Kerangka Pendekatan Studi PENDAHULUAN

2.4 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan meliputi analisis kesesuaian kawasan untuk peneluran penyu, kesesuaian kawasan wisata serta analisis daya dukung sosial ekonomi kawasan untuk kegiatan wisata pantai. Matriks kriteria digunakan sebagai langkah awal untuk mempermudah pembobotan weighting dan pengharkatan scoring yang akan menginformasikan parameter, bobot, kategori kelas kesesuaian dan skor.

2.4.1 Indeks Kesesuaian Kawasan Habitat Peneluran

Kajian kondisi habitat peneluran dilakukan melalui matriks kesesuaian habitat yang dibagi menjadi 3 kelas yaitu sangat sesuai, sesuai dan tidak sesuai Tabel 3. Indeks kesesuaian habitat penyu mengunakan rumus menurut Yulianda 2007 yaitu: IKH = ∑ NiNmaks x 100 Keterangan: IKH = Indeks Kesesuaian Habitat, Ni = Nilai variabel ke-i bobot x skor, Nmaks = Nilai maksimum dari bobot maksimum x skor maksimum Tabel 3 Matriks kesesuaian habitat peneluran penyu hijau Peubah habitat Bobot Kategori dan skor Sangat sesuai Skor Sesuai Skor Tidak sesuai Skor Kemiringan pantai 3 1-30 o 3 31-58 o 2 58 o 1 Lebar pantaim 3 25-43 3 7-24 2 7 atau 43 1 Tekstur pasir 5 97-99 3 95-96 2 95 atau 99 1 Penutupan vegetasi 3 39-47 3 32-38 2 32 atau 47 1 Pencahayaan 5 0 lux 3 1-3 lux 2 3 lux 1 Bangunan 1 3 1-4 2 4 1 Jarak pantai peneluran dengan daerah pakan 3 0 km 3 1-5 K m 2 5 km 1 Keterangan: Nmaksimum = 69, sangat sesuai = IKH69,86, sesuai = IKH 69,8786 - 66,67, tidak sesuai = IKH66.67 Pengukuran kelayakan habitat peneluran berdasarkan matriks kesesuaian habitat dilakukan pada stasiun sesuai dengan pembagian manajemen pengelolaan. tekhnik pengukuran peubah habitat Tabel 7 diantaranya: 1. Kemiringan pantai diukur dengan clinometers dari garis pasang harian tertinggi ke garis vegetasi. 2. Lebar pantai diukur dengan meteran dari garis pasang harian tertinggi ke garis vegetasi. 3. Pengukuran persentase pasir dilakukan pada bagian permukaan dan pada kedalaman 50 cm. 4. Penutupan vegetasi dilakukan pada penutupan vegetasi pandan Pandanus tectorius karena penyu hijau di pantai Pangumbahan sebagian besar bersarang dibawah pandan. Penutupan vegetasi dilakukan dengan metode transek 10 x 10 m. 5. Pencahayaan diukur dengan lux meter dilakukan sebelum bulan terbit yaitu jam 21.00 WIB. Pada tiga titik yaitu garis pantai, garis midhabitat dan garis vegetasi. Pengukuran dilakukan dengan ketinggian 10 cm dari atas pasir. Arah pengukuran menuju pantai, menjauhi pantai dan arah sejajar pantai Santos et al. 2006. 6. Bangunan, di pantai peneluran dapat mengganggu penyu untuk bertelur. Bangunan shelter yang berfungsi sebagai tempat pengamatan penyu di pantai. Luas bangunan merupakan persentase rasio luas bangunan terhadap luas stasiun Santos et al. 2006. 7. Jarak pantai peneluran dengan daerah pakan lamun dan algae diukur dengan menggunakan GPS. Data peubah habitat pada masing-masing stasiun dianalisis dengan analisis biplot Gabriel 1971 dalam penentuan karakteristik pada masing-masing stasiun tipe habitat. Kepadatan bersarang diasumsikan mewakili kesesuaian habitat Santos et al.2006. Kepadatan bersarang dihitung dengan membagi jumlah sarang dengan luas stasiun. Sarang yang diamati adalah sarang sukses, yaitu sarang yang berisi telur penyu pada tahun 2013.

2.4.2 Indeks Kesesuaian Wisata

Indeks kesesuaian wisata untuk penyu dilihat dari beberapa aspek diantaranya kemiringan pantai, jenis partikel, jenis vegetasi tumbuhan, lebar pantai, peneluran, pasang surut air laut, cahaya lampu dan jarak bangunan. Parameter tersebut merupakan parameter penting yang berpengaruh terhadap pendaratan penyu. Tabel 4. Matriks kesesuaian lahan untuk Wisata Penyu kategori rekreasi Parameter Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori S3 Skor Kenaikan Penyu ke pantai ekorhari 5 3 3 1-3 2 1 1 Lebar pantai m 5 15 3 10-15 2 3-10 1 Kemiringan pantai 5 10 3 10-25 2 25-45 1 Kedalaman perairan 1 – 3 3 3-6 2 6-10 1 Tipe pantai 3 Pasir putih 3 Pasir putih sedikit karang 2 Pasir hitam, berkarang, sedikit terjal 1 Material dasar perairan 3 Pasir 3 Karang berpasir 2 Pasir berlumpur 1 Penutupan lahan pantai 5 Pandanus tectorius 3 Spinifex littoreus, Vigna marina 2 Ipomea pescaprae,Gy nura procumbens 1 Ketersedian air tawar km 1 0,5 3 0,5 -1 2 1-2 1 Pasang surut 1 30-80 3 80-100 2 100 1 Sumber : modifikasi dari Yulianda 2007 Keterangan: Nmaksimum = 87, sangat sesuai = IKW 75 - 100, sesuai = IKW 50- 75, tidak sesuai = IKW 50 Hasil kesesuaian kawasan serta daya dukungnya selanjutnya dipetakan secara spasial menggunakan software ArcGIS. Kesesuaian lahan mempertimbangkan beberapa parameter dan dikategorikan dalam klasifikasi penilaian Tabel 4. Indeks kesesuaian habitat penyu mengunakan rumus menurut Yulianda 2007 yaitu: IKW = ∑[NiNmaks] x 100 Keterangan: IKW = Indeks kesesuaian wisata Ni = Nilai Parameter ke-i bobot x skor N maks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata

2.4.3 Analisis Daya Dukung Kawasan Untuk Kegiatan Wisata Pantai

Analisis daya dukung ditunjukan pada pengembangan wisata pantai agar dalam pengembangannya tidak menganggu kegiatan konservasi. Metode yang digunakan adalah konsep Daya Dukung Kawasan DDK yaitu jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada manusia Yulianda 2007 dengan persamaan dalam bentuk rumus: DKK = K x Lp x Wt Lt Wp Keterangan: DDK = Daya Dukung Kawasan oranghari K = Potensi Ekologis pengunjung persatuan unit area Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt = Unit area untuk kategori tertentu Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk setiap kegiatan Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam dalam mentolelir pengunjung sehingga keaslianya tetap terjaga. Potensi ekologis rekreasi pantai, pengunjung perorang membutuhkan 50 m panjang pantai Yulianda 2007. Waktu kegiatan pengunjung Wp dihitung berdasarkan potensi waktu peneluran penyu yaitu 10 jam dan lama total waktu yang diperlukan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata adalah 24 jam.