gerak, kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik fase diam kurang polar dari-
pada fase gerak, kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.
Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan buffer dengan metanol
atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering digunakan adalah campuran
pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol.
2.5.3 Pompa pada KCKT
Pompa yang digunakan untuk KCKT adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni pompa
harus inert terhadap fase gerak. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan
fase gerak dengan kecepatan alir 1-3 mLmenit. Untuk tujuan prepa- ratif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak
dengan kecepatan 20 mLmenit. Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak
adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reproduksibel, konstan dan bebas dari gangguan.
2.5.4 InjektorPenyuntikan Sampel Pada KCKT
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom
menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel sampel loop
internal atau eksternal. Pada saat pengisian sampel digelontor melewati keluk sampel
dan kelebihannya dikeluarkan ke pembuang. Pada saat penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati keluk sampel dan
2 2
2 2.
5. 5.
5. 5.
5. 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5.
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
2 2
2 2.5.4
mengge lontor sampel ke kolom. Presisi penyuntikan dengan keluk sampel ini dapat mencapai nilai RSD 0,1.
2.5.5 Kolom Pada KCKT
Kolom KCKT pada umumnya terbuat dari pipa baja tahan karat. Panjang kolom antara 10-30 cm dengan diameter dalam 4,5-5,0 mm.
Kolom diisi dengan yang sesuai untuk pemisahan sampel tertentu. Kolom untuk pemisahan analitik umumnya mempunyai diameter
dalam 2-4 mm. Kolom dapat dipanaskan sampai 60
o
C agar dihasilkan pemisahan yang lebih efisien. Jika tidak dinyatakan lain, kolom
dipertahankan pada suhu kamar. Fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodifikasi secara
kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzene. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam
karena adanya residu gugus silanol Si-OH, Oktadesil silan ODS atau C18 merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena
mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Fase diam eksklusi dan penukar ion dapat
menggunakan silika atau polimer.
2.5.6 Detektor KCKT
Detektor pada KCKT ada 2 yaitu 1 Detektor universal yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik dan tidak
bersifat selektif seperti detektor indeks bias dan detektor spektrometri massa, dan 2 Detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi
analit secara spesifik dan selektif, seperti detector UV-VIS, detektor fluoresensi dan elektro kimia.
2.5.7 Komputer, Integrator atau Rekorder.
Alat pengumpul data seperti komputer, integrator atau rekorder, dihubungkan dengan detektor. Alat ini akan mengukur sinyal elektro-
nik yang dihasilkan oleh detektor lalu memplotkannya sebagai suatu kromatogram.
2.6 VALIDASI METODE ANALISIS
Suatu metode analisis terdiri atas serangkaian langkah yang harus diikuti untuk tujuan analisis kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan
teknik tertentu. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan pemilihan metode analisis adalah: tujuan analisis, biaya yang dibutuhkan,
serta waktu yang diperlukan; level analit yang diharapkan dan batas deteksi yang diperlukan; macam sampel yang akan dianalisis serta pra-perlakuan
sampel yang dibutuhkan; jumlah sampel yang dianalisis; ketepatan dan ketelitian yang diinginkan untuk analisis kuantitatif; ketersediaan bahan
rujukan, senyawa baku, bahan-bahan kimia, dan pelarut yang dibutuhkan; peralatan yang tersedia; kemungkinan adanya gangguan pada saat deteksi
atau pada saat pengukuran sampel. Menurut Rohman dan Ibnu 2007, kriteria yang harus dipenuhi suatu metode analisis yang baik adalah:
1. Peka sensitive artinya metode harus dapat digunakan untuk mene- tapkan kadar senyawa dalam konsentrasi yang kecil.
2. Selektif, artinya untuk penetapan kadar senyawa tertentu, metode tersebut tidak banyak terpengaruh oleh adanya senyawa lain.
