Alat dan Bahan METODOLOGI PENELITIAN

2.5 Analisis Ekonomi Ekowisata

2.5.1 Analisis Manfaat Keberadaan Obyek Wisata

Penilaian setiap pengunjung terhadap suatu sumber daya alam yang dimanfaatkan sebagai obyek wisata pada dasarnya tidak sama. Seberapa besar nilai atau manfaat keberadaan obyek wisata tersebut, maka dapat dihitung dengan menggunakan metode valuasi kontingensi CVM. Metode ini dianalisis berdasarkan keinginan membayar willingness to pay terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam. Secara operasional, pendekatan CVM dilakukan dalam lima tahap, yaitu: 1. Membuat hipotesis pasar berupa kuesioner mengenai penyu, manfaat dan perkiraan luasan yang berkualitas baik. Kuesioner ini diberikan kepada wisatawan yang dipandu proses pengisiannya. 2. Mendapatkan nilai lelang yang dilakukan dengan mewawancarai langsung responden dengan kuesioner untuk mendapatkan nilai WTP responden. Nilai lelang ini didapatkan dengan teknik: a. Pertanyaan pilihan berganda, yaitu memuat beberapa nilai pilihan untuk aktivitas konservasi seperti melihat penyu bertelur, melihat tempat penetasan telur. b. Pertanyaan referendum, yaitu responden diberikan satu nilai dalam rupiah untuk setiap aktivitas konservasi, lalu diberikan pilihan setuju atau tidak 3. Menghitung rataan WTP berdasarkan nilai rata-rata mean atau nilai tengah median. 4. Meregresikan nilai WTP untuk menduga hubungan antara WTP dengan karakteristik responden yang mencerminkan tingkat penghargaan wisatawan terhadap sumber daya yang selama ini dimanfaatkannya dengan formula: Ln WTP = β + β 1 Ln I + β 2 Ln E + β 4 Ln AE.................................1 yang mana, WTP = keinginan membayar wisatawan terhadap suatu sumber daya; I = pendapatan rupiahdolar; E = pendidikan; AE = ketertarikan terhadap ekosistem 5. Validasi model yang didapat dengan pengujian statistik melalui uji F dan uji t. Mengagregatkan hasil WTP rata-rata individu ke dalam WTP populasi yaitu: TB = WTP i x P...................................................................................2 TB = total benefit rupiahdolar; WTP i = nilai WTP per individu rupiahdolar; P = total populasi pada tahun ke-t yang relevan dengan analisis valuasi ekonomi sumber daya orang.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Populasi Penyu Hijau

Penyu Hijau yang mendarat untuk melakukan aktivitas peneluran di Pangumbahan umumnya terjadi pada saat pasang tertinggi menutupi rata-rata permukaan laut. Jumlah kenaikan penyu harian, tertinggi pada tahun 2013 15 ekor, 2012 6 ekor, 2014 4 ekor dengan rataan 1 - 2 ekor permalam. Nilai tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Menurut Yusri 2003 tahun 2003 rataan kenaikan Penyu 2 - 3 ekor permalam, tahun 2004 kenaikan Penyu permalam 3 - 6 ekor. Tahun 2008 jumlah Penyu yang bertelur tertinggi mencapai 20 - 30 ekor per malam. Signifikannya penurunan jumlah kenaikan Penyu sampai 90 karena kenaikan pernah mencapai 180 - 300 ekor per malam dimana tiap 500 meter bertelur antara 30 - 50 ekor. Dwihastuty 2014 menyatakana bahwa proses pendaratan, peneluran ataupun penetasan Penyu Hijau sangat dipengaruhi faktor biologi dan fisik kawasan. Populasi Penyu Hijau yang mendarat di Pangumbahan dari tahun 2012 masih didominasi oleh Penyu yang melakukan false crawl Gambar 3. False crawl merupakan aktivitas Penyu naik ke darat tanpa melakukan kegiatan bersarang Nuitja 1992; Harteti 2013. Persentase yang tidak bertelur mengalami peningkatan dari 2012 dengan rataan 39,35 kisaran 21,64 - 52,61. Kurangnya naluri Penyu bertelur akan berpengaruh pada ukuran populasi Penyu yang bertelur di Pangumbahan karena dari 2009 persentase penyu yang bertelur kurang dari 60 Haryanti 2014. 729 2546 945 568 703 1049 1000 2000 3000 4000 2012 2013 2014 Bertelur Tidak Bertelur Gambar 3. Populasi Penyu Hijau yang naik di pantai Pangumbahan Sebaran kenaikan penyu dalam tiga tahun terakhir, menunjukan pola yang sama. Jumlah tertinggi secara berurutan pada Stasiun 2, 3, 1, 4, 5, 6 masing- masing berjumlah 2564 ekor, 1329 ekor, 1042 ekor, 877 ekor, 554 ekor, 174 ekor Gambar 4. Perbedaan jumlah Penyu yang naik erat hubunganya dengan insting Penyu dalam pemilihan lokasi peneluran diantaranya tekstur pasir, ketinggian pantai, geomorfologi dan dimensi pantai, bentuk batimetrik pantai, tekstur pasir pantai dan cahaya lampu Yusri 2003.