DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2009. Prinsif Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. [AOAC International] Association of Official Analytical Chemist International.
2005. Official Methods of Analysis of AOAC International. Ed ke-18. Gaithersburg.
Augustin J, Barbara PK, Deborah B, Paul BV. 1985. Methods of Vitamin Assay. New York: A Wiley-Interscience.
[Badan POM] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Kategori
Pangan. Jakarta. Bagriansky J dan P Ranum. 1998. Vitamin A Fortification of P. L. 480 Vegetables Oil
[terhubung berkala]. http:pdf.usaid.govpdf_docsPNACK055.pdf
[1 Mar 2011] Berdanier et. all. 2002. Hanbook of Nutrion and Food. Washington DC: CRC Press.
[BP Commision] British Pharmacopoeia Commision. 2009. British Pharmaco-poeia. London.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi. ISOIEC 17025: 2005.
Jakarta. [CE] Council of Europe. 2007. European Pharmacopoia. Strasbourg:
European Directorate for the Quality of Medicine and Health Care.
[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Kodeks Makanan Indonesia.
Jakarta.
[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indo-nesia. Ed
ke-4. Jakarta.
[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009
a
. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta.
[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009
b
. Suplemen I Farma-kope Indonesia. Ed ke-4. Jakarta.
Eitenmiller RR, Lin Ye, WO Landen Jr. 2008. Vitamin Analysis for the Health and Food Sciences. Ed ke-2. Boca Raton: CRC Press.
Favaro, R., J. Ferreira, I. Desai, and J. Dutra de Oliveira. 1991. Studies on Fortification of Refined Soybean Oil with All-trans Retinyl Palmitate in Brazil: Stability During
Cooking and Storage. J. Food Comp. Anal. 4: 237-244. Di dalam:
Hariyadi P. 2011. Teknologi Fortifikasi Vitamin A pada Minyak Sawit. Di dalam: Workshop
Fortifikasi Vitamin A pada Minyak Goreng Sawit; Jakarta, 16 Mar 2011. Jakarta:
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan-Kementrian Perindustrian RI
Gunzler H. 1996. Accreditation and Quality Assurance in Analytical Chemistry. Springer. Di dalam: Siregar CJP, Tomi H. 2007. Praktik Sistem Manaje-men Laboratorium-
Pengujian yang Baik Good Testing-Laboratory Mana-gement System Practice. Jakarta: EGC.
Hadi A. 2007. Pemahaman dan Penerapan ISOIEC 17025-2005: Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi. Jakarta: PT
Granedia Pustaka Utama. Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungan-nya.
Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. 1 No. 3. 117-135 Hariyadi P. 2011. Teknologi Fortifikasi Vitamin A pada Minyak Sawit. Di dalam:
Workshop Fortifikasi Vitamin A pada Minyak Goreng Sawit; Jakarta, 16 Mar 2011. Jakarta: Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Peri-kanan-
Kementrian Perindustrian RI
Johnson EL, Robert S., 1991. Dasar Kromatografi Cair. Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari: Basic Liquid Chromatography.
[Kemperin] Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. 2010. RSNI 3 Minyak Goreng Sawit. Jakarta.
Krisnamurthi B. 2010. Menambahkan Vitamin A pada Minyak Goreng [terhubung berkala].
http:www.koran-jakarta.comberita-detail.php? id=49585 [ 27 Feb
2011] Libman DD. 1966. Vitamin Assay Tested Methods. Verlagsnummer: Omnitypie
Geseeschaft Nachf. Martianto D, SA Marliyati, Komari. 2007. Vitamin A Fortification of Cooking Oil at
Distribution Site Gudeline. Koalisi Fortifikasi Indonesia for Japan Fund for Poverty Reduction Project. Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Martianto D. 2011. Penanggulangan Kurang Vitamin A KVA di Indonesia Melalui Fortifikasi Minyak Goreng Sawit. Di dalam: Workshop Fortifikasi Vitamin A pada
Minyak Goreng Sawit; Jakarta, 16 Mar 2011. Jakarta: Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan-Kementrian Perindustrian RI.
Muchtadi TR. 1996. Peranan Teknologi Pangan dalam Meningkatkan Nilai Tambah Produk Minyak Sawit Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu dan
Teknologi Pertanian. IPB Bogor. Muhilal F, Jalal, Hardiansyah. 1998. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Di dalam:
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Neil MJO, et. All. 2006 The Merck Indeks. Ed ke-14. Whitehouse Station: Merck Research Labratories.
Nielsen S. 2003. Food Analysis. Ed ke-2. New York: Springer Science. Nollet LML. 2000. Food Analysis by HPLC. New York: Marcel Dekker.
Nollet LML. 2004. Handbook of Food Analysis. Ed ke-2. New York: Marcel Dekker. Oktavia E. 2006. Teknik Validasi Metode Analisis Kadar Ketopropen Secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
.
Buletin Teknik Pertanian Vol.11No.1. 23-28 Olson JA. 1990. Vitamin A LJ. Machilin Ed. Di dalam: Handbook of Vitamins. Ed ke-2.
New York: Marcel Dekker. Rohman A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Rohman A, Ibnu GG. 2007. Metode Kromatografi untuk Analisi Makanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rohman A, Sumantri. 2007. Analisis Makanan. Yogyakarta: Gadjah Mada Uni-versity Press.