3. Tepat precise artinya metode tersebut menghasilkan suatu hasil analisis yang sama atau hampir sama dalam satu seri pengukuran
penetapan. 4. Teliti accurate artinya metode dapat menghasilkan nilai rata-rata
mean yang sangat dekat dengan nilai sebenarnya true value. 5. Kasar rugged artinya ada perubahan komposisi pelarut atau variasi
lingkungan tidak menyebabkan perubahan hasil analisis. 6. Praktis artinya metode tersebut mudah dikerjakan serta tidak banyak
memerlukan waktu dan biaya. Pengembangan metode analisis biasanya didasarkan pada metode yang
sudah ada menggunakan instrumen yang sama atau hampir sama. Pengem- bangan metode analisis biasanya membutuhkan syarat-syarat metode
tertentu dan memutuskan jenis alat yang akan digunakan. Pada tahap pengembangan metode, keputusan yang terkait dengan pemilihan kolom,
2.6 V V
V VAL
diik tek
pe p
p m se
se s
se se
se e
se se
se se
se se
se se
s se
se e
se se
se se
se se
e se
se e
se se
e se
se e
se s
s e
se se
s s
e e
e se
se e
s s
e se
e s
s s
e e
se se
e e
s s
e e
e e
e e
e e
e e
se e
e s
e e
s s
e e
s e
e s
se s
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
ya ya
ya ya
ya y
ya y
ya ya
y ya
ya y
y ya
ya ya
ya ya
ya y
ya y
y a
y y
ya y
y ya
y y
y y
ya y
ya ya
y y
y y
y ya
a ya
ya y
y y
a y
y y
ya ya
y ya
ya y
y a
y y
y ya
y y
y y
y ya
y y
y y
y y
y ya
y a
a ya
y y
a y
y y
y ya
y ya
y y
y y
y y
y y
y ya
y y
a a
a y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y n
sa sa
sa sa
sa sa
sa sa
sa sa
sa s
s sa
sa sa
sa sa
a sa
s sa
sa a
s a
a a
a sa
sa sa
sa sa
sa a
a a
s sa
a a
s sa
s sa
s sa
s s
sa a
a s
s s
sa a
sa s
s sa
s s
s sa
s s
s s
a a
s s
a sa
s a
s s
a s
a s
s a
m ke
ke ke
ke ke
ke e
ke ke
ke k
ke ke
ke e
k ke
ke e
k ke
ke ke
ke ke
k ke
ke k
k k
k k
k e
e ke
ke k
k k
ke ke
k k
ke k
e e
e k
ke e
ke ke
e e
e ke
k k
k k
k k
k ke
e k
ke k
k k
ke k
k k
k k
k k
k ke
e e
t ru
ru ru
ru ru
ru ru
ru ru
ru ru
ru ru
ru r
ru r
ru u
u u
u u
u ru
u ru
ru r
ru ru
ru u
ru ru
u u
r r
ru u
u r
ru u
u u
ru ru
r r
u ru
u r
ru ru
ru ru
u r
r u
u u
r ru
u r
ru u
r r
ru r
r r
u u
r r
u u
r r
u u
r r
r j
j j
j j
j j
j j
jj pe
pe pe
p p
pe pe
pe p
pe p
pe pe
pe pe
pe pe
p pe
pe p
p p
e pe
e pe
e pe
pe pe
pe pe
pe pe
p p
e e
pe e
pe e
pe p
pe e
p p
p e
pe pe
p p
pe pe
e p
pe pe
pe p
p p
p p
pe e
p pe
e p
p p
pe p
p e
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
r at
at at
at at
a at
at at
t at
at at
t at
at at
a at
at at
at at
at a
at a
at t
at a
a a
a a
a at
at at
t at
a at
a at
at at
at a
a at
at a
a a
at a
at a
a at
t at
at a
at a
at t
a a
at t
at a
a a
a t
a at
a t
t a
at a
at t
a at
t a
a t
at a
at a
a a
a a
at a
t t
a t
t t
t t
a a
a k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
ri r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r 1.
1. 1.
1. 1.
1. 1
1 1.
1 1
1 1
1 1.
1 1.
1 1
1 1
1 1
1 1.
1. 1
1. 1.
1. 1
1 1
1 1
1 1
1. 1
1 1.
1. 1
1 1
1 1
1 1
1. 1
1 1
1 1
1 1
1. 1
1 1
1 1
1 1.
1 1
1 1
1 1
1 .
1 1
1 1
1 1
1
2. 2.
2 2
2 2.
2. 2
2 2.
2 2
2 2.
2. 2
2 2
2 2
2. 2
2 2
2 2
2 2
2 2.
2 2
2 2.
2. 2.
2 2.
2. 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
3.
4.
5.
6. 6.
6. 6.
6 6
6 6.
6. 6
6 6
6 6.
6 6
6 6
6 6
6 6.
6 6
6 6.
6 6.
6. 6
6 6
6 6.
6 6
6 6
6 6
6. 6
6 6
6. 6
6 6.
6 .
6. 6
6 6
6. 6
6 6
. 6
6 6
6 6.
6. 6.
6. 6.
. .
