Dampak Ekonomi Lanjutan di Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE Tahun 2013

35 Tabel 20 Dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Pemandian Air Panas GSE tahun 2013 Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Lokal a Total Pengeluaran di dalam objek wisata b Dampak Ekonomi Lanjutan c=ab Kolektor tiket gerbang depan 2 1 837 500 3 674 265 Kolektor tiket gerbang dalam 3 850 000 2 549 745 Tenaga kerja kebersihan 2 750 000 1 500 000 Warung dan penginapan serta toilet 4 165 000 659 934 Total 8 383 944 Total dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Pemandian Air Panas GSE yaitu sebesar Rp 8 383 944. Hasil ini diperolah dari jumlah tenaga kerja yang dikalikan dengan total pengeluaran di sekitar objek wisata dan proporsi pengeluaran di sekitar objek wisata. 6.2.4 Nilai Efek Pengganda dari Pengeluaran Pengunjung di Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE tahun 2013 Nilai efek pengganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar dampak ekonomi yang diarasakan oleh masyarakat yang bearada di sekitar objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Menurut META Marine Ecoutourism For Atlantic Area 2001, nilai dari efek pengganda dibedakan menjadi 2 yaitu, Keynesian Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat lokal, dan Ratio Incom Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan langsung berapa besar dampak yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung terhadap perekonomian lokal, diamana digunakan untuk mengukur seberapa besar dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar kawasan wisata. Tabel 21 menunjukkan nilai efek pengganda dari pengeluaran pengunjung dan perhitungan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 5. Tabel 21 Efek pengganda di objek wisata Pemandian Air Panas GSE tahun 2013 Multiplier Nilai Keynesian Income Multiplier 1,35 Ratio Income Multiplier tipe I 1,57 Ratio Income Multiplier tipe II 1,73 META 2001 menjelaskan apabila nilai Keynesian Income Multiplier berada diantara 0 x 1, maka lokasi wisata tersebut memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah. Tabel 21 menunjukkan bahwa nilai Keynesian Income Multiplier 36 sebesar 1,35 artinya setiap peningkatan satu rupiah pengeluaran pengunjung akan berpengaruh dampak ekonomi lokal sebesar Rp 1,35. Nilai Ratio Income Multiplier tipe I sebesar 1,57 yang artinya setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan unit usaha mengakibatkan peningkatan sebesar Rp 1,57 terhadap pendapatan pemilik usaha dan tenaga kerja. Nilai Ratio Income Multiplier tipe II sebesar 1,73 artinya setiap kenaikan satu rupiah penerimaan unit usaha maka akan berpengaruh meningkatkan sebesar Rp 1,73 pada pendapatan unit usaha, pemilik usaha, pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja di ekonomi lokal yang akan terus berputar pada masyarakat yang bearada di sekitar objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya objek wisata Pemandian Air Panas GSE dapat memberikan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar. 6.3 Analisis Sistem Pengelolaan Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE Terkait Pengelolaan Wisata Saat Ini Pemandian Air Panas GSE merupakan salah satu kawasan wisata yang termasuk ke dalam TNGHS yang difungsikan untuk wisata alam. Objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini berada di bawah pengelolaan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak BTNGHS. Pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE mengalami masa peralihan pengelolaan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor Disbudpar Kabupaten Bogor yang dibantu kelompok Masyarakat Lokapurna kepada BTNGHS yang didasarkan atas SK Menteri Kehutanan No.175Kpts-II2003 tanggal 10 Juni 2003. Objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini mulai dikoordinir oleh masyarakat sekitar yang dikenal dengan kelompok masyarakat Lokapurna yang dulunya juga mengelola objek wisata