Keterangan: Nmaksimum = 87, sangat sesuai = IKW 75 - 100, sesuai = IKW 50- 75, tidak sesuai = IKW 50
Hasil kesesuaian kawasan serta daya dukungnya selanjutnya dipetakan secara
spasial menggunakan
software ArcGIS.
Kesesuaian lahan
mempertimbangkan beberapa parameter dan dikategorikan dalam klasifikasi penilaian Tabel 4. Indeks kesesuaian habitat penyu mengunakan rumus menurut
Yulianda 2007 yaitu:
IKW = ∑[NiNmaks] x 100
Keterangan: IKW = Indeks kesesuaian wisata
Ni = Nilai Parameter ke-i bobot x skor
N maks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
2.4.3 Analisis Daya Dukung Kawasan Untuk Kegiatan Wisata Pantai
Analisis daya dukung ditunjukan pada pengembangan wisata pantai agar dalam pengembangannya tidak menganggu kegiatan konservasi. Metode yang
digunakan adalah konsep Daya Dukung Kawasan DDK yaitu jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada
waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada manusia Yulianda 2007 dengan persamaan dalam bentuk rumus:
DKK = K x Lp x Wt Lt Wp
Keterangan: DDK
= Daya Dukung Kawasan oranghari K
= Potensi Ekologis pengunjung persatuan unit area Lp
= Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt
= Unit area untuk kategori tertentu Wt
= Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk setiap kegiatan Wp
= Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan Luas
suatu area
yang dapat
digunakan oleh
pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam dalam mentolelir pengunjung sehingga
keaslianya tetap terjaga. Potensi ekologis rekreasi pantai, pengunjung perorang membutuhkan 50 m panjang pantai Yulianda 2007. Waktu kegiatan pengunjung
Wp dihitung berdasarkan potensi waktu peneluran penyu yaitu 10 jam dan lama total waktu yang diperlukan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata
adalah 24 jam.
2.5 Analisis Ekonomi Ekowisata
2.5.1 Analisis Manfaat Keberadaan Obyek Wisata
Penilaian setiap pengunjung terhadap suatu sumber daya alam yang dimanfaatkan sebagai obyek wisata pada dasarnya tidak sama. Seberapa besar
nilai atau manfaat keberadaan obyek wisata tersebut, maka dapat dihitung dengan menggunakan metode valuasi kontingensi CVM. Metode ini dianalisis
berdasarkan keinginan membayar willingness to pay terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam. Secara operasional, pendekatan CVM
dilakukan dalam lima tahap, yaitu: 1.
Membuat hipotesis pasar berupa kuesioner mengenai penyu, manfaat dan perkiraan luasan yang berkualitas baik. Kuesioner ini diberikan kepada
wisatawan yang dipandu proses pengisiannya. 2.
Mendapatkan nilai lelang yang dilakukan dengan mewawancarai langsung responden dengan kuesioner untuk mendapatkan nilai WTP responden. Nilai
lelang ini didapatkan dengan teknik: a.
Pertanyaan pilihan berganda, yaitu memuat beberapa nilai pilihan untuk aktivitas konservasi seperti melihat penyu bertelur, melihat tempat
penetasan telur. b.
Pertanyaan referendum, yaitu responden diberikan satu nilai dalam rupiah untuk setiap aktivitas konservasi, lalu diberikan pilihan setuju atau tidak
3. Menghitung rataan WTP berdasarkan nilai rata-rata mean atau nilai tengah
median. 4.
Meregresikan nilai WTP untuk menduga hubungan antara WTP dengan karakteristik responden yang mencerminkan tingkat penghargaan wisatawan
terhadap sumber daya yang selama ini dimanfaatkannya dengan formula: Ln WTP
= β + β
1
Ln I + β
2
Ln E + β
4
Ln AE.................................1 yang mana, WTP = keinginan membayar wisatawan terhadap suatu sumber
daya; I = pendapatan rupiahdolar; E = pendidikan; AE = ketertarikan terhadap ekosistem
5. Validasi model yang didapat dengan pengujian statistik melalui uji F dan uji t.
Mengagregatkan hasil WTP rata-rata individu ke dalam WTP populasi yaitu: TB = WTP
i
x P...................................................................................2 TB = total benefit rupiahdolar; WTP
i
= nilai WTP per individu rupiahdolar; P = total populasi pada tahun ke-t yang relevan dengan analisis valuasi ekonomi
sumber daya orang.