6 6
su su
su u
su su
u u
su su
u u
u u
su u
u u
u u
u u
su su
u su
u u
su u
u su
su su
u u
u su
u u
su u
u u
u u
su su
u u
u u
su u
u u
su u
u u
u s
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
ba ba
ba ba
ba b
a ba
ba ba
ba ba
ba b
ba b
b b
b b
b b
a ba
b b
b b
b ba
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b ba
a a
a a
a a
a a
n te
te t
te te
te te
te t
t te
t t
te t
t t
te t
t t
t t
t t
t t
te t
te e
e te
te te
te e
te e
e te
e e
r r
r pe
pe pe
pe pe
pe p
pe p
pe pe
pe pe
pe pe
p pe
pe e
pe pe
pe p
p pe
pe pe
p e
pe p
pe p
pe p
p p
p p
p p
p p
p p
p pe
e e
e e
p pe
e e
e p
p p
p p
e pe
pe pe
e e
n n
n n
fase gerak, detektor dan metode kuantisasi harus diperhatikan. Ada beberapa alasan tertentu untuk pengembangan metode analisis yang baru, yaitu:
1. Belum ada metode yang sesuai untuk analit tertentu dalam suatu matriks sampel tertentu.
2. Metode yang sudah ada terlalu rumit, terlalu banyak tahap perlakuan yang dapat menimbulkan kesalahan atau metode yang sudah ada tidak
reliabel presisi dan akurasinya rendah. 3. Metode yang sudah ada terlalu mahal, membutuhkan waktu dan energi
yang besar atau tidak dapat diotomatisasikan. 4. Metode yang sudah ada tidak memberikan sensitivitas atau spesifisitas
yang mencukupi pada sampel yang dituju. 5. Adanya kebutuhan untuk pengembangan metode alternatif, baik untuk
alasan legal atau alasan saintifik. Suatu metode perlu divalidasi terlebih dahulu sebelum metode
tersebut digunakan untuk penggunaan lebih lanjut, sehingga metode tersebut dapat menjamin bahwa analisis yang dilakukan dapat dipercaya dan sesuai
dengan tujuan penggunaanya serta dapat diandalkan untuk mengambil keputusan. Metode analisis yang akan digunakan harus disesuaikan dengan
kondisi laboratorium, peralatan dan pereaksi yang tersedia. Walaupun metode analisis vitamin A dalam minyak goreng sawit masih sulit didapat,
namun metode analisis vitamin A dalam produk pangan dengan meng- gunakan peralatan moderen, diantaranya dengan menggunakan KCKT sudah
banyak yang dikembangkan oleh peneliti terdahulu. Namun kelemahanya dari metode yang ada adalah kerumitan dalam penyiapan sampel saponi-
fikasi, ekstraksi dan pemekatan atau penguapan pelarut organik yang digunakan. Metode analisis yang dikembangkan oleh peneliti ini dipilih
karena memiliki banyak kelebihan, yaitu metodenya tanpa proses saponi- fikasi, ekstraksi dan penguapan pelarut organik yang digunakan sehingga
waktu analisinya relatif lebih cepat. Menurut Gunzler 1996, validasi metode adalah menetapkan dengan
percobaan laboratorium yang sistimatik, pemenuhan karakteristik unjuk kerja metode terhadap spesifikasi yang dikaitkan dengan penggunaan hasil
pengujian yang dimaksudkan. Karakreristik unjuk kerja parameter yang ditetapkan mencakup: presisi, akurasi, selektivitas dan spesifisitas, batas
deteksi, batas kuantisasi, rentang, linieritas, sensitivitas dan kekasaran ruggedness. Menurut Harmita 2004, beberapa parameter analisis yang
harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis yaitu kecermatan akurasi, keseksamaan presisi, selektivitas spesifisitas, linearitas dan
rentang, batas deteksi dan batas kuantitasi, ketangguhan metode ruggedness dan kekuatan metode robustness.
Validasi metode adalah konfirmasi melalui pengujian dan pengadaan bukti yang objektif bahwa persyaratan tertentu untuk suatu tujuan khusus
dipenuhi. Proses validasi suatu metode biasanya sangat dekat dengan proses pengembangan suatu metode. Sebuah metode harus divalidasi bila kinerja
parameter metode uji tersebut belum valid atau belum dibuktikan valid untuk penggunaan analisis khusus BSN 2005.
Tujuan memvalidasi metode adalah untuk mengetahui sejauh mana penyimpangan suatu metode tidak dapat dihindari pada kondisi normal,
dimana seluruh elemen terkait telah dilaksanakan dengan baik dan benar. Dengan memvalidasi metode, tingkat kepercayaan yang dihasilkan oleh
suatu metode pengujian dapat diperkirakan dengan pasti Hadi, 2007 Menurut USP Convention 2009, presisi adalah derajat kesesuaian
diantara hasil uji individu berdiri sendiri jika metode uji dilakukan berulang-ulang terhadap multi sampling dari suatu sampel yang homogen.