Smith J, Stelnemann TL. Vitamin A deficiency and The Eye. In: Friedlaender MH.Eds. International Opthalmology Clinics. Nutrition, Philadelphia. Lippincott Willimns.
2000. Di dalam: Sekarsari N. 2004. Efek Suplemen-tasi Vitamin A terhadap Sensitivitas Kontras Penderita Defisiensi Vitamin A [tesis]. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Departemen Ilmu Penyakit Mata, Universitas Indonesia.
Soekirman. 2003. Fortifikasi dalam Program Gizi, Apa dan Mengapa. Jakarta: Koalisi Fortifikasi Indonesia.
Soendegaard C. 2011. Semi-quantitative Analysis of Vitamin A in Cooking Oil. Di dalam: Technical Seminar Quality Control of Vitamin A in Fortified Oil; Surabaya, 26
Jan 2011. Jakarta: BASF, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Koalisi Fortifikasi Indonesia.
[USP Convention] United States Pharmacopeial Convention. 2008. Food Chemi-cal Codex. Twinbrook Parkway: United States Pharmacopeial Convention.
[USP Convention] United States Pharmacopeial Convention. 2009. United States Pharmacopoeia National Formulary, USP 32NF 27. Twinbrook Parkway: United
States Pharmacopeial Convention. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-Brio Press.
Winarno FG, Felicia K. 2007. Pangan Fungsional dan Minuman Energi. Bogor: M-Brio Press.
Wood R, et all. 1998. Quality in the Food Analysis Laboratory. The Royal Soci-ety of Chemistery. Di dalam: Siregar CJP, Tomi H. 2007. Praktik Sistem Manajemen
Laboratorium-Pengujian yang Baik Good Testing-Labora-tory Management System Practice. Jakarta: EGC.
World Bank. 2006. Reposition Nutrition as Central to Development, dikutip oleh Subdit Bina Gizi Mikro Direktorat Bina Gizi Masyarakat, pada “Workshop Nasional
tentang Standar Fortifikasi Pangan” Hotel Bumi Karsa Jakarta, 31 Jul 2008.
Lampiran
Lampiran 1. Contoh menghitung aktivitas baku vitamin A
Penimbangan baku m vitamin A : 0,0733 g
Faktor pengenceran V : 10.000
Absoban pada 326 nm A326 : 0,6557
Maka aktivitas baku vitamin A dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Lampiran 2. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak metanol 100 , laju alir 1,0 mL
menit memberikan tekanan 78 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 m in
0.00 0.25
0.50 0.75
1.00 1.25
1.50 1.75
2.00 2.25
2.50 2.75
3.00 3.25
3.50 m Vx10
Detector A:325nm
3 .78
4 23
988 V
itam in
A 4.
35 6
3 4449
4 .72
4 13
11
Lampiran 3. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak metanol 100 , laju alir 1,0
mLmenit memberikan tekanan 78 kgf dengan detektor flouresens pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang
emisi 470 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 m in
0.00 0.25
0.50 0.75
1.00 1.25
1.50 m Vx100
Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
R T
4. 039
4. 071
1043 62
V itam
in A
4. 64
6 18950
27
5 .35
9 14
265
Lampiran 4. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak metanol 100 , laju alir 0,8
mLmenit memberikan tekanan 64 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 2.50
2.75 3.00
3.25 3.50
3.75 m Vx10
Detector A:325nm
4 .63
9 28
995 V
itam in
A 5.
28 2
42801 9
.
Lampiran 5. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak metanol 100 , laju alir 0,8
mLmenit memberikan tekanan 64 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 m Vx100
Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
R T4.
981 4.
983 6749
6 Vi
tam in
A 5.
61 23859
48
R T6.
438 6.
422 1239
5
.
Lampiran 6. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak metanol 100 , laju alir 0,6
mLmenit memberikan tekanan 45 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 2.50
2.75 3.00
3.25 3.50
3.75 m Vx10
Detector A:325nm
6 .16
4 45
068 V
itam in
A 7.
02 5
6822 4
Lampiran 7. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak metanol 100 , laju alir 0,6
mLmenit memberikan tekanan 45 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 m Vx100
Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
R T
6. 596
6. 609
9528 5
V itam
in A
7. 45
3 30906
86
R T
8. 486
8. 503
3076
Lampiran 8. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak metanol:air 85:15 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 200 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
10.0 11.0
12.0 13.0
14.0 15.0
m in 0.0
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7 0.8
0.9 1.0
m Vx10 Detector A:325nm
9 .61
2 28
78 V
itam in
A 14.
1 28
2196 87
Lampiran 9. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak metanol:air 85:15 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 200 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
10.0 11.0
12.0 13.0
14.0 15.0
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 2.50
2.75 3.00
3.25 3.50
m Vx10 Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
R T
14. 318
14. 259
78 8493
Lampiran 10. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak metanol:air 90:10 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 176 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 m Vx10
Detector A:325nm
5 .71
3 67
41 V
it am
in A
7. 64
2 2
3759 7
Lampiran 11. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak metanol:air 90:10 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 176 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in -0.5
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 5.5
6.0 6.5
m Vx10 Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
V itam
in A
7. 83
92852 2
Lampiran 12. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak metanol:air 95:5 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 147 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 5.5
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 2.50
m Vx10 Detector A:325nm
3 .46
9 11
021 V
it am
in A
4. 46
2 2
2434 3
5 .01
7 21
64
Lampiran 13. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak metanol:air 95:5 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 147 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 5.5
6.0 m in
0.0 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
0.6 0.7
0.8 0.9
1.0 1.1
m Vx100 Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
R T3.
