51 Tabel 28 menunjukan bahwa sebagian besar responden tertarik pada ikan
yang ada di perairan Kecamatan Semau. Hal ini menunjukan bahwa ikan yang ada di ekositem terumbu karang tersebut cukup menarik dan bisa menjadi obyek
yang mendukung upaya pengembangan ekowisata bahari di perairan Kecamatan Semau.
Tabel 28 Nilai SBE berdasarkan kelas SBE pada masing-masing foto ikan.
No. Kelas SBE
Nomor foto Nilai SBE
Nama ikan foto
1 Tinggi
12 173.56
Amphiprion percula 2
6 151.11
Pseudocheilinus hexataenia 3
18 145.11
Chromileptes altivalis 4
3 132.11
Pictichromis paccagnellae 5
11 129.78
Acanthurus lineatus 6
5 126.33
Pomacanthus imperator 7
10 120.22
Centropyge bicolor 8
Sedang 13
114.56 Chaetodon klennii
9 4
109.44 Chaetodon baronesa
10 7
108.11 Chrysiptera hemicyanea
11 16
98.00 Amphiprion clarkia
12 8
81.44 Parapercis hexophthalma
13 15
64.67 Dischistodus prosopotaenia
14 Rendah
9 55.67
Meiacanthus grammistes 15
1 35.33
Ctenochaetus binotatus 16
17 16.22
Neoglyphidodon boning 17
14 4.44
Pomacentrus moluccensis 18
2 -
Pomacentrus alexanderae
c. Fauna Bentic
Berdasarkan hasil analisis dengan perhitungan yang menggunakan rumus SBE pada masing-masing foto fauna bentic dari setiap stasiun penelitian dapat
diketahui hasilnya pada Lampiran 15. Penyusunan nilai SBE dimaksud, ditampilkan dalam bentuk diagram yang tersaji pada Gambar 10.
52
Gambar 10 Nilai SBE foto fauna bentic dari lokasi penelitian. Gambar 10 menunjukkan bahwa adanya hubungan antara nilai SBE dengan
warna dan bentuk tubuh fauna bentic yang beragam dan unik, bersifat sebagai hama, dan dapat menimbulkan bahaya bagi penyelam. Nilai SBE yang tertinggi
pada foto nomor 7 yang memiliki warna dan bentuk tubuhnya beragam dan unik sedangkan nilai SBE yang terendah pada foto nomor 3 yang memiliki warna
tubuh hanya 1 warna saja warna kuning, bentuk tubuhnya tidak unik, bersifat sebagai hama dan menimbulkan bahaya bagi penyelam. Hal ini menunjukan
bahwa responden cenderung lebih tertarik pada fauna bentic yang memiliki warna dan bentuk tubuh yang beragam dan unik, tidak bersifat sebagai hama,
dan tidak menimbulkan bahaya bagi penyelam. Sebaran nilai SBE ini kemudian diklasifikasi menjadi 3 kelompok yaitu nilai
SBE tertinggi, sedang, dan rendah yang menggunakan jenjang sederhana dengan perhitungan sebagai berikut:
=
. – .
=
49.59 Pengelompokan nilai SBE sesuai dengan formula tersebut di atas dapat dilihat
pada Tabel 29. Tabel 29 Pengelompokan nilai SBE dari foto fauna bentic berdasarkan
kategori tinggi, sedang, dan rendah.
Nilai SBE Kategori
0.00 – 49.58 Rendah
49.59 – 99.19 Sedang
99.20 – 148.78 Tinggi
82.56 102.44
0.00 36.44
42.11 109.56
148.78
8.00 18.11 18.56 17.89
58.78
- 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
120.00 140.00
160.00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
N il
ai S
B E
Foto
53 Berdasarkan klasiflkasi dengan jenjang sederhana, maka masing-masing
foto fauna bentic dengan nilai SBE tersaji pada Tabel 30. Hasil analisis ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki kecenderungan lebih
tertarik pada fauna bentic yang ada di ekosistem terumbu karang di perairan Kecamatan Semau. Hal ini menunjukan bahwa fauna bentic yang ada di
ekositem terumbu karang cukup menarik dan bisa menjadi obyek yang mendukung upaya pengembangan ekowisata bahari kategori selam dan snorkeling
di perairan Kecamatan Semau. Pernyataan tersebut di atas sesuai dengan hasil penelitian Khakim 2009 yang menunjukan bahwa nilai SBE suatu fauna bentic
sangat dipengaruhi oleh penampakan visual dan memiliki keunikan tertentu. Tabel 30 Nilai SBE berdasarkan kelas SBE pada masing-masing foto fauna
bentic.
No. Kelas SBE
Nomor foto Nilai SBE
Nama fauna bentic
foto 1
Tinggi 7
148.78 Chromodoris
2 6
109.56 Trochus maculates
3 2
102.44 Malacostrata decapoda 4
Sedang 1
82.56 Linkia laevigata
5 12
58.78 Tridacna derasa
6
Rendah 5
42.11 Tridacna squamosa
7 4
36.44 Pseudoceros imitates
8 10
18.56 Synaptula
9 9
18.11 Echinothrix diadema
10 11
17.89 Holothuria edulis
11 8
8.00 Ophiothrix
12 3
- Acanthaster planci
4.7 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat 4.7.1 Umur