Presisi biasanya dinyatakan sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif koefisien variasi dari serangkaian pengukuran. Presisi hendaknya
dilakukan pada tiga tingkat berbeda yaitu: ripitabilitas, presisi intermediat dan reprodusibilitas. Ripitabilitas adalah penggunaan metode pengujian di
dalam satu laboratorium dalam satu periode waktu yang singkat menggu- nakan personel penguji yang sama, dengan peralatan yang sama di bawah
kondisi sekonstan mungkin. Presisi intermediat dilakukan dengan berbagai variasi di dalam laboratorium, seperti pada hari yang berbeda atau personil
penguji yang berbeda atau alat yang berbeda dalam laboratorium yang sama. Reprodusibilitas atau disebut juga ruggedness adalah penggunaan metode
pen dite
det ru
har ak
re re
re re
re re
re re
re re
re re
re re
re r
re re
re re
re re
re re
re re
e re
re re
r re
r r
e e
re re
re re
re re
r r
r r
e re
re r
e re
re r
e r
e re
r re
re re
re re
r e
re re
r re
r re
r re
re r
e e
re r
e e
e e
e e
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u
bu bu
bu bu
bu bu
u bu
bu bu
b bu
bu bu
u bu
bu bu
u b
bu bu
bu bu
bu u
bu bu
b b
b bu
bu bu
u u
u bu
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
bu b
b u
u b
b b
u u
b bu
b bu
b u
b b
b b
u u
u u
u u
u u
k di
di di
di di
di di
di di
di di
di di
di d
di d
di i
i di
d d
di di
di di
d d
d d
d di
d i
d di
di di
di d
di di
di di
d di
d i
d d
i d
d d
di di
d i
i di
i di
d d
d d
d i
d d
d d
i d
i i
d d
d d
i i
d d
d d
i i
d d
i i
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p pe
pe pe
p p
pe pe
pe pe
pe e
pe pe
pe pe
pe pe
p pe
pe p
pe pe
e pe
e pe
e pe
e pe
pe pe
e pe
pe p
e e
pe e
pe e
pe e
pe e
p p
e e
pe pe
p p
e pe
pe e
p e
pe pe
p p
p p
p pe
e pe
e e
e e
e e
p e
p p
p p
p p
p pe
e p
p p
p p
p p
p p
n pa
pa pa
pa pa
pa pa
pa pa
pa pa
pa p
a pa
a pa
p p
p p
pa pa
pa pa
a pa
pa p
pa pa
p pa
pa pa
pa pa
p pa
pa pa
p p
pa pa
p pa
p a
a pa
pa p
pa pa
a a
a p
pa p
pa a
a pa
p p
pa p
a pa
p pa
a pa
p pa
p a
a a
p pa
a p
p a
pa p
pa p
a p
pa a
a a
p a
a a
a a
p p
p p
p p
p p
p p
p r
un un
un un
un un
un n
un un
un un
un un
un u
u un
un n
un n
un un
un n
un n
un n
un n
n u
u u
un u
un n
n n
un n
n un
u u
n u
u n
u un
n n
n n
un u
u n
n u
u un
un n
n u
n u
n n
u u
u n
n u
u n
n t
pe pe
pe e
pe pe
pe pe
pe pe
pe e
e e
e p
pe pe
e pe
e e
e e
e p
pe pe
pe pe
pe pe
e pe
pe pe
pe pe
e e
pe pe
e pe
e pe
pe p
e e
e pe
e pe
p pe
p pe
p pe
p p
p e
e pe
p p
pe p
pe pe
e e
e p
p p
p e
e e
e e
pe pe
pe p
p p
p pe
p p
pe p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p n
di di
di di
di di
di di
di di
d d
di d
d i
di di
di di
di di
di di
di di
di di
di d
di di
d d
di i
di di
d d
d i
di i
i i
di i
di di
i d
di di
i di
i di
di di
d i
i i
i i
d d
d d
d di
i di
d i
i d
di i
i i
i di
di d
d di
i i
di d
d d
di di
i i
i i
di di
i d
i i
i i
d d
d d
i d
d d
d d
d d
i d
d m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m De
De De
De De
D D
De D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D sua
dia ber
Pre rela
di di
d di
di di
di d
di di
di di
di d
d di
di di
di di
di i
di di
d di
i di
di d
di di
i di
di di
di i
i d
i d
di di
d d
di d
d di
d d
di d
d d
di di
d d
d di
di i
d d
d di
i i
i i
d d
di d
di d
i i
di di
i i
d d
d d
di i
i d
d d
d d
d d
i i
i i
d d
d l
l l
l l
l l
l l
l la
la l
l la
l l
la l
l la
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
da d
da da
da da
d da
da da
da da
da d
d d
d d
d d
d da
da d
d da
da d
d da
d da
da d
d da
da da
da d
da da
da da
d da
da d
da a
d da
da da
da d
d a
da d
d a
d da
da da
da a
da da
da a
d d
a a
da a
d a
a da
da a
a da
d a
a a
a a
d a
a d
n da
da da
da da
da da
d da
da da
da da