626 3.
813 1127
8 Vi
tam in
A 4.
69 6
10946 45
R T5.
447 5.
479 9841
Lampiran 14. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak metanol:air 97,5:2,5 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 132 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 m in
0.00 0.25
0.50 0.75
1.00 1.25
1.50 1.75
2.00 2.25
2.50 2.75
3.00 m Vx10
Detector A:325nm
2 .79
9 15
221 V
itam in
A 3.
60 8
2 3092
3
4 .16
4 16
20
Lampiran 15. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak metanol:air 97,5:2,5 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 132 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 m in
0.0 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
0.6 0.7
0.8 0.9
1.0 1.1
1.2 1.3
m Vx100 Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
.05 15
10 R
T 3.
319 3.
319 6153
V itam
in A
3. 79
6 11445
04
R T
4. 121
4. 121
1681 4
Lampiran 16. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:metanol 75:25 laju alir
1,0 mLmenit memberikan tekanan 49 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 2.50
2.75 3.00
3.25 3.50
m Vx10 Detector A:325nm
4 .01
5 17
054 V
itam in
A 5.
03 2
32819 6
Lampiran 17. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:metanol 75:25 laju alir
1,0 mLmenit memberikan tekanan 49 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in 0.0
1.0 2.0
3.0 4.0
5.0 6.0
7.0 8.0
m Vx10 Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
4 .38
6 72724
V itam
in A 5.
327 9511
12
6 .49
6 40664
Lampiran 18. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:metanol 50:50 laju alir
1,0 mLmenit memberikan tekanan 54 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 2.50
2.75 3.00
3.25 3.50
m Vx10 Detector A:325nm
4 .01
4 41
13 V
itam in
A 4.
70 34056
1
5 .36
5 86
52
Lampiran 19. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:metanol 50:50 laju alir
1,0 mLmenit memberikan tekanan 54 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in 0.0
1.0 2.0
3.0 4.0
5.0 6.0
7.0 8.0
9.0 m Vx10
Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
R T4.
265 4.
270 6125
4 Vi
tam in
A 4.
96 9
97857 2
R T5.
647 5.
763 2663
1
Lampiran 20. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:metanol 25:75 laju alir
1,0 mLmenit memberikan tekanan 63 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 2.50
2.75 3.00
3.25 3.50
m Vx10 Detector A:325nm
3 .77
7 21
233 V
itam in
A 4.
47 9
33819 8
4 .92
8 35
69
Lampiran 21. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:metanol 25:75 laju alir
1,0 mLmenit memberikan tekanan 63 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in 0.0
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7 0.8
0.9 1.0
1.1 m Vx100
Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
R T
4. 163
4. 163
4742 4
V itam
in A
4. 74
2 12071
83
R T
5. 460
5. 460
1971 1
Lampiran 22. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 100:0 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 71 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 2.50
2.75 m Vx10
Detector A:325nm
2 .82
2 23
825 V
itam in
A 3.
57 5
22869 3
4 .26
3 25
12
Lampiran 23. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 100:0 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 71 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
m in 0.0
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7 0.8
0.9 1.0
m Vx100 Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
R T3.
041 3.
074 2449
88 Vi
tam in
A 3.
76 9
61468 2
R T4.
360 4.
187 6519
8
Lampiran 24. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 95:5 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 75 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 5.5
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 2.50
2.75 m Vx10
Detector A:325nm
V itam
in A
4. 40
7 21973
8
5 .23
8 79
38
Lampiran 25. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 95:5 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 75 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 5.5
m in 0.0
0.5 1.0
1.5 2.0
2.5 3.0
3.5 4.0
4.5 5.0
5.5 m Vx10
Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
R T3.
990 3.
988 2912
1 Vi
tam in
A 4.
60 1
50472 9
R T5.
059 5.
071 2364
4
Lampiran 26. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 90:10 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 85 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 5.5
6.0 6.5
7.0 m in
0.00 0.25
0.50 0.75
1.00 1.25
1.50 1.75
2.00 2.25
m Vx10 Detector A:325nm
4 .85
8 17
63 V
itam in
A 5.
61 8
2 2300
5
6 .61
8 10
17
Lampiran 27. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 90:10 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 85 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 5.5
6.0 6.5
7.0 m in
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 m Vx10
Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
R T5.
283 5.
283 3208
Vi tam
in A
5. 81
7 59422
1
Lampiran 28. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 85:15 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 94 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 5.5
6.0 6.5
7.0 7.5
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
m Vx10 Detector A:325nm
6 .05
8 14
30 V
itam in
A 7.