Pemandian Air Panas GSE bersama Disbudpar Kabupaten Bogor sebelum masa peralihan untuk mencegah vakumnya aktivitas wisata. Aktivitas yang dilakukan oleh kelompok masyarakat Lokapurna dalam mengelola objek wisata Pemandian Air Panas GSE setelah terjadinya peralihan pengelolaan kepada BTNGHS adalah dengan meneruskan sistem yang sudah ada pada saat dikelola oleh Disbudpar Kabupaten Bogor. Sistem pengelolaan yang dilakukan adalah dengan melakukan sistem retribusi tiket, keamanan dan kebersihan. Masyarakat sekitar objek wisata Pemandian Air Panas GSE yang tidak termasuk dalam kelompok 37 masyarakat Lokapurna juga ikut merasakan manfaat dari pengelolaan saat ini, berupa perijinan membuka unit usaha di objek wisata Pemandian Air Panas GSE yang lebih mudah dibawah koordinir dan kontrol dari kelompok masyarakat Lokapurna. Semenjak objek wisata Pemandian Air Panas GSE termasuk ke dalam TNGHS, stakeholder yang berperan dalam mengelola seluruh daerah TNGHS adalah BTNGHS. Namun berdasarkan kondisi di lapang pengelolaan masih dijalankan sepenuhnya oleh kelompok masyarakat Lokapurna. Kondisi ini menyebabkan BTNGHS belum melakukan pengelolaan secara penuh terhadap objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Berdasarkan uraian tersebut stakeholder terkait pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE adalah BTNGHS, kelompok masyarakat Lokapurna dan Masyarakat Non Lokapurna. Skema yang terkait dengan pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini tersaji dalam Gambar 2. : Memiliki Peran dalam Pengelolaan. : Memiliki Wewenang dalam Pengelolaan. : Mendapatkan dan mempunyai manfaat ekonomi dari keberadaan kawasan. : Mitra kerja secara tidak langsung. : Dibawah koordinasi dengan stakeholder terkait. Gambar 2. Skema Pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bawa BTNGHS memiliki wewenang dalam pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas bedasarkan SK Menteri Kehutanan No.175Kpts-II2003, namun pada masa peralihan pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE BTNGHS belum melakasanakan peran Objek wisata Pemandian Air Panas GSE BTNGHS Kelompok Masyarakat LOKAPURNA Masyarakat Non Lokapurna 38 dalam pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Hal tersebut dikarenakan adanya Kelompok masyarakat Lokapurna yang menganggap bahwa keberadaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE dapat dikelola oleh masyarakat. Kelompok masyarakat Lokapurna merupakan kelompok masyarakat yang memiliki pengaruh yang tinggi di kalangan masyarakat sekitar. Hal tersebut dikarenakan kelompok masyarakat Lokapurna merupakan kelompok masyarakat yang sudah lama terbentuk sebelum objek wisata Pemandian Air Panas GSE masuk dalam perluasan TNGHS. Hal tersebut menyebabkan pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini diatur dan dikelola oleh kelompok masyarakat Lokapurna. Pengelolaan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat Lokapurna mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar karena masyarakat merasa mendapatkan manfaat atas keberadaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Mayoritas masyarakat sekitar objek wisata Pemandian Air Panas GSE membuka usaha di sekitar objek wisata. Hal tersebut membuat masyarakat sekitar mendukung pengelolaan yang di lakukan oleh kelompok masyarakat Lokapurna karena akses terhadap pengelola menjadi lebih mudah. Kelompok masyarakat Lokapurna mempunyai peran untuk mengkoordinasikan siapa saja yang boleh dan tidak boleh membuka unit usaha di sekitar objek wisata. Koordinasi tersebut berupa akses untuk membuka unit usaha baru disekitar kawasan objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Berdasarkan hal tersebut maka peran BTNGHS sebagai pengelola saat ini cenderung lemah dibandingkan kelompok masyarakat pengelola Lokapurna. Tabel 22 menjelaskan pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE berdasarkan kewenangan, peran, manfaat ,tugas dan fungsi pihak pengelola objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini. 39 Tabel 22 Pengelolaan Objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini. Pasca ditetapkan sebagai perluasan TNGHS No Pihak terkait Pengelolaan Objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini Kewenangan Tugas dan Fungsi PeranAktivitas Manfaat 1 Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak BTNGHS Mengelola secara utuh objek wisata Pemandian Air Panas GSE Memberikan wewenang pengelolaan dan memantau kondisi Objek wisata Menjaga dan melestarikan objek wisata Pemandian Air Panas GSE dengan prinsip konservasi Mendapatkan manfaat dari adanya retribusi PNBP di wilayah GSE namun tidak mengambil dana retribusi di objek wisata Pemandian Air Panas GSE 2 Kelompok Masyarakat Pengelola Lokapurna Berpartsisipasi dalam pengelolaan objek wisata Pemanndian Air Panas GSE dibawah arahan BTNGHS Melakukan pemungutan retribusi tiket di objek wisata, Menjaga keamanan, kebersihan dan keberlanjutan objek wisata Melakukan partisipasi dalam meneruskan pengelolaan dan mengkoordinir akses masyarakat untuk melakukan usaha Memudahkan akses masyarakat sekitar untuk melakukan usaha di Objek wisata Pemandian Air Panas GSE. 3 Masyarakat sekitar Non Lokapurna Tidak berpengaruh dalam wewenang pengelolaan Menjaga kebersihan di sekitar area usaha di objek wisata dan membayar retribusi kebersihan kepada kelompokma syarakat pengelola Lokapurna Melakukan usaha di sekitar objek wisata Pemandian Air Panas GSE Meningkatkan pendapatan dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Berdasarkan Gambar 2 dan data pada Tabel 22 di atas, stakeholder yang seharusnya mengelola objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini adalah BTNGHS. Hal tersebut tercantum dalam SK Menteri Kehutanan No.175Kpts- II2003 yang menyatakan bahwa TNGHS saat ini dikelola oleh BTNGHS. Namun aturan tersebut belum mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Masyarakat cenderung mendukung pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat Lokapurna sehingga BTNGHS belum melakukan pengelolaan secara penuh di kawasan wisata. Walaupun demikian pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini terdapat kelebihan dan kekurangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyrakat sekitar mayoritas kelebihan yang dirasakan oleh masyarakat untuk pengelolaan saat ini yaitu mudahnya akses untuk membuka unit usaha baru di objek wisata Pemandian Air Panas GSE dan peningkatan lapangan pekerjaan. Namun disisi lain, masyarakat juga merasakan kekurangan pada pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas saat ini, seperti pengelolaan saat ini belum memiliki kejelasan penggunaan dana retribusi dalam mengelola objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Ketidakjelasan penggunaan 40 dana retribusi tersebut adalah dana tiket dari wisatawan dan retribusi yang dilakukan oleh masyarakat untuk kebersihan. Mekanisme pengelolaan penerimaan dari tarif masuk dan iuran kebersihan dinilai belum transparan. Pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini, juga dikhawatirkan dapat membahayakan kegiatan konservasi TNGHS karena dikhawatirkan kelompok masyarakat Lokapurna kurang paham akan arti penting konservasi. Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak BTNGHS sebagai pihak yang memiliki wewenang perlu mengarahkan pembangunan wisata alam berbasis masyarakat community based tourism yang dapat mendukung aktivitas konservasi. Pengelolaan yang sudah terbentuk oleh masyrakat saat ini sudah mendukung adanya pembangunan wisata alam berbasis masyarakat community based tourism namun pengelolaan tersebut masih sebatas untuk memanfaatkan keberadaan objek wisata. Dalam bentuk pengelolaan ini diharapkan pelibatan masyarakat sangat diutamakan dalam pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE dengan BTNGHS sebagai pendamping. Hal ini memudahkan BTNGHS dalam melakukan kontrol terhadap pengembangan dan pelaksanaan kegiatan wisata alam agar