da da
da da
da d
da a
d da
da da
da da
da d
d a
da da
da da
d da
da da
da da
d da
d d
d d
da da
d da
da da
da a
d da
a a
a da
d a
a a
da d
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a l
na na
na na
na n
n n
na na
n na
na n
na n
na a
a na
na na
n n
n na
n n
na na
n n
n n
n n
na na
n na
n na
n n
na n
n n
na n
n n
n n
na n
n n
n na
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n na
n a
n a
n n
a n
na a
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
ko ko
ko ko
ko o
ko ko
ko ko
o ko
ko ko
ko o
ko ko
ko ko
o ko
ko o
ko o
ko o
ko ko
ko ko
ko ko
ko o
ko o
o o
o ko
o o
o o
o ko
ko o
o ko
o ko
ko ko
o ko
k o
o o
o ko
o n
n n
n n
v va
v va
va va
va va
va v
v v
va va
v va
v va
va v
v va
va v
v v
v v
va v
v v
v v
va v
v v
va v
v v
v v
v va
a v
v va
a v
a a
r pe
pe p
pe pe
pe pe
pe p
pe p
pe pe
p pe
p p
pe p
pe p
p p
pe p
pe p
p p
p p
pe p
p p
p p
p pe
pe pe
p p
pe pe
p p
pe e
pe p
e p
e pe
pe pe
p e
ee p
p p
n Re
R Re
Re Re
R Re
Re Re
Re Re
Re Re
R Re
Re Re
Re R
R R
Re Re
Re R
R Re
R Re
R R
R R
R Re
Re R
R R
Re R
R R
R Re
R R
R R
R Re
R R
R R
R R
R R
R R
R R
R R
R R
Re R
R R
R R
R R
R R
R Re
R R
R e
R e
R R
e R
R R
Re Re
e e
p p
p
pengujian dalam berbagai laboratorium yang berbeda seperti dalam uji kolaborasi.
Akurasi adalah ukuran ketepatan dari suatu metode pengujian, atau kedekatan antara nilai hasil uji yang diukur dengan nilai benar, atau nilai
nilai konvensional atau nilai acuan yang dapat diterima USP Convention 2009. Akurasi dari suatu metode dapat dilakukan dengan cara: mengguna-
kan bahan acuan bersertifikat, membandingkan hasil yang benar-benar telah dikarakterisasi dan akurasinya telah ditetapkan atau dengan cara menghitung
persen perolehan kembali terhadap sampel yang sudah dispike Wood R 1998. Kriteria kecermatan dalam persen perolehan kembali sangat tergan-
tung kepada konsentrasi analit dalam matriks sampel dan pada keseksamaan metode RSD Oktavia, 2006. Persen rekoveri rata-rata untuk tiap level
konsentrasi dinilai terhadap rentang rekoveri pada Tabel 5. Selektivitas menunjukkan kemampuan suatu metode membedakan
antara analit yang dituju dan komponen lain bentuk-bentuk analit lain yang mungkin ada dalam matrik untuk mengukur secara akurat dan spesifik analit
dalam matriks sampel dengan adanya zat pengganggu. Selektivitas sering- kali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan degree of bias metode
yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan
dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan Oktavia, 2006.
Tabel 5. Keberterimaan akurasi berdasarkan rekoveri No
Analit Rasio Analit
Satuan Rentang
keberterimaan Rekoveri
1 100
1 100
98 – 102 2
10 10
-1
10 98 – 102
3 1
10
-2
1 97 – 103
4 0,1
10
-3
1000 ppm 95 – 105
5 0,01
10
-4
100 ppm 90 – 107
6 0,001
10
-5
10 ppm 80 – 110
7 0,0001
10
-6
1 ppm 80 – 110
8 0,00001
10
-7
100 ppb 80 – 110
9 0,000001
10
-8
10 ppb 60 – 115
10 0,0000001
10
-9
1 ppb 40 – 120
Linieritas adalah kemampuan untuk menghasilkan hasil uji yang sebandingberbanding lurus terhadap konsentrasi analit dalam sampel pada
kisaran konsentrasi tertentu. Menentukan kemampuan suatu metode untuk mendapatkan respon yang proporsional terhadap konsentrasi analit Oktavia,
2006. Rentang yaitu kemampuan untuk memperoleh hasil uji yang kadar
analitnya masih linier dengan presisi dan akurasi yang masih dapat diterima. Ditetapkan bersamaan dengan penetapan linieritas dengan melakukan peng-
ujian terhadap sampel yang kadarnya dibawah dan diatas normal. Rentang metoda menjelaskan rentang konsentrasi dimana metode uji diaplikasikan
yang dinyatakan dalam presisi, akurasi trueness dan linieritas Oktavia, 2006.