20 2
2 1539
7 .79
8 25
13
Lampiran 29. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 85:15 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 94 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 5.5
6.0 6.5
7.0 7.5
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 2.50
2.75 3.00
3.25 3.50
m Vx10 Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
R T
5. 590
5. 590
1909 7
V itam
in A
7. 35
40022 1
R T
7. 850
7. 850
4203
Lampiran 30. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 80:20 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 103 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
10.0 11.0 m in
0.0 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
0.6 0.7
0.8 0.9
1.0 1.1
1.2 1.3
1.4 1.5
1.6 m Vx10
Detector A:325nm
V itam
in A
9. 47
7 2
1076 9
1 0.
3 06
2 467
Lampiran 31. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 80:20 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 103 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
10.0 11.0 m in
0.00 0.25
0.50 0.75
1.00 1.25
1.50 1.75
2.00 2.25
2.50 m Vx10
Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
9 .16
42 51
Vi tam
in A
9. 68
8 34049
1 0.
598 2832
.
Lampiran 32. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 75:25 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 113 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
10.0 11.0
12.0 13.0
14.0 m in
0.0 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
0.6 0.7
0.8 0.9
1.0 1.1
1.2 m Vx10
Detector A:325nm
V itam
in A
13. 1
98 2107
80
Lampiran 33. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 75:25 laju alir 1,5
mLmenit memberikan tekanan 113 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
10.0 11.0
12.0 13.0
14.0 m in
0.00 0.25
0.50 0.75
1.00 1.25
1.50 1.75
2.00 2.25
m Vx10 Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
Vi tam
in A
13. 347
3379 12
Lampiran 34. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 100:0 laju alir 1,75
mLmenit memberikan tekanan 83 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
m in -0.25
0.00 0.25
0.50 0.75
1.00 1.25
1.50 1.75
2.00 2.25
2.50 2.75
m Vx10 Detector A:325nm
3 .10
5 73
21 V
itam in
A 3.
34 2
2 0822
4
4 .03
2 28
42
. Lampiran 35. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng
sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 100:0 laju alir 1,75 mLmenit memberikan tekanan 83 kgf dengan detektor pada
panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi 470 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
m in -0.1
0.0 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
0.6 0.7
0.8 0.9
1.0 1.1
1.2 m Vx100
Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
R T3.
101 3.
101 7519
7 Vi
tam in
A 3.
49 6
57808 7
R T4.
068 4.
068 2277
Lampiran 36. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 95:5 laju alir 1,75
mLmenit memberikan tekanan 90 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 5.5
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 2.50
m Vx10 Detector A:325nm
V itam
in A
3. 76
1 8624
1
4 .46
4 48
96
Lampiran 37. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 95:5 laju alir 1,75
mLmenit memberikan tekanan 90 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 5.5
m in 0.0
0.5 1.0
1.5 2.0
2.5 3.0
3.5 4.0
4.5 5.0
5.5 m Vx10
Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
R T
3. 358
3. 357
6347 4
V itam
in A
3. 92
8 46189
R T
4. 328
4. 338
2919 1
Lampiran 38. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 90:10 laju alir 1,75
mLmenit memberikan tekanan 100 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 5.5
6.0 6.5
7.0 7.5
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 m Vx10
Detector A:325nm
4 .12
3 13
81 V
itam in
A 4.
78 1
8419 4
5 .19
2 20
24
. Lampiran 39. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng
sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 90:10 laju alir 1,75 mLmenit memberikan tekanan 100 kgf dengan detektor pada
panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi 470 nm
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
5.0 5.5
6.0 6.5
7.0 m in
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
m Vx10 Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
4 .48
32 66
Vi tam
in A
4. 94
6 38641
9
R T5.
269 5.
363 1468
6
.
Lampiran 40. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 85:15 laju alir 1,75
mLmenit memberikan tekanan 111 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
m Vx10 Detector A:325nm
5 .41
3 27
65 V
itam in
A 6.
25 5
1 8364
5
7 .07
16 46
Lampiran 41. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 85:15 laju alir 1,75
mLmenit memberikan tekanan 111 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in -0.25
0.00 0.25
0.50 0.75
1.00 1.25
1.50 1.75
2.00 2.25
2.50 2.75
3.00 3.25
3.50 m Vx10
Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
V itam
in A
6. 42
37285
R T
8. 033
8. 089
1389 07
Lampiran 42. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 80:20 laju alir 1,75
mLmenit memberikan tekanan 123 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in 0.0
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7 0.8
0.9 1.0
1.1 1.2
1.3 1.4
1.5 m Vx10
Detector A:325nm
V itam
in A
8. 45
5 18151
8
. Lampiran 43. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng
sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 80:20 laju alir 1,75 mLmenit memberikan tekanan 123 kgf dengan detektor pada
panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi 470 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 2.50
2.75 3.00
m Vx10 Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
R T
5. 678
5. 843
1184 8
R T
8. 587
8. 623
4259 37
Lampiran 44. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril:air 75:25 laju alir 1,75
mLmenit memberikan tekanan 130 kgf dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
10.0 11.0
12.0 13.0m in
0.0 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
0.6 0.7
0.8 0.9
1.0 1.1
m Vx10 Detector A:325nm
V itam
in A
11. 2
64 1808
71
.
