Pengelolaan Wisata Alam Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Wisata Alam Pemandian Air Panas Gunung Salak Endah TNGHS, Kabupaten Bogor

11 2.5 Penelitian Terdahulu 2.5.1 Penelitian Mengenai Persepsi Pengunjung Terhadap Suatu Kawasan Wisata Penelitian mengenai persepsi pengunjung terhadap kawasan wisata telah dilakukan oleh Hermalinda 2010. Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Penelitian mengenai presepsi pengunjung terhadap suatu kawasan wisata No PenulisTahun Judul Hasil 1 Hermalinda 2010 Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Wisata Curug Cilember terhadap Masyarakat Lokal Hasil dari penelitian ini salah satunya adalah persepsi mengenai Kawasan Wisata Curug Cilember yang secara keseluruhan wisatawan menilai baik sarana dan prasarana, panorama alam, kebersihan aksesbilitas serta pengelolaan yang disediakan oleh wana wisata.

2.5.2 Penelitian Mengenai Dampak Ekonomi Suatu Kawasan Wisata

Penelitian mengenai dampak ekonomi suatu kawasan wisata telah dilakukan oleh Mutiarani 2011. Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi suatu kawasan wisata No PenulisTahun Judul Hasil 1 Mutiarani 2011 Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tanggerang. Surplus ekonomi yang diterima sebesar Rp 52 877 per individu per pengunjung dan nilai ekonomi Situ Cipondoh sebesar Rp 94 591 00. Pendapatan pemilik unit usaha sebesar 72,3. Sedangkan dampak tidak langsung yang berupa pendapatan tenaga sebesar 0,44. Dampak lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja sebesar 85,37. Nilai Keynesian Income Multiplier adalah 4,04, Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah 1,08 dan Ratio Income Multiplier Tipe 2 adalah 1,16.

2.5.3 Penelitian tentang Kelembagaan Masyarakat terhadap Pengelolaan Sumberdaya Alam

Penelitian mengenai pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat banyak dan beragam, oleh karena itu penjelasan mengenai penelitian tersebut dipaparkan pada Tabel 4 berikut ini: 12 Tabel 4 Penelitian tentang kelembagaan pengelolaan masyarakat No PenulisTahun Judul Hasil 1 Ramli 2007 Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Masyarakat Adat Baduy Desa Kankes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten 1 Struktur kelembagaan masyarakat adat Baduy bersifat vertikal, dengan masing- masing pemegang jabatan adat memiliki batasan dan wewenang khusus dalam setiap kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan 2 Masyarakat Baduy memiliki pengetahuan tradisi yang telah berlangsung sejak lama dan diwariskan secara turun temurun baik dalam pengelolaan hutan pemanfaatan hasil hutan atau dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang tersirat di dalam pulkukuh karuhun. 2 Golar 2007 Stategi Adaptasi masyarakat Adat Toro Kajian Kelembagaan Lokal dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Hutan di Taman Nasional Lore Lindu Proponsi Sulawesi Tengah 1 Telah terjadi perubahan lingkungan yang disebabkan intervensi ekonomi pasar dan dinamika politik 2 Perubahan Preferensi ekonomi masyarakat serta dinamika politik di Toro berimplikasi terhadap kestabilan sumberdaya hutan di Toro 3 Kelembagaan adat yang direvitalisasi telah dinilai baik berdasarkan kriteria Ostrom maupun criteria umum masyarakat Toro 4 Perubahan kelembagaan adat secara umum memiliki implikasi terhadap kelestarian pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan Toro 5 Eksistensi sumberdaya hutan sangat pentinng bagi masyarakat Toro. Hal tersebut tercermin melalui pola hubungan yang kompleks antara masyarakat dengan sumberdaya hutan. Penelitian mengenai dampak ekonomi wisata sudah cukup banyak dilakukan diantaranya oleh Hermalinda 2010, Mutiarani 2011, dan penelitian mengenai pengelolaan masyarakat dilakukan oleh Ramli 2007, dan Golar 2007. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah tujuan, waktu, dan tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan di objek wisata Pemandian Air Panas GSE yang masuk ke dalam perluasan kawasan TNGHS yang merupakan kawasan konservasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan arti penting dari adanya objek wisata Pemandian Air Panas GSE bagi perekonomian masyarakat lokal dan dapat mendukung konservasi di TNGHS. Kelestarian SDAL di kawasan dan dampak ekonomi tidak terlepas dari campur tangan pengelola, maka pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas saat ini perlu dikaji.