Batas Deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingan dengan
blanko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas
terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung
pada metode analisis itu menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan dengan
mendeteksi analit dalam sampel pada pengenceran bertingkat. Pada analisis instrumen batas deteksi dapat dihitung dengan mengukur respon blanko
beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blanko. Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari
kurva kalibrasi Oktavia, 2006. seb
kis me
200
an an
an an
an an
an an
an an
an an
a an
an an
an an
an an
an an
n an
an an
n a
a an
an an
n an
an an
an an
a an
an an
n an
a an
a n
an an
an a
a an
n n
an an
n a
a n
an n
a a
n n
n n
a a
n an
n n
a a
n a
n an
n a
n n
a n
n a
n n
a a
n n
a a
n a
an a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a Di
Di Di
Di D
D D
Di Di
Di Di
D D
i D
Di D
D Di
D D
Di i
Di D
Di D
D D
D D
i i
Di Di
Di Di
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D i
t uj
uj uj
uj uj
uj uj
u uj
uj uj
uj uj
uj uj
uj uj
uj uj
uj uj
uj uj
uj u
uj uj
uj uj
j u
uj uj
u uj
j j
u uj
j uj
uj uj
uj uj
uj uj
j j
uj uj
j j
uj j
uj j
u j
j j
uj u
j j
u u
uj j
uj uj
uj u
j u
u j
uj u
uj u
uj u
u u
uj uj
j uj
j uj
u u
u u
j j
u j
u u
j uj
u u
u j
uj u
u uj
u j
j j
j j
j j
i ia
i i
i i
i i
i i
i i
i me
me me
m m
m m
me m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
ya ya
ya ya
ya ya
ya ya
ya ya
ya a
ya y
ya ya
y ya
y y
y a
a a
a a
ya a
ya ya
y ya
y y
a ya
ya a
a y
y ya
a a
y y
ya a
a ya
ya y
y a
ya a
y ya
ya y
ya a
y y
y y
a y
ya a
y ya
a y
y ya
ya y
y a
a y
y a
a y
y a
a y
ya y
y y
n 20
20 20
20 20
20 20
2 20
20 20
20 20
20 2
20 20
20 2
20 20
2 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 2
20 20
2 20
20 20
2 2
2 2
20 20
2 2
2 2
20 20
2 2
2 2
2 2
2
di di
di d
di di
di d
d di
di di
d di
di d
di di
di i
di d
di di
d di
di d
d d
d d
d d
d di
d di
d di
di di
di d
di i
i di
d di
i i
di d
d i
di d
d d
d di
di d
i i
di i
i d
d i
di i
di d
i i
i d
d d
di di
i d
d d
i d
i i
i d
d d
d d
d d
d d
d d
bl bl
bl b
bl bl
b bl
bl bl
b bl
bl bl
bl l
bl bl
bl bl
bl bl
b bl
bl l
l l
bl b
bl b
b bl
bl bl
l bl
bl bl
bl l
l bl
l bl
l bl
bl b
b l
l bl
b b
b bl
l b
b bl
l bl
b b
b l
l bl
b b
b bl
l l
b bl
bl bl
l l
bl l
l l
b b
bl b
b b
l l
l l
l l
l l
l l
l l
bl l
l l
l l
b l
bl b
b b
b a
a a
a a
a a
a me
me m
m m
me me
me me
m m
m m
me e
m m
m me
m m
m m
e e
m m
m m
m m
m m
m me
m m
m m
m me
m m
m m
me me
m m
e me
me m
me m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m te
te te
te te
te t
te e
te te
te e
te te
te e
te e
e e
e te
e e
e e
te te
e e
e te
e e
e t
e e
e e
e te
te e
e t
e e
e e
t e
e e
e e
e e
e e
e t
e te
te e
e e
e e
e e
t e
e e
e e
e e
te e
e e
e te
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e rk
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r se
se se
s s
se se
se se
se se
s s
s se
e se
e s
s s
e se
s e
e e
s se
se s
se se
se e
s s
se e
e se
s se
se e
e e
se e
e e
e e
e e
e s
e s
e e
e s
e e
e s
e e
e e
e e
s s
s e
e s
e s
s s
s s
s e
k k
k k
pad yan
me inst
beb dan
ku ku
k ku
ku ku
ku ku
k ku
ku ku
ku ku
ku ku
ku ku
ku ku
u ku
ku k
ku ku
ku ku
ku ku
u ku
ku ku
ku ku
u ku
k k
ku ku
ku u
ku ku
ku ku
ku ku
k u
ku ku
ku k
k u
k ku
ku ku
k k
k u
u u
ku ku
ku k
u u
u u
k u
u u
u ku
u k
ku u
u u
ku u
u k
k k
k k
k ku
k u
u k
u k
k k
u ku
k u
u u
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
III. BAHAN DAN METODE
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Pangan Pusat Pengujian Obat dan
Makanan Nasional Badan POM RI, Jalan Percetakan Negara No. 23 Jakarta.