Lampiran 45. Kromatogram KCKT vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan fase gerak asetonitril: 75:25 laju alir 1,75
mLmenit memberikan tekanan 130 kgf dengan detektor pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi
470 nm.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
10.0 11.0
12.0 13.0
m in 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 2.50
m Vx10 Detector B:Ex:325nm ,Em :470nm
R T10.
403 10.
403 36
75 Vi
tam in
A 11.
408 2874
27
R T12.
830 12.
830 64
80
Lampiran 46 .
Data kurva kalibrasi baku vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit
No. Konsentrasi Vitamin A IUmL
Luas Area Rata-Rata 1
0,4443 16237
2 0,9660
34951 3
1,9319 68853
4 2,8979
103539 5
3,8638 137995
6 4,8684
175886 7
5,7957 206279
8 6,7617
240872 9
7,7276 279377
10 9,6595
346368 11
11,5914 414637
12 13,5233
484571 r koefesien regresi
0,99997 a intersep
51,99376 b slope
35825,84683
Lampiran 47. Contoh menghitung faktor respon detektor
Konsentrasi vitamin A : 0,4443 IUmL
Luas area : 16244
= 36520
Lampiran 48. Data hubungan antara konsentrasi vitamin A dengan faktor respon detektor
No. Konsentrasi Vitamin A IUmL
Luas Area Faktor Respon
1 0,4443
16244 36520
2 0,4443
16305 36695
3 0,4443
16161 36371
4 0,9660
34668 35890
5 0,9660
34958 36190
6 0,9660
35227 36469
7 1,9319
68818 35622
8 1,9319
69031 35732
9 1,9319
68710 35566
10 2,8979
104322 36000
11 2,8979
102741 35454
12 2,8979
103554 35735
13 3,8638
136811 35408
14 3,8638
137852 35678
15 3,8638
139322 36058
16 4,8684
175203 35988
17 4,8684
176795 36315
18 4,8684
175659 36081
19 5,7957
204310 35252
20 5,7957
206575 35643
21 5,7957
207952 35880
22 6,7617
238851 35324
23 6,7617
239429 35410
24 6,7617
244336 36135
25 7,7276
278054 35982
26 7,7276
279671 36191
27 7,7276
280405 36286
28 9,6595
350039 36238
29 9,6595
346370 35858
30 9,6595
342696 35478
31 11,5914
414102 35725
32 11,5914
415082 35809
33 11,5914
414728 35779
34 13,5233
481595 35612
35 13,5233
484637 35837
36 13,5233
487482 36047
Rata-rata 35897
Lampiran 49. Data hubungan antara konsentrasi vitamin A dengan residual
No. Konsentrasi
= xi IUmL Luas Area
Pengamatan = yi Luas Area
Teoritis y Residual
y - y y - y²
1 0,4443
16244 15589
-655 429304
2 0,4443
16305 15589
-716 512961
3 0,4443
16161 15589
-572 327427
4 0,9660
34668 33641
-1027 1054783
5 0,9660
34958 33641
-1317 1734559
6 0,9660
35227 33641
-1586 2515480
7 1,9319
68818 67071
-1747 3052191
8 1,9319
69031 67071
-1960 3841804
9 1,9319
68710 67071
-1639 2686491
10 2,8979
104322 100501
-3821 14600633
11 2,8979
102741 100501
-2240 5017947
12 2,8979
103554 100501
-3053 9321282
13 3,8638
136811 133931
-2880 8294994
14 3,8638
137852 133931
-3921 15375049
15 3,8638
139322 133931
-5391 29063992
16 4,8684
175203 168698
-6505 42314109
17 4,8684
176795 168698
-8097 65560269
18 4,8684
175659 168698
-6961 48454541
19 5,7957
204310 200791
-3519 12384446
20 5,7957
206575 200791
-5784 33456439
21 5,7957
207952 200791
-7161 51282128
22 6,7617
238851 234221
-4630 21438564
23 6,7617
239429 234221
-5208 27125135
24 6,7617
244336 234221
-10115 102316859
25 7,7276
278054 267651
-10403 108226678
26 7,7276
279671 267651
-12020 144485333
27 7,7276
280405 267651
-12754 162669750
28 9,6595
350039 334511
-15528 241126742
29 9,6595
346370 334511
-11859 140641959
30 9,6595
342696 334511
-8185 66998420
31 11,5914
414102 401371
-12731 162086186
32 11,5914
415082 401371
-13711 187999948
33 11,5914
414728 401371
-13357 178417659
34 13,5233
481595 468231
-13364 178606075
35 13,5233
484637 468231
-16406 269168595
36 13,5233
487482 468231
-19251 370614799
Jumlah 210,0948
7528695 7278615
-250080 2713203532
Rata-rata 5,8360
209130 202184
-6947 75366765
r 0,9999
a 51,9938
b 35825,8468
Vxo 2,54
Lampiran 50. Contoh menghitung kadar vitamin A dalam sampel pada uji presisi
Bobot saepel : 2,5147 g
Faktor pengenceran : 25 Luas area
: 84957 Persamaan kurva kalibrasi yang digunakan :
- Intersept a : 51,9937563
- Slope b : 35825,84683
Lampiran 51. Contoh menghitung RSD Horwitz
Kadar vitamin A palmitat rata-rata 23,48 IUg 1 IU setara dengan 0,550 µg vitamin A palmitat
Maka kadar vitamin A palmitat dalam minyak goreng sawit = 23,48 x 0,550 = 12,914 µgg
= 0,0000012914 gg fraksi konsentrasi = C, maka:
Lampiran 52. Contoh menghitung akurasi vitamin A
Bobot sampel : 1,2647 g
Kadar vitamin A dalam sampel : 23,48 IUg data dari hasil presisi
Vitamin A yang ditambahkan : 28,98 IU
Faktor pengenceran : 25
Luas area : 84610
Persamaan kurva kalibrasi yang digunakan : - Intersept a
: 51,9937563 - Slope b
: 35825,84683
Vitamin A yang diperoleh kembali = Vitamin A total – Vitamin A dari sampel = 59,0063 IU – 29,6952 IU
= 29,3111 IU
= 101,14
Lampiran 53. Contoh cara menghitung uji t Hasil pengujian Metode 1:
Kadar rata-rata hasil pengujian : 46,74 IUg
Standar deviasi S1 : 0,90 IUg
Jumlah data N1 : 6
Hasil pengujian Metode 2 dari hasil presisi: Kadar rata-rata hasil pengujian
: 47,36 IUg Standar deviasi S2
: 0,99 IUg Jumlah data N2
: 6
Nilai kritis dari tabel dengan derajat bebas = 10 N1 + N2 -2, maka diperoleh t
10
= 2,228 P=0,05 Karena nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka kedua metode tidak berbeda
bermakna.
