42 Berdasarkan Tabel 20 menunjukan bahwa ikan karang di seluruh stasiun
penelitian memiliki indeks keanekaragaman Shannon-Wiener H yang hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di lokasi penelitian
layak sebagai habitat bagi ikan dan biota lain yang ada di dalamnya. Kesimpulan tersebut sesuai dengan Chabanet et al. 1997 yang menyatakan bahwa jika
kondisi terumbu karang baik maka keragaman spesies ikan pun banyak.
4.4 Kesesuaian Kawasan untuk Lokasi Ekowisata Bahari
Berdasarkan pengamatan secara visual, kondisi perairan Kecamatan Semau sesuai untuk dilakukannya berbagai aktifitas wisata. Kegiatan ekowisata
bahari sangat dipengaruhi oleh lingkungan, kondisi biofisik kawasan, dan jenis wisata apa yang akan dilakukan
Xiao
2009. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang berbeda-beda. Parameter-parameter
tertentu menjadi pembatas, tetapi ada pula yang memberikan nilai tambah added value
dalam penentuan kawasan yang sesuai. Penelitian ini menggunakan analisis kesesuaian untuk ekowisata bahari dalam dua kategori yaitu selam dan snorkeling.
Wisata bahari merupakan wisata yang dilakukan di perairan laut dengan obyek dan daya tariknya bersumber dari potensi sumberdaya yang terdapat pada
bentang laut sea space antara lain: selam, snorkeling, berselancar surfing, memancing, berperahu boating dan berlayar sailing. Harriott 1995
berdasarkan hasil penelitiannya melaporkan bahwa ekowisata bahari yang dilakukan di Great Barrier Reef Marine Park Australia antara lain: selam
diving, snorkeling, berperahu boating, dan berlayar sailing.
4.4.1 Selam
Kawasan yang memiliki potensi sebagai lokasi wisata bahari jenis selam yang dianalisis memiliki kedalaman lebih dari 5 m. Secara umum tujuan wisata
selam adalah wisatawan dapat melihat keindahan bawah laut dari dalam perairan dengam peralatan SCUBA Jameson et al. 1999.
Hasil analisis menunjukan bahwa dari 6 stasiun penelitian, ternyata berdasarkan kedalaman areal terumbu karang hanya ada 3 stasiun yang berada
pada kedalaman lebih dari 6 meter yang cocok untuk wisata selam yakni stasiun A1, A2, dan A3. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Barker dan Roberts
43 2003 serta Davis dan Tisdell 1995
sebaiknya aktifitas penyelaman diving yang dilakukan di ekosistem terumbu karang dilakukan pada kedalaman lebih dari
5 m supaya menghindari kontak secara langsung antara penyelam dengan karang. Secara umum setiap penyelam yang melakukan penyelaman sering menggunakan
kamera atau video untuk mengambil gambar karang dan biota laut yang menarik sehingga dapat merusak karang jika pengambilan gambar tersebut tidak dilakukan
dengan cara yang benar atau ramah lingkungan. Tabel 21 Nilai IKW untuk wisata selam pada lokasi penelitian.
Lokasi Stasiun
Jumlah N Jumlah N max
IKW Kelas kesesuaian
Pulau Kambing A1
35 54
64.81 Sesuai S2
Hansisi A2
25 54
46.30 Tidak sesuai N
Tanjung Uikalui A3
36 54
66.67 Sesuai S2
Hasil perhitungan menunjukan bahwa berdasarkan Indeks Kesesuaian Wisata IKW maka lokasi penelitian termasuk dalam kelas sesuai S2 karena
memiliki nilai kesesuaian berkisar antara 64.81 - 66.67 yakni pada stasiun A1 dan A3 Tabel 21. Hasil perhitungan matriks kesesuaian wisata bahari kategori
wisata selam dengan ditampilkan pada Tabel 22. Tabel 22 Hasil perhitungan matriks IKW kategori wisata selam untuk lokasi
penelitian.
Parameter Stasiun
A1 A2
A3
Kecerahan Perairan 100
80 100
Tutupan komunitas karang 27
8 29
Jumlah jenis lifeform karang 9
5 10
Jenis ikan karang 83
40 48
Kecepatan arus cmdetik 16
14 25
Kedalaman terumbu karang m 8
7 7
4.4.2 Snorkeling