3.2 ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat KCKT yang terdiri dari pompa Shimadzu, Jepang, detektor ultraviolet
Shimadzu, Jepang, detektor fluoresens Shimadzu, Jepang, auto sampler Shimadzu, Jepang, kolom C18 dengan panjang 250 mm, diameter 4,6 mm
ukuran partikel 5,0 µm Waters Xbridge, USA dan Shimadzu Shim-pack, Jepang, penyaring 0,2 µm Millipore, penyaring 0,45 µm Millipore,
ultrasonik Branson, USA, seperangkat alat spektrofotometer UV-Vis Shimadzu, Jepang, timbangan analitik Precisa, Switzerland dan peralatan
gelas. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelarut fase
gerak berderajat KCKT yaitu metanol Merck, Jerman, asetonitril JT Beaker, USA dan air demineral. Pereaksi dan pelarut organik berkualitas
pro analis: butil hidroksi toluena Merck, Jerman, n-pentana Merck, Jerman, 2-propanol Merck, Jerman, tetra-n-butil ammonium hidroksida
0,1 M dalam 2-propanol Merck, Jerman. Bahan baku pembanding yaitu: vitamin A palmitat 1700000 IUg BASF, Jerman, butil hidroksi anisol
BPFI, Indonesia, butil hidroksi toluena BPFI, Indonesia, propil galat BPFI, Indonesia, tersier butil hidro kinon BPFI, Indonesia, vitamin D
BASF, Jerman, vitamin E BASF, Jerman, beta karoten BASF, Jerman, sampel minyak goreng sawit yang tidak mengandung vitamin A dan
beberapa merek minyak goreng sawit yang mengandung vitamin A.
3.1
3. 3.
3. 3.
3 3
3 3
3. 3
3. 3.
3. 3
3 3
3 3
. 3
3. 3.
3 3
3 3
3 3
3. 3
3 3
3. 3
3. 3.
. .
3 3
3 3
3 3
3 3
. 3
3 3
3 3
3 3
3 .
. .
. .
3 .
2 2
2 2
2
3.3 METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan percobaan laboratorium yang terdiri dari 3 tiga tahap. Penelitian tahap I merupakan penelitian pemilihan kondisi
optimum komposisi fase gerak, laju alir dan detektor yang akan digunakan dalam penetapan kadar vitamin A menggunakan KCKT. Parameter yang
dievaluasi meliputi: bentuk kromatogram, waktu retensi Rt, resolusi Rs, jumlah lempeng teoritis N dan tailing faktor Tf.
Penelitian tahap II merupakan validasi metode analisis penetapan kadar vitamin A menggunakan KCKT. Parameter validasi yang akan
dilakukan adalah: kurva baku dan linieritas, presisi, akurasi, selektivitas, robustness, batas deteksi dan batas kuantisasi metode.
Penelitian tahap III merupakan uji coba metode analisis yang telah dikembangkan dan telah divalidasi untuk analisis vitamin A dalam minyak
goreng sawit yang beredar di pasaran. Parameter yang diuji adalah penga- matan kromatogram dan penetapan kadar vitamin A.
3.3.1 Penetapan Aktivitas Baku Vitamin A
Aktivitas baku vitamin A ditetapkan sesuai metode Farmakope Inggris 2009, yaitu dengan cara menimbang dengan saksama sejum-
lah baku vitamin A palmitat, dilarutkan dengan n-pentana dan diencer- kan dengan 2-propanol hingga konsentrasinya 10 -15 IUmL. Pengu-
kuran absorbansi dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 326 nm, aktivitas baku vitamin
A dalam satuan unit internasional IU per gram dihitung dengan rumus:
A26
= absorbansi pada panjang gelombang 326 nm V
= total volume pengenceran untuk mendapatkan kadar 10-15 IUmL
1900 = faktor untuk mengkonversi absorbansi spesifik ester retinol
menjadi menjadi IU per gram m
= bobot substansi yang di uji dalam gram. 3.3
M M
ME
tiga opt
dal die
ju ju
ju u
ju ju
ju u
ju j
j ju
ju ju
ju ju
ju ju
ju ju
j ju
u ju
ju ju
ju u
ju j
j u
ju ju
ju ju
ju u
ju ju
ju j
ju ju
j ju
ju ju
ju ju
ju j
ju ju
ju ju
j ju
u ju
u j
ju u
u u
u ju
ju u
u u
u ju
ju u
u ju
j j
j ju
u u
u u
u ju
u u
u ju
j j
j u
j j
j j
u j
ju u
u u
j u
j j
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m
ka ka
ka ka
k ka
ka ka
ka k
k ka
ka ka
ka ka