Tabel 54. Data hubungan antara konsentrasi vitamin A terhadap tinggi noise dengan tinggi sinyal SN dan perhitungan batas deteksi LOD dan
batas kuantisasi LOQ
No. Kadar spike Vitamin A IUg
X Perbandingan tinggi sinyal terhadap
noise S N Y
1 0,4998
1,03 2
0,6248 1,38
3 0,9372
1,59 4
1,2496 2,32
5 2,4993
4,41 6
4,9985 8,78
7 9,9970
16,67 r koefesien regresi
0,9997 a intersep
0,2515 b slope
1,6543 Batas deteksi LOD :
Batas kuantisasi LOQ : Untuk S N = 3, maka x adalah:
Untuk S N = 10, maka x adalah: =
y – a =
y - a B
b =
3 - 0,2515 =
10 - 0,2515 16,543
16,543 = 1,66 IUg
= 5,89 IUg
ABSTRACT
SLAMET SUKARNO. The Development and Validation of Method Analysis for Vitamin A Determination in Palm Oil by High Performance Liquid
Chromatography. Under Direction of FERI KUSNANDAR and HANIFAH NURYANI LIOE.
The fortification of vitamin A in cooking palm oil is being mandatorily regulated in 2013. To control the implementation this standard, the laboratory
capacity to analyze vitamin A is required. The vitamin A analysis must be valid, selective, rapid, easy and practical. The objective of this study was to validate a
modified standardized method of vitamin A analysis by a High Performance Liquid Chromatography HPLC.
All validation parameters liniearity, accuracy, precision, selectivity, robustness, LOD, and LOQ met the requirement. Vitamin A in palm oil matrix
could be analyzed by HPLC method by using a mobile phase of acetonitrile:water 80:20 with flux rate of 1,75 mLmin, and ultraviolet detector at 325 nm. This
condition used a C-18 column.
Keywords : method analysis, vitamin A, HPLC, optimal condition, validation
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kesehatan masyarakat dunia dewasa ini bukan dihadapkan pada masalah defisiensi gizi makro, tetapi pada masalah defisiensi gizi mikro.
Masalah defisiensi gizi mikro yang yang utama dihadapi adalah anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan iodium GAKI dan kekurangan vitamin A
KVA Martianto, 2011. Kekurangan zat gizi mikro berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat, sehingga dapat merusak kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Subdit Bina Gizi Mikro Direktorat Bina Gizi Masyarakat juga mengemukakan bahwa masalah kekurangan gizi di kalangan masyarakat
Indonesia terjadi pada setiap siklus kehidupan World Bank 2006. Sampai saat ini, penduduk Indonesia, terutama yang berpenghasilan
rendah baik di perkotaan dan pedesaan, masih banyak yang mengalami masalah kekurangan zat gizi mikro. Data Organisasi Kesehatan Dunia
WHO pada 2009 menunjukkan lebih dari sembilan juta anak-anak Indonesia dan satu juta perempuan menderita kekurangan vitamin A. Tercatat pula 25 -
30 kematian bayi dan balita di dunia disebabkan oleh kekurangan vitamin A, sedangkan di Indonesia sekitar 14,6 anak di atas usia satu tahun
mengalami kekurangan vitamin A. Krisnamurthi, 2010 Penyakit akibat kurang vitamin A KVA disebabkan oleh kurangnya
vitamin A di dalam jaringan yang dapat menimbulkan gangguan secara subklinis maupun klinis. Menurut WHO, kurang vitamin A subklinis ditandai
dengan nilai retinol serum 0,35 – 0,70 µmolL 10 -20 µgdL, meskipun pada kadar retinol serum sampai 1,05 µmolL masih dijumpai gejala sub-
klinis. Gejala KVA subklinis ditandai dengan gangguan diferensiasi sel dan gangguan pada sistem imunitas. KVA klinis terjadi bila retinol serum kurang
dari 0,35 µmolL kurang dari 10 µgdL dengan gejala antara lain buta senja, gangguan pertumbuhan dan xeroptalmia Smith, 2000.
