentur panel CLT-Paku karena jika panel CLT dikenai beban di tengah bentangnya one point loading maka bagian permukaan panel akan mengalami tegangan tekan dan bagian bawah panel mengalami tegangan tarik maksimal. Tegangan ini secara perlahan-perlahan menurun ke bagian tengah dan menjadi nol pada sumbu netral. Sehingga semakin tebal lamina penyusun bagian permukaan panel CLT atau semakin dekat garis sambung dengan garis netral, maka nilai MOR panel akan semakin tinggi. Dengan demikian urutan besarnya MOR panel CLT-Paku menurut kombinasi ketebalan lamina dari tinggi ke rendah sesuai dengan Gambar 17 yaitu kombinasi A 2 -A 3 -A 1 . Gambar 21 Sebaran rataan MOR panel CLT-Paku menurut orientasi sudut lamina Hasil uji lanjut terhadap pengaruh orientasi sudut panel CLT-Paku Lampiran 13 menunjukkan jika orientasi sudut 0˚ berbeda dengan orientasi sudut 45˚ dan 90˚. Panel CLT-Paku dengan orientasi sudut 90˚ B 5 mempunyai nilai rata-rata MOR terendah sebesar 188 kgcm 2 sedangkan panel CLT dengan sudut 0˚ B 1 mempunyai nilai rata-rata MOR tertinggi sebesar 279 kgcm 2 dan berbeda nyata terhadap orientasi sudut lamina tengah yang lainnya. Gambar 21 menunjukkan terdapat kecenderungan semakin besar orientasi sudut lamina tengah maka nilai MOR panel CLT-Paku akan semakin rendah. Begitu pula pada hasil penelitian Mardiyanto 2012, orientasi sudut lamina tengah yang semakin besar akan menghasilkan nilai MOR panel CLT-Isosianat yang semakin rendah. Nilai MOR panel CLT semakin rendah seiring dengan bertambah besarnya orientasi sudut lamina tengahnya karena pada panel yang disusun sejajar maka arah seratnya sejajar sehingga nilai MOR panel tersebut akan lebih tinggi. Panel CLT dengan sudut 0˚ B 1 tersusun atas serat-serat yang sejajar sehingga mempunyai nilai MOR yang tertinggi dibanding panel CLT dengan orientasi sudut lainnya. Hal tersebut semakin didukung dengan nilai rata-rata MOR panel CLT yang hanya 60 dari MOR papan kontrol Gambar 21. Sama dengan kekakuan lenturnya, nilai kekuatan lentur panel CLT-Paku lebih rendah dibandingkan panel CLT-Isosianat. Hal tersebut disebabkan karena sambungan perekat tidak mengurangi efisiensi panel atau kekuatannya dianggap tetap 100.

4.3.1.3 Kekuatan Geser Pada Lentur Statis