22 Kelas kesesuaian ekowisata bahari kategori wisata selam dan snorkeling
dibagi dalam tiga kelas yang didefenisikan sebagai berikut yang dimodifikasi oleh Yulianda 2007:
1 Kelas S1, sangat sesuai highly suitable: kawasan ekosistem terumbu karang
tidak mempunyai pembatas yang berat untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata bahari selam dan snorkeling secara lestari dan mempunyai faktor
pembatas yang kurang berarti terhadap kondisi kawasan tersebut, dan tidak menambah masukan untuk dikembangkan sebagai objek wisata bahari.
2 Kelas S2, sesuai suitable: kawasan ekosistem terumbu karang sesuai untuk
dimanfaatkan sebagai kawasan wisata bahari secara lestari. Faktor pembatasnya mempengaruhi pemanfaatan kawasan tersebut, sehingga
diperlukan upaya tertentu dalam membatasi pemanfaatan yakni upaya konservasi dan rehabilitasi yang melindungi ekosistem ini dari kerusakan.
3 Kelas N, tidak sesuai not suitable: kawasan ekosistem terumbu karang yang
mengalami tingkat kerusakan yang tinggi, sehingga tidak memungkinkan untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari. Sangat disarankan untuk
dilakukan perbaikan secara berkelanjutan dengan teknologi tinggi dengan tambahan biaya dan memerlukan waktu yang cukup lama memulihkannya
melalui konservasi dan rehabilitasi kawasan tersebut.
3.4.3 Analisis Penzonasian Kawasan Terumbu Karang
Analisis penzonasian kawasan pada penelitian ini yaitu arahan pengembangan kawasan wisata bahari dengan melakukan pemetaan kesesuaian
wisata menggunakan analisis keruangan. Berdasarkan analisis ini dihasilkan peta kesesuaian untuk kegiatan wisata selam dan snorkeling. Penzonasian
menggunakan analisis keruangan untuk mengidentifikasi pemanfaatan ruang dengan analisis sistem informasi geografis SIG dan program ArcGis 9.3.
3.4.4 Analisis Nilai Visual Ekosistem Terumbu Karang
Penentuan nilai visual ekosistem terumbu karang yaitu menggunakan metode scenic beauty estimation SBE. Tahapan yang dilakukan dalam penilaian
SBE adalah penentuan titik pengamatan, pengambilan foto, seleksi foto, dan penilaian foto oleh responden.
23 Adapun tahapan dalam penentuan nilai SBE adalah sebagai berikut:
a. Penentuan hamparan titik pengamatan dan pengambilan foto yaitu hamparan karang dan organisme yang berasosiasi dengan karang di stasiun penelitian.
b. Seleksi foto yaitu foto yang akan diperlihatkan pada responden merupakan hasil seleksi dari seluruh foto yang diambil. Seleksi dilakukan dengan
memilih foto yang dianggap dapat mewakili keanekaragaman ekosistem terumbu karang yang dilihat pada hamparan karang di stasiun penelitian.
Mengurangi bias akibat pengaruh cahaya perairan maka khusus untuk foto dilakukan editing dengan menggunakan software ACDSee. Hal tersebut
maksudkan agar foto yang diperlihatkan pada responden memiliki kualitas gambar yang sama dengan aslinya.
c. Penilaian oleh responden yaitu responden yang dipilih dari wisatawan asing atau lokal, pelaku wisata selam atau penyelam yang memiliki sertifikat selam
minimal A1, aparat pemerintah, dan masyarakat di sekitar lokasi penelitian. Jumlah responden yang dipilih sebayak 50 orang, penilaian oleh responden
dalam bentuk memperlihatkan foto yang telah dipilih dalam bentuk kuisoner dari setiap foto yang ditampilkan, responden akan menilai setiap foto lalu
memberikan skor 1-10 dimana skor 1 menunjukan nilai yang paling tidak disukai sedangkan skor 10 menunjukan nilai yang paling disukai.
d. Penilaian nilai visual dengan menggunakan metode SBE diawali dengan tabulasi data, perhitungan frekuensi setiap skor f, perhitungan frekuensi
kumulatif cf dan cumulative probabilities cp. Selanjutnya dengan menggunakan tabel z ditentukan nilai z untuk setiap nilai cp. Khusus untuk
nilai cp = 1.00 atau cp = z = ± ∞ digunakan rumus perhitungan cp = 1 – 1
2n atau cp = 1 2n Daniel dan Boster 1976. Rata-rata nilai z yang
diperoleh untuk setiap fotonya kemudian dimasukan dalam rumus SBE yang diformulasikan oleh Daniel dan Boster 1976 sebagai berikut:
SBEx = Zx - Zo x 100 Keterangan:
SBEx = Nilai penduga pada nilai keindahan pemandangan seascapefoto melalui foto ke-x
Zx = Nilai rata-rata z untuk seascapefoto ke-x Zo
= Nilai rata-rata suatu seascapefoto tertentu sebagai standar
24 Sebaran penilaian SBE kemudian diklasifikasi menjadi tiga bagian yaitu
nilai SBE tinggi, sedang, dan rendah dengan menggunakan jenjang sederhana simplified rating menurut Sutrisno Hadi 2001 in
Khakhim 2009 dengan rumus:
I = Nilai ter tinggi
−
Nilai terendah Juml ah kelas
Kemudian dari nilai ini akan dilakukan penilaian melalui matriks perhitungan nilai SBE yang dapat dilihat pada Tabel 6 dan kategorinya pada Tabel 7.
Tabel 6 Matriks perhitungan nilai SBE.
LandscapeFoto ke-x Skor
f Cf
cp z
1 2
…… 10
∑ Z = …… Z = ……
SBE = Zx – Zo x 100 = ………
Tabel 7 Matriks kategori nilai SBE.
Nilai SBE Kategori
…………… - ………………. Rendah
…………… - ………………. Sedang
…………… - ………………. Tinggi
3.4.5 Analisis Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat
Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat masyarakat diketahui melalui wawancara secara langsung menggunakan kuisioner Lampiran 2.
Responden dalam penelitian ini sebanyak 50 orang yang merupakan masyarakat dan aparat pemerintah yang bertempat tinggal di sekitar perairan Kecamatan
Semau. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui kondisi masyarakat setempat dalam
mendukung pengembangan perairan Kecamatan Semau menjadi wilayah ekowisata bahari. Data kualitatif yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara
deskriptif yang tersajikan dalam bentuk gambar atau grafik.
25
3.4.6 Analisis Persepsi Masyarakat