Program penanggulangan kekurangan vitamin A di Indonesia dilakukan dengan 3 cara yaitu: diversifikasi konsumsi pangan, suplementasi vitamin A
dosis tinggi dan fortifikasi pangan Martianto, 2011. Strategi yang digunakan
1.1
untuk menanggulangi masalah kekurangan vitamin A harus tepat untuk menjawab kebutuhan dan harus menggunakan sistem dan teknologi yang
tersedia. Kombinasi beberapa intervensi mencakup promosi pemberian air susu ibu ASI, modifikasi makanan misalnya meningkatkan ketersediaan
pangan dan meningkatkan konsumsi pangan, fortifikasi pangan dan suple- mentasi. Fortifikasi vitamin A ke dalam minyak goreng sawit perlu dilakukan
dengan alasan 1 produk pangan di Indonesia sebagian besar menggunakan minyak goring, 2 untuk mengurangi penyakit akibat KVA, maka perlu
adanya kebijakan yang tepat untuk menanggulangi masalah KVA, 3 salah satu kebijakan yang ditempuh adalah fortifikasi vitamin A dalam minyak
goring, dan 4 pemerintah akan menetapkan standar yang mewajibkan kepada seluruh produsen minyak goreng sawit untuk melakukan fortifikasi vitamin A
ke dalam produknya. Target pencapaian persiapan program fortifikasi minyak goreng sawit
dengan vitamin A adalah sebagai berikut: 1.
Tahun 2004-2011 : dilaksanakan studi konsumsi intake minyak goreng, stabilitas, efficacy, effectiveness.
2. Tahun 2011-2012 SNI wajib untuk minyak goreng sudah selesai
disiapkan. 3.
Tahun 2011-2013 dilaksanakan pilot project di beberapa wilayah dimulai di Jawa Timur dan Jawa Barat.
4. Tahun 2011-2012 selesai dilaksanakan capacity building.
5. Tahun 2013 diimplementasikan SNI Wajib minyak goreng yang
difortifikasi. 6.
Tahun 2013-2014 dilaksanakan monitoring dan evaluasi dampak forti- fikasi wajib.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Seiring dengan peraturan dan kondisi di atas, maka perlu dilakukan pengawasan atau monitoring terhadap pemenuhan kadar vitamin A dalam
minyak goreng sawit, baik pada tingkat industri, distributor dan konsumen. Untuk itu dibutuhkan suatu metode analisis yang valid, selektif, cepat, mudah
u u
u untuk
m m
m menj
t e
e erse
s s
s usu
p p
pang m
m m
ment d
d de
de e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
ng ng
ng ng
ng ng
ng ng
ng ng
ng ng
ng ng
ng ng
ng g
ng ng
ng ng
ng ng
n ng
ng ng
ng ng
n n
n n
g g
g ng
ng ng
ng ng
ng ng
g n
ng n
n ng
ng n
n g
n n
ng g
n n
g ng
n n
ng g
n ng
n ng
g ng
n g
g g
g g
g g
g n
g g
g n
ng g
n g
n n
g m
m mi
mi i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i n
n n
n n
n n
ny ny
ny n
n n
n n
ny ny
n n
n n
n n
n ny
n n
n n
ny n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
ny n
n ny
n n
n n
n n
n n
ny n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
ny n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
y y
y y
y y
y a
a ad
ad d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
an an
an an
an an
an an
an n
n an
an a
an an
an n
n n
n an
n an
an an
n a
n a
an n
n n
n a
an an
a n
n n
an an
an n
n an
an a
an n
n a
a a
an a
a a
a a
a a
a an
n a
a a
a a
a a
a a
an a
an a
a a
a an
a a
a a
a a
an n
a a
a a
a y
s s
sa a
a a
a tu
tu tu
tu u
u tu
tu t
tu t
u tu
tu tu
u u
tu tu
tu tu
tu u
t tu
tu u
u u
tu tu
tu u
u tu
u u
u u
tu tu
u u
u u
u u
tu u
u u
u u
u u
tu u
u u
u u
u tu
u u
u u
u u
u u
u t
t t
u tu
u u
u u
u t
tu tu
u u
t u
u u
g g
go go
o o
o o
ri ri
ri ri
ri ri
ri i
ri ri
i ri
ri i
ri i
ri i
i i
r ri
ri ri
i i
ri ri
ri ri
ri ri
r r
r i
i ri
r r
ri r
r ri
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r i
r i
r r
r r
r r
r r
r r
r r
i i
r i
n n
n n
n n
n n
s s
se e
lu lu
lu l
lu lu
lu lu
u l
lu lu
lu u
u lu
lu lu
lu lu
l u
u lu
l lu
u u
lu lu
u u
lu u
lu lu
u lu
u u
u lu
lu u
lu u
u u
u lu
u u
u u
lu u
u u
u u
l u
u u
l u
u l
u u
lu l
l u
u u
u lu
u u
u u
u u
u u
u l
lu u
u u
u u
u r
r r
r r
k k
ke ke
e d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d a
d d
de de
e e
ng ng
n ng
ng ng
ng ng
ng n
ng n
n n
n ng
n n
n n
n n
ng ng
ng ng
n n
ng ng
ng n
ng n
n n
n n
n n
n n
n ng
n ng
n n
n n
n ng
ng n
n n
ng n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n ng
n n
ng n
ng n
n n
n n
n n
n n
n n
ng ng
n n
ng ng
n g
g g
g 1.