ka ka
k ka
ka k
k ka
ka ka
ka ka
ka k
k k
k k
k k
ka ka
k a
k k
k ka
k ka
ka k
k k
ka k
k k
k ka
a ka
a k
k k
ka k
k k
ka ka
ka k
ka a
a ka
a k
ka a
a a
a a
a a
k ka
a a
a k
ka ka
ka a
a k
ka k
a k
k k
ka ka
ka k
k k
a k
a ka
a a
k a
ka k
k k
k k
k k
k k
k a
a a
k ka
k k
k k
k k
a a
a a
a a
k a
k k
k k
k k
k a
a a
k k
a a
a d
di di
di di
di di
i di
di i
di di
di di
di d
di d
d d
di i
d d
di di
di di
di di
di d
d di
di di
di i
i di
d d
d di
di d
d d
i i
i i
i d
d d
d d
d d
d d
i i
i i
i di
i i
i i
di i
i i
i i
i i
d d
d d
d i
i d
d i
i d
i i
d d
i d
d i
i d
d d
d d
d d
i i
d d
d d
d i
i d
la l
l l
l ro
ro ro
ro ro
ro ro
ro ro
ro ro
ro o
ro ro
ro r
ro r
ro o
o ro
o o
o o
o o
o o
o ro
ro ro
ro o
o o
o o
o ro
ro o
o o
o r
o o
o ro
o o
ro o
o o
ro o
o o
ro r
r o
o o
o o
r r
r o
ro o
o r
o o
o o
o o
o o
r r
o o
o o
o r
o o
o r
r o
o o
r r
r r
o o
o r
r r
r o
o r
r b
b b
b b
b b
b
di di
di i
d di
di di
di d
d d
d d
d d
d di
d i
di di
di di
i di
d d
d di
d di
i di
di di
di d
d di
d di
i d
di i
i d
i i
i di
d d
d di
di i
di di
di d
d d
di di
di i
d di
d d
d d
d di
d d
d d
di di
d d
d d
di di
i d
d d
d di
d i
i di
di d
d di
d d
di i
i i
d d
di d
d i
i i
i di
d di
di i
di d
d di
d d
d di
d d
di i
di di
d d
i i
d di
di di
d d
di i
d d
d di
i i
di i
d i
d d
d d
d d
d d
d d
d i
d i
di di
d i
d d
i d
d di
i i
k k
k k
k go
go go
go go
go go
go go
go go
go go
go g
g go
go go
go go
g g
g go
g g
o o
go go
go go
go go
o o
o o
o go
go o
o o
go g
g g
go g
go go
o o
go o
g g
go g
go go
o go
g g
g go
o o
g g
g go
o o
g g
o o
go o
o o
o g
g go
go g
o o
o go
g g
o o
g g
g o
go g
o o
g g
g o
o go
g r
ma ma
ma ma
ma m
ma m
ma m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
ma m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m ma
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m
3. 3.
3. 3.
3. 3.
3. 3.
3 3
3. 3
3 3
3. 3
3. 3
3 3.
3 3.
3 3
3. 3
3. 3.
3. 3.
3 3.
3. 3.
3. 3
3 3
3 3
3 3.
. .
3 .
3 .
3 3.
3 3
3 3
3 3
3 3
3. 3
3 3
3 3
3 3.
3 3
3 3
3 3.
3 3
3 3
3 3
. 3
3 3.
3 3
3 3
. .
. 3.
3 3
3 3
3 3
3 3
3 .
3 3
3 3
. 3
3 3
. 3
3 .
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3.3.2 Penetapan kondisi optimum KCKT
Larutan baku vitamin A yang akan disuntikkan ke dalam sistem KCKT disiapkan sesuai metode Farmakope Inggris 2009.
Metode ini digunakan untuk penetapan kadar vitamin A dalam bentuk baku atau konsentrat vitamin A, sehingga untuk penetapan kadar
vitamin A dalam minyak goreng sawit oleh peneliti dilakukan modifi- asi, yaitu penambahan matriks minyak goreng sawit, perubahan
konsentrasi baku yang digunakan dan pada proses penyiapan sampel tanpa pemanasan larutan uji.
Larutan dianalisis menggunakan KCKT dengan berbagai kondisi percobaan seperti pada Tabel 6 dan analisis untuk setiap
kondisi percobaan dilakukan masing-masing dengan 3 kali pengu- angan. Kromatogram yang dihasilkan dievaluasi dengan cara mencatat
atau menghitung: waktu retensi Rt, resolusi Rs, jumlah lempeng teoritis N dan faktor ikutan atau tailing faktor Tf untuk masing-
masing hasil pada berbagai kondisi percobaan. Kondisi percobaan memenuhi kriteria apabila: waktu retensi Rt 15 menit; resolusi Rs
1,5; jumlah lempeng teoritis N 3000 dan faktor ikutan atau tailing faktor Tf mendekati 1. Untuk mempermudah dalam mengam-
bil keputusan pada pemilihan kondisi optimum, maka setiap parameter kromatogram diberi nilai skor antara 1 - 3. Penentuan nilai skor untuk
penilaian kromatogram dapat dilihat pada Tabel 7. Dari hasil tersebut kemudian ditentukan jumlah skor tertinggi
yang merupakan kondisi optimum dan selanjutnya digunakan pada penelitian selanjutnya.