3 3 3 3 3 3 3 Pembuatan kurva baku dan uji linieritas

sebanyak 0,6 mL, untuk tingkat kadar menengah 1,2 mL dan untuk akurasi tingkat kadar tinggi ditambahkan 1,8 mL. Selanjutnya dilakukan perlakuan yang sama seperti pada pembuatan larutan larutan uji pada penetapan kondisi optimum KCKT. Uji akurasi dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan uji ke dalam sistem KCKT sesuai prosedur penetapan kadar yang telah ditentukan dari hasil uji optimasi. Masing-masing sampel dengan 3 tingkat konsentrasi yang berbeda dianalisis sebanyak 6 kali pengulangan. Berdasarkan luas area yang didapat, dengan menggunakan kurva kalibrasi baku selanjutnya dihitung jumlah total vitamin A, vitamin A dari sampel dan rekoveri vitamin A. Akurasi metode dinyatakan sebagai rekoveri yang dihitung dengan menggunakan rumus: Akurasi diterima bila memenuhi kriteria: rekoveri yang diperoleh pada rentang 80–110

3.4.7 Uji selektivitas spesifisitas

Larutan untuk uji selektivitas dibuat dengan cara menimbang dengan saksama sejumlah 2,5 gram sampel minyak goreng sawit yang sama pada uji presisi mengandung vitamin A dengan konsentrasi 45 IUg, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar coklat 25 mL, ditambahkan 2,5 mL n- pentana lalu dikocok sehingga minyak goreng sawit larut, ditambahkan 2,5 mL larutan butil hidroksi toluena 0,25 dalam 2-propanol, 1 mL campuran larutan butil hidroksi anisol BHA, butil hidroksi toluena BHT, propil galat, tersier butil hidrokuinon TBHQ, vitamin D dan vitamin E masing-masing 1000 ppm serta beta karoten 100 ppm dalam 2- propanol dan 10 mL larutan tetra-n-butil amonium hidroksisida 0,1 M dalam 2-propanol, kemudian larutan diencerkan dengan 2-propanol hingga tanda tera, lalu dikocok hingga homogen. Kemudian larutan disaring menggunakan membran filter 0,2 µm dan dilakukan sonifikasi selama 10 menit. Uji selektivitas spesifisitas dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan ke dalam sistem KCKT sesuai prosedur yang telah dipilih pada uji s ti y k la te ti ti ti ti ti ti ti ti t ti ti t t ti ti i ti i t ti ti ti ti ti t ti ti t ti ti t t ti ti t t t i ti t t i ti ti i t t t t t t t t ti t t t ti t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b d d d d d y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y A A A A A A A A A A r r r re r r r r r r r r r r r r r r r r r r r r r r

3.4.7 7

7 U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U U s u d p m c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c B v v v v v v p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p d d d d d d d t ta t t t m m m m m m m m m m la la la la la l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l la l optimasi. Uji selektivitas spesifisitas dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan. Perhitungan kadar dilakukan menggunakan kurva kalibrasi, kadar rata-rata dan SD dari masing-masing uji selektivitas spesifisitas dihitung. Dengan menggunakan uji t, dibandingkan kadar rata-rata dan SD yang diperoleh dari uji selektivitas spesifisitas dengan kadar rata-rata dan SD yang diperoleh dari perhitungan presisi. Selektivitas spesifisitas diterima apabila nilai yang diperoleh dari perhitungan uji t seperti di atas memberikan hasil yang tidak berbeda bermakna.

3.4.8 Uji robustness

Larutan untuk uji selektivitas dibuat dengan cara menimbang dengan saksama sejumlah 2,5 gram sampel minyak goreng sawit yang sama pada uji presisi mengandung vitamin A dengan konsentrasi 45 IUg. Selanjutnya dilakukan perlakuan yang sama seperti pada pembuatan larutan uji pada presisi. Uji robustness dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan uji ke dalam sistem KCKT sesuai prosedur yang telah dipilih pada uji optimasi, namun pada metode tersebut dilakukan sedikit perubahan kecil seperti: perubahan penambahan atau pengurangan jumlah pereaksi yang digunakan, perubahan komposisi fase gerak, perubahan laju alir, dan perubahan merek kolom. Pada penelitian ini, uji dilakukan dengan cara melakukan sedikit perubahan pada: 1. Pengurangan jumlah pereaksi n-pentana 2 mL, larutan antioksidan butil hidroksi toluena 2 mL dan larutan tetra-n-butil amonium hidroksida 9,5 mL 2. Penambahan jumlah pereaksi n-pentana 3 mL, larutan antioksidan butil hidroksi toluena 3 mL dan larutan tetra-n-butil amonium hidroksida 10,5 mL 3. Perubahan komposisi fase gerak menjadi asetonitril : air 81:19 dan laju alir 1,74 mLmenit. 4. Perubahan komposisi fase gerak menjadi asetonitri : air 79:21 dan laju alir 1,76 mLmenit. 3. 3. 3. 3. 3. 3.

3. 3

3. 3

3 3

3 3

3 3

3 3

3. 3

3 3

3. 3

3 3

3 3

3 3

3. 3.

3 3

3 3

3. .

3. .

. 3.

3 3

3 3

3 3

3 3

3 3

3 3

3 3

3 3

3 3

3 3

4 4

4 5. Perubahan penggunakan merek kolom yang berbeda: kolom C 18 panjang 250 mm, diameter dalam 4,6 mm dan ukuran partikel 5 Pm Shimadzu Shim-pack, Jepang. Masing-masing perubahan kondisi pada uji robutsness dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan. Perhitungan kadar dilakukan menggunakan kurva kalibrasi, kadar rata-rata dan SD dari masing-masing uji dihitung. Dengan menggunakan uji t, dibandingkan kadar rata-rata dan SD yang diperoleh dari uji robustness dengan kadar rata-rata dan SD yang diperoleh dari perhitungan presisi. Uji robustness diterima apabila nilai yang diperoleh dari perhitungan uji t seperti di atas memberikan hasil yang tidak