. .
.
2 2
2. 2.
. .
3 3
3.
4 4
4 4.
5 5
5.
6 6.
6. 6.
6. 6.
6. 6.
6. 6.
6 6.
6. 6.
6 6.
6 6
6. .
6 6.
6. 6
. 6
6 6
6 6.
6 .
. .
1.2 P
PE PE
PE PE
PE PE
PE E
PE PE
PE E
PE PE
E PE
PE PE
PE E
PE PE
E PE
E E
PE E
PE E
PE PE
E PE
E PE
PE PE
E E
E PE
E PE
PE E
E PE
PE E
PE E
PE E
PE E
PE E
E E
PE E
P P
PE PE
P PE
P P
P E
PE E
E PE
P P
PE PE
PE PE
P P
P P
E E
E E
E E
E E
PE P
P P
E PE
P P
P E
P P
P P
P E
E E
E R
R R
R R
R R
R R
R R
R R
R R
R R
R R
R
p p
pe pe
pe pe
p pe
e pe
p p
pe pe
e pe
p pe
p p
p e
pe p
p pe
pe p
p e
pe p
p e
e pe
p pe
e e
pe p
e pe
e e
pe p
pe e
pe e
e e
e e
e e
p p
e p
e p
p p
p ng
ng ng
n n
n ng
n n
n ng
n ng
ng ng
n n
n n
n ng
ng n
g g
g g
g g
g m
m mi
mi mi
m m
mi m
mi mi
m m
mi m
m m
mi m
m m
m m
m m
i m
m m
m m
m m
m m
m mi
m m
m m
m m
mi m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
i m
m m
i m
m m
m m
mi ny
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n U
U Un
Un Un
U Un
Un Un
Un Un
Un Un
Un Un
Un Un
Un U
Un Un
Un Un
Un Un
Un Un
Un Un
Un Un
U Un
U Un
Un Un
U Un
Un U
Un Un
Un U
Un n
Un U
Un U
U n
U U
Un Un
U Un
n Un
Un U
Un n
U n
n U
U n
n n
n n
Un U
Un Un
n Un
U n
Un U
n n
U U
U U
U U
U Un
t t
t t
tu tu
tu tu
t t
t t
t t
t t
tu t
tu t
t t
t t
t t
t
dan praktis untuk mengidentifikasi dan menetapkan kadar vitamin A, khususnya vitamin A dalam minyak goreng sawit. Namun analisis vitamin A
dalam produk pangan sulit dilakukan dengan metode yang tersedia, karena matriks pangan yang kompleks dan adanya bahan tambahan yang ditam-
bahkan dalam produk pangan. Di antara metode resmi atau metode standar pengujian vitamin A yang
ada saat menggunakan metode analisis dengan kromatografi cair kinerja tinggi KCKT. Kesulitan yang dihadapi dalam penggunaan metode yang ada
tersebut adalah dalam tahap persiapan sampel yang harus melewati tahapan saponifikasi, ekstraksi dan pemekatan atau penguapan pelarut organik yang
digunakan untuk ekstraksi. Panjangnya proses persiapan tersebut menyebab- kan hasil diperoleh kurang baik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode
analisis untuk penetapan kadar vitamin A dalam minyak goreng sawit dengan menggunakan KCKT tanpa proses saponifikasi, ekstraksi dan penguapan
pelarut organik. Suatu metode baru atau metode yang dimodifikasi dapat digunakan bila
telah dilakukan validasi yang kondisinya disesuaikan dengan kondisi labora- torium dan peralatan yang tersedia, meskipun metode yang akan digunakan
tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal, buku teks atau buku resmi Indra- yanto, 1994. Validasi metode juga perlu dilakukan bila dilakukan penyeder-
hanaan atau perbaikan metode oleh karena ada perbedaan dan keterbatasan alat, pereaksi atau kondisi lain yang menyebabkan metode tersebut tidak
dapat diterapkan secara keseluruhan. Apabila dari hasil validasi metode tersebut sudah memberikan hasil yang baik, maka metode ini dianggap valid,
dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk analisis rutin.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Melakukan pengembangan metode analisis penetapan kadar vitamin A dalam minyak goreng sawit menggunakan KCKT menggunakan kolom C
18, yaitu menentukan komposisi fase gerak dan laju alir yang cocok dalam pemisahan vitamin A dari komponen-komponen yang lain
menggunakan KCKT; dan detektor yang cocok detektor ultra violet atau
1. 1.
1. 1.
1. 1.
1. 1
1. 1.
1. 1.
1. 1.
1. 1.
1 1
1 1
1. 1
1 1.
1. 1
1 1
1 1
1. 1.
1 1
1 1.
1. 1
1. 1.
1 1
1. 1.
1 .
. 1.
1. 1.
1 1
1 .
. .
. .
. .
. .
. .
3 3
3