tidak membahayakan kelestarian SDAL di objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Selain diharapkan akan mendorong para pelaku wisata untuk ikut menjaga kelestarian alam guna keberlanjutan objek wisata Pemandian Air Panas GSE. 41 VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1 Penilaian pengunjung terhadap kondisi alam objek wisata Pemandian Air Panas dinilai baik. Penilaian pengunjung terhadap fasilitas di objek wisata Pemandian Air Panas GSE dinilai sedang. Pengelola diharapkan dapat meningkatkan fasilitas objek wisata Pemandian Air Panas GSE agar wisatwan lebih merasa nyaman namun tetap memperhatikan kelestarian SDAL. 2 Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari objek wisata Pemandian Air Panas GSE dinilai cukup besar. Hal tersebut dapat dilihat dari pengeluaranpengunjung per kunjungan di lokasi wisata mencapai Rp 46 149. Nilai Keynesian Income multiplier adalah sebesar 1,41, nilai Ratio Income Multiplier tipe I adalah sebesar 1,86 dan nilai Ratio Income Multiplier tipe II adalah sebesar1,58. Nilain Keynesian Income multiplier pada penelitian ini lebih dari satu 1 , membuktikan bahwa adanya objek wisata Pemandian Air Panas GSE memberikan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar objek wisata tersebut. Oleh karena itu adanya objek wisata ini memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat sehingga SDA yang ada di objek wisata Pemandian Air Panas GSE harus dilestarikan, agar masyarakat akan dapat terus merasakan dampak ekonomi apabila wisata alam Pemandian Air Panas GSE juga berlanjut. 3 Masa peralihan pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE menyebabkan masyarakat sekitar memanfaatkan keberadaan objek wisata dengan melakukan pengelolaan di objek wisata tersebut. Pengelolaan seahrusnya dilakukan oleh BTNGHS namun BTNGHS belum melaksanakan peran tersebut karena masyarakat belum mendukung. Pengelolaan yang sudah terbentuk oleh masyarakat saat ini sudah mendukung adanya pembangunan wisata alam berbasis masyarakat community based tourism namun pengelolaan tersebut masih memiliki kekurangan karena sebatas untuk memanfaatkan keberadaan onjek wisata. 42

7.2 Saran

1. Secara umum pengunjung menilai bahwa kondisi sumber daya alam di wisata Pemandian Air Panas GSE baik. Hal ini menunjukan bahwa, kegiatan wisata belum berdampak negatif terhadap sumber daya alam di TNGHS. Di sisi lain pengunjung menilai fasilitas wisata di Pemandian Air Panas GSE masih sedang. Hal ini perlu menjadi perhatian pengelola objek wisata untuk mengembangkan objek wisata Pemandian Air Panas GSE dengan memperhatikan kelestarian SDAL. 2. Dampak ekonomi dari kawasan objek wisata Pemandian Air Panas GSE dinilai cukup tinggi bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu diharapkan pengelolaan yang dilakukan dapat tetap melibatkan masyarakat dengan meningkatan pemahaman dan pengetahuan masyarakat untuk menjaga SDAL sekitar kawasan agar dampak ekonomi dan keberlanjutan wisata dapat terus dirasakan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan pelestarian alam, gotong royong dalam kebersihan dan kelestarian lingkungan di objek wisata dan penanaman pohon di sekitar objek wisata. 3. Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak BTNGHS sebagai pemegang wewenang perlu melakukan upaya melakukan koordinasi dengan masyrakat pengelola terkait pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Upaya tersebut dapat dilakukan untuk menyamakan persepsi para pihak terkait pengembangan objek wisata yang dapat mendukung konservasi dengan maksud untuk menyusun peraturan-peraturan terkait wewenang dan peran yang dimiliki, sehingga para pihak dapat melakukan peran sesuai dengan wewenang dan mekanisme yang jelas berdasarkan harapan bersama para pihak terkait. 4. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai carrying capacity kawasan objek wisata Pemandian Air Panas GSE sebagai salah satu indikator yang akan mempengaruhi keberlanjutan wisata tersebut.